Chapter 4 : Feel

165 9 3
                                    

Disclaimer Masashi Kishimoto  

Pairing : SasuHina slight NaruSaku

Genre : Drama, Romance, Humor

Rate : T 


"Hei Naruto... apakah Sasuke mengatakan sesuatu padamu?" tanya Sakura.

"Gag? Ghayagnya enggag heg." (Hah? Kayaknya enggak deh.) Naruto menjawabnya dengan mulut penuh dengan ramen.

"Apa? Apa yang kau katakan?" Sakura tidak mengerti ucapan Naruto bertanya kembali.

"Ghayagnya enggag." Lagi, Naruto masih menjawab dengan mulut penuh ramen.

"Bodoh! Telan dulu ramen di mulutmu!" Sakura yang kesal karena Naruto masih menjawab dengan mulut penuh ramen, memukul bibirnya dengan (cukup) kencang.

"Guhg! Uhuk! Air! Air!" tangan Naruto segera meminum segelas air untuk melancarkan kerongkongannya.

"Hah.. sudahlah. Lebih baik aku tanyakan langsung pada Sasuke." Sakura berdiri meninggalkan Naruto lalu berjalan menuju kelasnya.

"Eh? Sakura-chan! Tunggu dulu dong!" seru Naruto ketika menyadari Sakura sudah jauh meninggalkannya sendiri.

.

.

.

Hinata's POV

Ukh. Kenapa kepalaku nyeri sekali. Ada apa dengan- eh? Di-dimana ini! Putih semua warnanya! Hadu.. sebenarnya apa yang terja-

"Oh, sudah bangun rupanya."

Hah. Siapa it- SASKEY! KAMI-SAMA ITU SASKEY!

"Hei, bisa hentikan memandangku dengan mata nyaris keluar begitu? Baru pertama kali liat cowok cakep, ya?"

Se-sejak kapan Sasuke narsis begini?

"Hinata, tolong hentikan. Aku akan pergi ke kelas, sungguh."

"E-eh maaf. Aku terkejut." Ucapku akhirnya.

"Hn." meski menjawab ucapanku, Sasuke tetap berjalan keluar UKS.

"Bu-bukankah aku sudah minta maaf?" ucapku lagi berharap Sasuke akan berhenti dan kembali duduk disamping ranjang tempatku saat ini.

"Kau akan tetap diam di tempat ini sampa bel pulang atau kembali ke kelas bersamaku?" tanyanya.

"Hu-huh? Oh i-iya. Aku ikut." Begitu sadar jika sudah cukup lama aku di sini sejak pagi tadi, kakiku langsung berjalan mengejar Sasuke.

Sasuke tidak berhenti, dia tetap berjalan dengan langkah lebarnya tanpa menungguku. Ah ya, bagi Sasuke aku hanyalah teman satu sekolahnya. Mana mungkin dia mau melewatkan pelajaran hanya untuk menunggu langkahku yang lambat. Sudah cukup dia direpotkan olehku dengan menunggu disamping ranjang sampai aku siuman. Lagipula, untuk apa aku memikirkan ini? Sasuke saja tidak pedu-

"Apa kau benar-benar ingin kutinggal sendiri disini?"

Eh?

Apa?

Se-sejak kapan dia ada di depanku?

"Ma-maaf." Hanya itu yang dapat kukatakan. Sungguh.

You And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang