₪••°••₪
Saat Ale sudah berada diatas motornya, Renata masih diam sampai menunggu Ale menyuruhnya naik keatas motor milik laki-laki itu. "Gue cuma bawa helm satu." ucap Ale sembari memakai benda itu ke kepalanya."Yaudah gue gak perlu pakai, deket kok." ucap Renata. Ale mengangguk, "Naik." ucap Ale dengan gerakan kepala kearah jok belakang.
Selama perjalanan Ale dan Renata sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, hanya sesekali Ale bertanya arah mana yang harus dia lewati. Perjalanan hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk sampai di rumah sakit tempat Lia dirawat.
Ale hanya mengantar Renata sampai dipinggir jalan tepat didepan rumah sakit itu, Renata pun turun dari motor Ale. "Thank you udah mau direpotin." ucap Renata pada Ale yang sedang melihat kearah gedung Rumah sakit itu. Ale mengangguk.
"Gue balik dulu." ucap Ale lalu pergi dari tempat itu.
Renata masih berdiri ditempat melihat Ale yang mulai menjauh, saat dia sudah tidak dapat melihat keberadaan Ale barulah dia kembali masuk ke dalam Rumah sakit menuju tempat Lia dirawat.
Setelah ini sudah pasti Ale akan berada dirumah yang selama ini dia anggap tempat yang paling hampa, dan dimana tempat terakhir sebagai tujuannya. Ya, biasanya rumah adalah tujuan utama seseorang untuk pulang tetapi tidak bagi Ale, dia tidak mempunyai tempat untuk berpulang. Rumah yang sekarang ia tempati terasa hampa.
Rumah biasanya akan terasa nyaman dan menyenangkan jika di dalamnya terdapat orang-orang yang saling menyayangi, melindungi, menghargai sesama dan penuh cerita meskipun sekecil apapun itu bentuknya.
Tetapi tempat tinggalnya hanya sebuah bangunan besar bertingkat yang penuh luka dan luka. Ingin sekali dia meninggalkan tempat itu, tetapi sekali lagi dia urungkan niatnya. Bukan, bukan karena dia tidak mampu hidup tanpa fasilitas yang Yudi berikan padanya, dia hanya tidak bisa meninggalkan apa yang harus dia jaga dan lindungi di dalam rumah itu.
Yang Ale harapkan saat ini adalah sesuatu yang amat sangat dia jaga saat ini bisa kembali seperti dulu, meskipun dia tahu itu butuh waktu yang lama.
₪••°••₪
Pagi ini Renata kembali ke rutinitas seperti biasanya, setelah dua hari libur kini dia kembali bersekolah dan saat ini pula Renata sudah berada di perpustakaan sekolah karena sejak setengah jam yang lalu bel istirahat sudah berbunyi, Renata memutuskan untuk pergi ke perpustakaan mencari buku untuk dia pinjam.Berbeda dengan Riana yang sejak tadi hanya berada didalam kelas dengan ponsel yang selalu berada di tangannya, Riana termasuk orang yang paling susah jika diajak ke tempat itu kecuali atas perintah guru. Seperti tadi saat Renata meminta untuk ditemani untuk pergi ke perpustakaan, Riana menolak dengan alasan yang berbagai macam.
Saat ini Renata sedang berada di rak buku khusus untuk buku pelajaran kimia, mencari sembari membaca sekilas tentang buku-buku disana.
"Ren, dipanggil Pak Syahril di ruang guru." ucap seorang perempuan yang juga termasuk teman sekelasnya Renata. Pak Syahril adalah wali kelasnya yang sering kali ditakuti anak-anak jika mata pelajarannya sudah masuk ke dalam kelas mana pun.
Renata langsung bergegas pergi menuju ruang guru, dia sedikit terkejut saat mengetahui bahwa dia dipanggil oleh guru itu. Saat menuju ruangan itu, Renata terus berpikir apa dia melakukan kesalahan, sejak dari awal masuk setelah libur panjang sampai saat ini menurutnya dia tidak melakukan kesalahan apapun.
Sebelum masuk ke dalam ruangan itu Renata mengetuk pintu dan mengucapkan salam terlebih dahulu, dan setelah wali kelasnya mengizinkan nya masuk baru lah dia melangkah masuk dan duduk didepan meja wali kelasnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him
Teen FictionApa yang lo lakuin saat diharuskan memilih antara cinta dan persahabatan? Sebagian dari mereka mungkin lebih banyak yang memilih cinta. Lantas apa yang gue lakuin saat keduanya sama-sama orang yang gue sayang? -Renata Alana