Chapter 3 : Begin

180 9 0
                                    

Disclaimer Masashi Kishimoto  

Pairing : SasuHina slight NaruSaku

Genre : Drama, Romance, Humor

Rate : T   


Sejak pulang sekolah, Hinata masih uring-uringan di dalam kamarnya. Dia terus memikirkan kejadian tadi. Hinata bingung kenapa selama perjalanan Sasuke terus menggenggam tanganya. Padahal, jarak mereka dengan pasangan NaruSaku sudah jauh, terlampau jauh malah. Dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba dia melihat tali emas yang menjuntai keluar dari laci mejanya. Rasa penasaran pada diri Hinata bangkit. Kemudian dia berjalan dari ranjangnya menuju laci meja untuk melihat tali apakah itu. Namun, belum sempat tangannya membuka laci, ketukan pintu terdengar disertai suara Hanabi.

"Nee-chan! Ayo makan malam, Tou-sama sudah menunggu di meja makan."

'Huft! Mungkin lain kali akan kulihat.' Batin Hinata.

"Iya! Aku akan segera turun." Jawabnya kemudian.

.

.

.

Keheningan kini menyelimuti ruang makan. Tak ada yang ingin mengeluarkan barang sepatah kata untuk mencairkannya. Semuanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sebenarnya kehidupan keluarga Hinata harmonis. Sangat harmonis. Tetapi sejak kematian Hitomi Hyuuga, ibu Hinata dan Hanabi lima tahun yang lalu, keharmonisan itu lenyap begitu saja. Seolah-olah lentera keharmonisan mereka menghilang bersama kematian Hitomi.

"Tou-sama! Apakah Tou-sama tahu? Tadi Hinata-nee diantar pulang oleh pemuda tampan lho!" seru Hanabi tiba-tiba.

"Benarkah?" Hiashi mencoba menanggapi putri bungsunya itu.

"Iya! Bahkan Neji-nii masih kalah tampan!" Hanabi berceloteh kembali.

Hinata yang mendengarnya refleks tersedak.

"Uhuk!"

Ternyata Hanabi melihatnya bersama Sasuke. Padahal Hinata sudah memastikan kondisi sekitar ketika akan berpisah dengan laki-laki itu.

"Hinata, apakah yang Hanabi katakan itu benar?" Hiashi beralih pada putri sulungnya yang kini tengah meminum segelas air.

"I-iya, Tou-sama. Itu benar." Jawabnya.

"Siapa namanya?" tanya Hiashi lagi.

"U-uchiha Sa-sasuke." Cicit Hinata.

"Uchiha?" 

Hanabi yang mendengar gumaman Hiashi membuka suaranya kembali.

"Ada apa Tou-sama?"

"Hn. Tidak. Tou-sama sudah selesai, kalian cepat selesaikan makanannya dan pergilah tidur. Tou-sama kembali ke kamar dulu, banyak pekerjaan yang harus dikerjakan." Ucap Hiashi kemudian dan segera bangkit meninggalkan meja makan.

Kini tersisa Hinata dan Hanabi. Mereka menyantap makan malam dalam diam. Hingga suapan terakhir Hinata tertelan, barulah ia merutuki sifat adiknya yang senang berceloteh hal-hal baru tentang Hinata pada ayahnya.

"Ha-hanabi! Kenapa kau memberitahu Tou-sama  mengenai pemuda tadi?" tanya Hinata.

"Loh, memangnya tidak boleh?" bukannya menjawab, Hanabi justru balik bertanya.

"Tentu saja tidak!" balas Hinata cepat.

"Memangnya kenapa? Bukankah tidak masalah memberi tahu Tou-sama tentang kekasih Nee-chan?" Hanabi kembali bertanya.

"Bu-bukan begitu.. tunggu! Dia bukan ke-kekasihku!" seru Hinata begitu sadar jika Hanabi mengira Sasuke adalah kekasihnya.

"Eh? Bukan kekasih? Lalu siapa dia? Kenapa mengantar Nee-chan pulang?" pertanyaan-pertanyaan langsung meluncur deras dari mulut mungil Hanabi.

"Di-dia teman sekolah Nee-chan, kami tak sengaja berpapasan dijalan dan akhirnya pulang bersama karena arah rumah kami satu arah." Jelas Hinata sedikit berbohong.

"Heeh, benarkah? Apakah Nee-chan tidak memiliki perasaan apapun padanya?" Hanabi tidak berhenti untuk bertanya, dia masih ingin mengintogerasi kakak tersayangnya ini.

Hinata gemas. Ingin rasanya menyumpal mulut adik semata wayangnya itu dengan sesuatu. Tapi bisa-bisa ia justru dikerjai balik oleh Hanabi dengan beragam kejailan yang mengerikan. Membayangkannya saja Hinata tidak mau, apalagi merasakannya.

"Su-sudahlah, lebih baik kau tidur saja, sudah malam. Nee-chan juga akan kembali kekamar, sudah mengantuk nih." Hinata mencoba mengalihkan pembicaraan, dia tak ingin membahas hal ini lebih dalam.

"Cih. Baiklah. Oyasumi." Meskipun merengut, Hanabi tetap menuruti Hinata dan kembali ke kamarnya.

'Syukurlah Hanabi mau mendengarkannya. Aku tidak tahu harus berkata apa jika dia bersikeras tadi.' Batin Hinata.

Setelahnya, Hinata membereskan meja makan dan mencuci piring. Kemudian cuci muka, menggosok gigi, dan bersiap untuk tidur. Dia berharap, semuanya akan berubah esok hari. Semoga saja.

.

.

.

Udara segar dipagi hari semakin membuat Hinata bersemangat pergi ke sekolah. Gadis ini telah memantapkan hatinya untuk merelakan Naruto dan meulpakannya. Kini, dia ingin fokus belajar agar ketika naik ke kelas XII nanti dia telah memiliki tabungan nilai yang cukup untuk membantunya masuk ke universitas yang diinginkan. 

Niat awal Hinata memang begitu. Tapi nyatanya, begitu memasuki gerbang sekolah, dia sudah disuguhkan pemandangan menyiksa hati.

"Sakura-chan, bolehkan aku menggandeng tanganmu?" tanya Naruto seraya menyengir.

"Bo-boleh saja! Tapi jangan lama-lama!" balas Sakura malu-malu.

Hinata yang ternyata masih tak sanggup, memutuskan melewati pintu samping. Tak disangka dia bertemu dengan Sasuke. Pemuda itu tengah berbaring dibawah pohon besar. Tanpa sadar, kaki Hinata melangkah mendekatinya. Setelah berada tepat disamping Sasuke, Hinata berjongkok. Kemudian dia mulai mengamati wajah Sasuke lamat-lamat. Wajah putih mulus, hidung mancung, rahang yang tegas, serta bibir tipis nan sexy. 

'Sasuke memang manusia yang nyaris sempurna!' batin Hinata begitu sadar jika tak heran Sasuke memiliki puluhan bahkan ribuan gadis yang tergila-gila padanya. Pemuda ini memang tampan. Sangat tampan, Hinata mengakui hal itu. Setelah puas mengamati wajah Sasuke, Hinata menyadari satu hal. Di sudut alis Sasuke bagian kanan, ada setitik tahi lalat. Kecil sekali. Hinata nyaris tak menyadarinya karena hampir berbaur dengan hitamnya alis Sasuke.

"Sudah selesai memperhatikanku, hm?" tiba-tiba Sasuke membuka kedua matanya dan manik hitam itu menatap tepat pada pupil amethyst milik Hinata.

Hinata yang kaget sontak segara bangkit. Tapi itu gagal karena tangan besar Sasuke menarik Hinata jatuh kedalam pelukannya.

"S-s-s-s-s-sasuke.. a-a-a-apa yang kau lakukan?" Hinata blushing. Wajah sampai telinganya telah memerah bak kepiting rebus. Ia tak menyangka Sasuke akan bangun secara mendadak dan menariknya seperti ini. 

"Hm? Apa yang aku lakukan? Tentu saja memelukmu. Apa lagi?" bisik Sasuke tepat ditelinga Hinata.

Tamat sudah. Hinata tak bisa mengendalikan dirinya lagi. Ini sudah diluar perkirannya. Pada akhirnya semuanya menjadi gelap dan Hinata pingsan di dalam pelukan Sasuke.

"Ck! Dasar gadis bodoh."


TBC

Yap chap 3 up! Semoga kalian suka:v Krisarnya plz:'v

Makasi.

You And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang