Hidup harus terus berlanjut tak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yang menjadi obat.
-Tere Liye : ayahku (bukan) pembohong.●●○○
Naruto bergegas membalikkan tubuhnya.
Ya! Dia berhasil melihat ibunda Hinata, menggerakkan kursi rodanya dengan cepat, tak peduli bila tangannya sendiri akan terluka.
"Ba-san?.." panggil Naruto pelan setelah sampai di dekat ibunda Hinata. Hikari mengangkat kepalanya ragu, dia tau itu suara milik Naruto.
"Na..Naruto?" Ucapnya dengan terbata-bata, rahang Naruto mengeras. Kenapa? Kenapa dia tidak di beritau?.
Naruto bangkit dari kursi roda yang ia pakai, walau kakinya masih terasa sakit dia tetap berusaha masuk ke dalam ruangan Hinata, bahkan mengabaikan impusan yang seakan terseret olehnya.
Naruto tidak memikirkan rasa sakit akibat tarikan dari impus yang ada di tangannya. Hanya 1 yang ada di dalam kepalanya sekarang.
Dia harus melihat Hinata!.
Jalan dengan susah payah, bahkan mengabaikan ibunda Hinata yang sedari tadi menahannya, Naruto sudah tidak peduli dengan apapun!.
Dia harus tau apa yang terjadi dengan Hinata, sampai-sampai membuat dokter mengatakan bahwa hanya keajaiban yang bisa membawanya kembali.
Apa? Dengan cara apapun Hinata harus kembali!.
"HINATAAAA!!!!" Naruto menggoyangkan tubuh Hinata setelah dia bisa meraihnya, Hikari pergi ke ruangan Naruto berharap ada siapapun yang bisa menolongnya.
"Nggak lucu Hinata... sungguh... ini tidak lucu..." Naruto berkata dengan pilu, walaupun Naruto sendiri tau bahwa ini bukanlah sebuah lelucon.
"Naruto!" Shikamaru langsung menarik tubuh Naruto, namun dengan cepat dia menghempaskan tangan Shikamaru yang berusaha menjauhkannya dari Hinata.
"SIAPA?! BILANG SIAPA YANG UDAH MEMBUAT HINATA SEPERTI INI?! KATAKAN! AKAN KU BUNUH DIA!" Naruto murka! Pasalnya setau Naruto, Hinata tidak memiliki riwayat penyakit yang serius, otomatis ini adalah perbuatan seseorang--pikirnya.
Shikamaru masih terus mencoba menenangkan Naruto, sedangkan Hikari menghubungi orang tua Naruto dan mengatakan apa yang sedang terjadi sekarang.
"Kau harus tenang dulu Naruto..." Shikamaru masih terus mencoba menarik Naruto namun tetap saja Naruto tidak bergerak dari posisinya sedikit pun.
"BAGAIMANA AKU BISA TENANG! KENAPA? KENAPA TAK ADA YANG MAU MENJAWABKU?!" Naruto terus saja berteriak, tak peduli lagi dengan sekitarnya. Persetan dia berada di rumah sakit! Tak peduli di manapun sekarang dia berada.
Yang jelas, Naruto harus tau apa yang terjadi pada Hinata.
"Kau lihat Naruto! Impusanmu bahkan berhenti mengalir!" Shikamaru mengambil impusan itu, dan dengan cepat Naruto melepaskan benda yang menurutnya mengganggu di tangannya itu.
"Aku tidak butuh itu!" Naruto kembali berbalik untuk melihat Hinata, menggenggam tangan perempuan itu lalu menangis sambil menenggelamkan wajahnya di punggung tangan Hinata.
Apa yang terjadi?.
"Naruto!" Kushina segera memeluk anaknya yang sedang menangis. Naruto menggenggam tangan ibunya yang berada di pinggangnya.
Berbalik, menatap sang Kaa-san. "Jawab pertanyaanku Kaa-san! Atau siapapun! Jawab pertanyaan Naru!" Semua yang berada di ruangan itu mulai merasa gelisah, mereka sudah tau apa yang akan Naruto tanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurry Back (NaruHina)
Fanfic[END] Semuanya salah, seharusnya dari awal kita berjuang bersama. Waktu, bisakah kembali ke hari itu? ●●○○ !THE CHARACTERS BELONG TO MASASHI KISHIMOTO. DO NOT COPY THIS STORY! [787 In Fanfiction : 06122017] RATE : T WARNING! TYPO. OOC. BAHASA AMBURA...