1. Begin

3.4K 143 59
                                    

"Inilah awal dimana semua kisah cinta ini akan dimulai."

~Arga

***

Kenangan manis bergelayut dalam benaknya. Mata sendunya seolah ingin menjatuhkan beberapa butir kristal bening namun tertahan entah mengapa.

“Vallen kamu disini sayang. Papa cari kemana-mana.” Lelaki setengah baya itu mengamati anak gadis yang masih membelakanginya.

“Papa boleh usir aku dari rumah, papa juga boleh lebih sayang sama Vella dan Rangga. Tapi kenapa papa tega ngelakuin hal ini sama Vallen? Satu-satunya kenangan Vallen sama ibu cuma dikamar ini. Lalu kenapa papa tega ngehapus semuanya?” Akhirnya setetes cairan bening membasahi pipi Vallen.

“Vallen, mamamu ingin tempat ini dijadikan tempat belajar untuk Vella dan Rangga. Dari pada nggak ditempatin, kan sayang.”

Dengan tangan terkepal Vallen menatap nanar lelaki di hadapannya.

“Papa cuma peduli sama jalang itu dan nggak akan pernah peduli sama aku,” maki Vallen.

‘Plak'

Satu tamparan cukup untuk membungkam bibir Vallen. Perih di sudut bibirnya tak seperih hati kecilnya.

Seolah sudah sangat biasa dengan perlakuan papanya, Vallen tersenyum miring dengan sorot mata tajam penuh amarah.

“Papa sudah berusaha baik padamu, tapi kelakuanmu tetap saja tidak berubah,” balas Henry.

Tak ada niat Vallen untuk kembali membalas ucapan papanya. Percuma saja, umpatan apa pun tak akan bisa mewakili rasa sakit hatinya.

Vallen mengusap kasar bekas air mata di pipinya. Ia mulai berbalik arah dan menatap deretan buku yang berjejer rapi. Kekesalannya sudah tidak bisa ditahan lagi. Kamar yang dulu tempatnya berbagi kasih dengan sang ibu, kini berubah menjadi tempat belajar.

Dengan brutal Vallen mengamuk dan membuang jejeran buku serta membanting seluruh benda yang ada.

***

“Ya ampun, ya ampun, ya ampun. My sexy bitch kenapa ini bibir mungilnya? Atraksi apa lagi sih Vallen? Lo nggak capek apa tiap hari berdarah-darah gini?” tukas Rena setelah memasuki apartemen tempat Vallen tinggal.


“Eh the crazy bitch, bawel lo!  Bantu obatin kek, jangan Cuma ngomel mulu,” balas Vallen sambil melempar kotak p3k ke arah Rena.

“Aduh! Ngeri gue liat bibir sexy lo jadi berantakan. Ih lo jadi ga bisa...,”

“Diem nggak lo!” maki Vallen akibat terlalu lelah mendengar ocehan Rena.

Dengan sedikit kesal, Rena mengobati sudut bibir Vallen. Seolah sudah sangat biasa, Vallen terlihat tak kesakitan sama sekali saat obat merah menabrak sudut bibirnya.

Fi to the nish. Finish. Oke, saatnya kita seneng-seneng. Kuy! Mana kunci mobil?” Rena menengadahkan tangan kanannya ke arah Vallen.

“Ke cafe aja lah, Ren! Gue lagi nggak mood buat clabbing.”

“Yah, Vallen! Gue udah dandan cantik gini masa' cuma ke cafe? Ah lo mah nggak asik.”

Tanpa menjawab Vallen segera bangkit dari duduknya. Rena hanya bisa berdecak sebal karena harus menuruti semua keinginan Vallen.

***

“Len, besok bolos yuk! Gue males banget ada bimbel,” ucap Rena setelah menyesap cappucinonya.

“Makanya lo nggak pinter-pinter. Tiap hari kerjaannya bolos terus.”

“Lah, mending gue nggak pinter tapi naik kelas. Nah lo?”

“Gue emang nggak pengen naik kelas. Makanya stay di kelas lama,” bela Vallen.

“Eh Len! Oh my God, oh my God, oh my God!  Vallennn!” Rena nampak histeris saat lelaki dengan kaos hitam bertopi memasuki cafe.

“Apaan sih!”

“Ituuu! Ganteng banget anjirr. Vallen! I wanna be her girlfriend,” ucap Rena masih dengan mengamati lelaki tadi.

“Dasar bego! Kalo nggak bisa bahasa Inggris nggak usah sok-sok'an deh! Lo ngerti nggak her itu buat cewek, yang bener itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Dasar bego! Kalo nggak bisa bahasa Inggris nggak usah sok-sok'an deh! Lo ngerti nggak her itu buat cewek, yang bener itu...”

Belum usai Vallen menuntaskan kalimatnya, Rena sudah berlari tergopoh-gopoh menuju tempat duduk lelaki itu.

Crazy bitch! Udah punya cowo masih aja kegatelan!” maki Vallen setelah melihat tingkah Rena.

Vallen mencoba tak peduli dengan apa yang dilakukan Rena. Ia memilih untuk memainkan ponsel dan menikmati cappucinonya.

Baru 10 menit berlalu, Rena kembali duduk di depan Vallen dengan muka masam.

“Nggak usah dijelek-jelekin gitu mukanya. Lo udah jelek makin tambah ancur,” nyinyir Vallen.

“Dia suka sama lo. Kesel gue, padahal gue udah dandan cantik-cantik malah dia ngelirik lo. Matanya katarak kali itu orang,” kesal Rena.

“Eh, lo itu inget Fero. Udah punya cowok masih aja nyari cowok ganteng. Karma kan jadinya.”

“Tapi dia itu ganteng banget Len. Gue nggak tahan liat cowok ganteng.”

“Permisi! Boleh gabung nggak?” tanya lelaki berkaos hitam yang tiba-tiba berdiri tepat di samping Vallen.

Vallen dan Rena saling bertatapan. Seolah mengerti dengan perasaan Rena, Vallen segera bangkit dari tempat duduknya.

“Gue nggak tertarik sama lo!” tegas Vallen dan segera memberi isyarat pada Rena untuk segera pergi dari cafe tersebut.

Baru tiga langkah, lelaki itu tiba-tiba menahan pergelangan tangan Vallen.

“Akhirnya kita bertemu,” gumamnya membuat Vallen menatap mata lelaki di hadapannya.

***

Tbc...

Terima kasih, luka! Bakal update setiap hari minggu 🎉 Semoga kali ini ceritanya nggak gantung dan authornya nggak males buat ngetik 😂

Tunggu Vallen tiap hari minggu ya teman-teman.

See you💜

Terima Kasih, Luka! [Re-Write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang