2. Thanks For My Boyfriend

2.6K 127 34
                                    

Apakah dia yang jauh akan tergantikan dengan dia yang selalu ada?

~Vallen

***

“Yah, Vallen! Kita telat lagi kan. Lo sih kelamaan dandan,” omel Rena setelah melihat gerbang sekolah sudah tertutup rapat.

“Yaudah pulang aja, gue lagi males manjat pager,” balas Vallen hendak membelokkan kendaraannya.

“Eh eh! Itu cowok kemaren kan?” tanya Rena sambil menunjuk lelaki yang sedang berusaha memanjat pagar sekolah.

“Len! Tiba-tiba gue pengen banget manjat pager. Ayok lah sekali – kali lo turutin kemauan gue,” lanjut Rena dengan wajah yang memelas ke arah Vallen.

“Manjat aja sendiri, gue males.”

Vallen masih kekeh dengan keinginannya. Ia tiba-tiba teringat perkataan lelaki itu. ‘Akhirnya kita bertemu’

Kalimat itu terus memunculkan tanda tanya dalam benak Vallen. Sebenarnya siapa lelaki itu? Bagaimana ia bisa mengenal Vallen?

“Oke kita manjat,” ucap Vallen tiba-tiba membuat mata Rena membulat sempurna.

“Beneran?” Masih tak percaya dengan perkataan Vallen yang tiba-tiba berubah, Rena kembali bertanya.

Tak berniat menjawab, Vallen segera menepikan kendaraannya dan bersiap menuju pagar.

Rena tampak bahagia karena kembali bertemu lelaki tampan kemarin. Ia melupakan fakta bahwa lelaki itu justru tertarik kepada Vallen.

“Hey! Tunggu, tunggu!” teriak Rena pada lelaki yang sudah setengah langkah memanjat pagar.

Refleks lelaki itu kembali turun dan segera iris matanya menyorot Vallen.

“Lo anak baru disini?” Rena membuka percakapan.

“Iya. Ini hari kedua gue masuk,” singkatnya.

Tiba-tiba lelaki itu menyodorkan tangannya ke arah Vallen.

“Arga. Kelas 12 IPA 3.” Vallen hanya menatap uluran tangan itu.

Setengah kesal melihat tingkah sahabatnya, Rena segera menyambut uluran tangan Arga.

“Gue Rena, kelas 12 IPS 1. Eh, kelas kita sebelahan loh.”

Vallen masih berkutat dengan pemikirannya sendiri. Ia terus mengingat-ingat apakah pernah mengenal lelaki bernama Arga. Tapi nihil ia benar-benar yakin bahwa tak mengenal Arga di masa lalunya.

“Yaudah manjat, yuk!” ajak Rena.

Baru saja Rena menaikkan satu kakinya, tiba-tiba ponselnya bergetar.

“Hah? Len gawat Len. Ini gawat, gue pinjem mobil lo dong,” panik Rena setelah membaca sebuah pesan singkat.

“Kenapa? Apanya yang gawat.”

“Fero, Lenn. Dia masuk rumah sakit,” balas Rena dengan wajah sedih.

Vallen berdecak sebal dan segera memberikan kunci mobilnya pada Rena. Secepat kilat Rena berlari dan memasuki mobil.

Terima Kasih, Luka! [Re-Write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang