₪••°••₪Setelah tiga hari kembali bersekolah seperti biasanya, Hari ini Renata mendengar kabar bahwa akan ada anak baru pindahan dari SMA lain. Entah itu kabar benar atau salah, tetapi yang Renata bingung. Kenapa hingga siswa hampir satu sekolah mengetahui adanya siswa baru, ada apa dengan siswa baru tersebut. Apa istimewanya?
Karena biasanya jika ada anak baru disekolah ini, tidak seheboh ini. Itu yang membuat Renata penasaran dengan si anak baru itu.
Dan katanya pula, orang tua dari anak baru itu adalah salah satu donatur terbesar disekolah ini. Anak baru itu juga akan pindah hari ini, entah dia akan ditempatkan dikelas mana. Renata tidak tahu, yang Renata tahu adalah anak baru itu Seangkatan dengan nya.
Saat jam istirahat selesai semua siswa seperti biasa berhamburan masuk kedalam kelas, ada beberapa siswa yang masih nongkrong dikantin walaupun mereka tahu bahwa sudah jam nya kembali masuk kedalam kelas.
Dan saat ini guru matematika baru saja masuk kedalam kelas Renata, pelajaran berlangsung dengan intensif selama kurang lebih satu jam.
"Aduh Ren, kenapa setiap hari kita ketemunya sama angka terus sih." keluh Riana pada Renata yang tengah sibuk menyelesaikan hitungan rumus yang ada di bukunya. Riana jadi kesal sendiri karena ucapanya tidak ditanggapi oleh Renata.
Setelah beberapa menit kemudian, Renata menyandarkan punggungnya di sanggahan kursi. "Selesai." ucapnya sendiri.
"Apa tadi kata lo, Ketemu angka tiap hari? Gini ya Riana, lo sekarang ambil jurusan apa? Dan siapa yang dari awal mau masuk jurusan ini? Kemauan lo sendiri kan? Semua tergantung lo-nya, kalau lo bawa enjoy juga biasa aja. That's it." ucap Renata menanggapi ucapan Riana tadi.
Riana hanya menghembuskan napasnya kencang, Renata tahu bahwa sahabatnya ini sudah jenuh. Karena sejak jam pelajaran pertama tadi kelasnya sudah masuk pelajaran menghitung, mulai dari fisika, kimia dan sekarang matematika.
Renata tersenyum melihat Riana yang mulai serius mencari jawaban dari soal yang diberikan Pak Heru—guru matematika.
Tok tok tok...
Semua mata dikelas tertuju pada Sumber suara itu, ternyata Pak Wiranto—guru piket sekolahnya.
"Permisi Pak." ucap Pak Wiranto sambil mengangguk kearah Pak Heru, seperti memberikan isyarat. "Suruh masuk aja Pak." ucap Pak Heru. Lalu Pak Wiranto berbicara pada orang yang ada diluar kelas, entah itu siapa.
Lalu seorang laki-laki masuk kedalam kelasnya, memakai seragam yang sama dengannya, memakai tas yang dia selempangkan dibahu kanan nya. Wajahnya datar, tetapi semua anak perempuan dikelas langsung berbisik-bisik sambil melihat kearah laki-laki itu. Dan bahkan ada yang terang-terangan tersenyum langsung pada laki-laki itu.
"Permisi Pak." ucap laki-laki itu, lalu Pak Heru bediri dan menghampiri anak laki-laki itu. "Silahkan perkenalkan nama kamu dan sekolah asal mu." ucap Pak Heru.
"Ren, itu anak baru yang di bicarain anak-anak satu sekolah kali ya?" bisik Riana, Renata mengangkat bahunya yang berarti tidak tahu. "Mungkin." ucapnya.
"Selamat siang, saya Aleonal Thomas Darmawan, panggil aja Ale. Pindahan dari SMA Bakti, salam kenal." ucap laki-laki yang berperawakan tinggi, mempunyai warna kulit yang putih, rambut yang berwarna hitam dan memiliki bola mata yang berwarna cokelat agak terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him
Teen FictionApa yang lo lakuin saat diharuskan memilih antara cinta dan persahabatan? Sebagian dari mereka mungkin lebih banyak yang memilih cinta. Lantas apa yang gue lakuin saat keduanya sama-sama orang yang gue sayang? -Renata Alana