10

129 14 4
                                    

“Terimakasih Wonshik, aku menyukai gaunnya.” Aku mengambil gaun yang akhirnya sudah jadi.

“Kau tidak akan minum teh dulu?” Tanya wonshik.

“Aku harus menemani Taekwoon terapi.” Aku tersenyum.

“Yasudah, fighting Woori!” Dia tersenyum padaku namun di sisi lain aku melihat raut wajah yang memang sedikit berubah, mungkin dia khawatir padaku.

Aku memutuskan ke apartemen dan melanjutkan membereskan pakaian. Sebelum aku pergi ke rumah sakit, aku mengunjungi kamar Taekwoon. Karena aku mengetahui passwordnya jadi aku hanya masuk begitu saja.

Aku meletakan gaun itu di lemari pakaiannya, berharap saat ia pulang nanti ia akan melihat itu dan memakaikannya pada orang yang akan bersamanya nanti.

Aku sudah memutuskan semuanya dengan matang.

Aku akan pergi dan meninggalkan kehidupanku disini.

“Taekwoon..” Aku menghampirinya dan dia tersenyum padaku.

“Woori.” Dia memanggil namaku, memang aku memberitahukan namaku. Namun hanya nama, dia tidak ingat siapakah aku untuknya.

“Ayo terapi.” Aku membantunya duduk di kursi roda dengan membopongnya. Aku merasakan matanya yang menatapku saat aku membantunya berdiri dari tempat tidur dan duduk di kursi roda.

Melihatnya harus menjalani terapi secara berkala membuatku merasa terpukul. Namun, disaat ada berita perkembangan yang ku dengar, aku merasa duniaku kembali perlahan. Tapi bagaimanapun tetap saja tidak akan ada yang berubah. Satu minggu kemarin dokter berkata bahwa, ingatan masa sebelum kecelakannya akan mustahil untuk kembali. Walaupun daya ingat dia sekarang sudah meningkat.

Setelah terapi selesai, aku mengantarnya kembali ke kamar. Waktu makan siangpun telah tiba, aku menyuapinya seperti biasa. Dia mengunyah seperti anak kecil yang kelaparan, pipi nya terus naik turun seperti hamster mengunyah wortel.
Begitu menggemaskan.

“Aku ngantuk.” Dia bergumam seperti anak kecil. Lalu, Aku merapihkan bantalnya juga menarikan selimut untukknya.

“Tidurlah yang nyenyak.” Aku tersenyum dan membalikan badan. Namun tangannya memegang pergelangan tanganku.

“Jangan kemana-mana. Aku butuh kau.” Tak lama setelah mengucapkan hal itu ia terlelap dan genggamannya perlahan lepas.

“Ibumu akan datang sebentar lagi.”  Ucapku berbisik.

Sebenarnya aku tidak tega untuk meninggalkannya.

Tapi aku pikir ini lebih baik, aku hanya butuh waktu untuk menerima semua ini. Jika kau ditakdirkan untukku aku yakin akan ada jalan untuk bersatu bagaimanapun itu.

“Terimakasih telah hadir dalam hidupku Jung Taekwoon.”  Aku melepaskan cincin di jariku dan menaruhnya di meja dekat ranjangnya.

Wajah Taekwoon  yang kulihat terakhir saat itu begitu damai dan tenang.
***

Geudael jikyeojul geureon saram itdan geol itji mayo
(Don’t forget there’s a person who will protect you)

END
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TAPI BOONG YE 😂 NANTI BAKAL LANJUT KOK.

Love Letter ✔ Leo Vixx FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang