Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.
-Tere Liye : Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.●●○○
"Syukurlah hari ini pasien yang bernama Naruto Uzumaki sudah boleh pulang." Kushina tersenyum mendengar ucapan dokter yang bernama Akasuna Sasori itu, akhirnya anaknya bisa pulih kembali.
"Terima kasih banyak atas bantuannya dokter" Kushina tersenyum pada sang dokter. Sasori juga membalas senyuman itu "sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu. Mari.." Sasori pamit pergi dengan sopan.
"Ayo kita siap-siap Naruto" Kushina pun mulai merapikan satu persatu barang-barang milik Naruto.
"Aku tidak mau pulang" ucapan anaknya membuat Kushina menghentikan kegiatannya, dia menoleh menatap Naruto "kenapa?" Naruto balik menatap sang ibu dengan wajah yang... entahlah banyak tekanan mungkin.
"Aku akan terus disini bersama Hinata" tangan Kushina mengepal saat mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Naruto.
"Dengar kaa-san Naruto, kau memiliki kehidupan yang harus terus berlanjut..." belum sempat Kushina menyelesaikan ucapannya, hembusan nafas kasar Naruto menghentikannya.
"Kehidupan apa? Kehidupan yang merenggut nyawa orang lain? Harusnya aku yang ada di posisi Hinata!" Tangan Kushina semakin mengepal kuat, dia tau... sangat tau bahwa apa yang di katakan oleh anaknya memang benar.
"Lalu kau mau apa Naruto?!" Nada bicara Kushina mulai meninggi, "Hinata tidak akan kembali kau dengar itu!" Naruto tersentak, bagaimana... bagaimana bisa ibunya berkata demikian?.
"Apa maksud kaa-san?! Siapa yang bilang?! Jika yang bilang adalah dokter bodoh yang tidak mau berusaha, untuk apa di percaya?!" Naruto membalas dengan nada yang sama tingginya.
Kushina mencengkram bahu Naruto erat, dia tidak mau anaknya terus larut dalam kesedihan seperti ini. "Tidak lama lagi semua alat yang Hinata gunakan akan di cabut!" Kushina melepaskan cengkramannya kemudian berlari menuju toilet.
Menumpahkan tangisan yang sejak tadi ia tahan, bagaimana pun anaknya harus tau semua itu.
Naruto mematung, beberapa detik kemudian dengan secepat kilat dirinya berlari menuju ruang rawat Hinata.
Brak!
Suara pintu yang di buka cukup keras oleh Naruto membuat Hikari dan Hiashi tersentak lalu menoleh ke arah Naruto.
"Ada apa Naruto?" Hiashi membuka suara, Naruto mencengkram kerah bajunya dengan kuat.
"KATAKAN! KATAKAN KENAPA KALIAN MAU MELEPAS ALAT YANG ADA PADA HINATA?! HAH?! JAWAB!" Hiashi menghentakkan tangan Naruto dengan kasar, dia paham kenapa Naruto menjadi seperti itu.
"Kau dengar Naruto, ini adalah keputusan dokter dan kami tidak bisa berbuat apapun" Hiashi masih terus mencoba tenang, walau dirinya sendiri sebenanrnya sama hancurnya dengan Naruto.
"Keputusan dokter?! Ga mungkin! Apa kalian tidak sanggup untuk membayarnya hah?! Biar aku yang menaggung semua biaya rumah sakit Hinata!" Hiashi mengepalkan tangannya erat. Ini bukan masalah uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurry Back (NaruHina)
Fanfic[END] Semuanya salah, seharusnya dari awal kita berjuang bersama. Waktu, bisakah kembali ke hari itu? ●●○○ !THE CHARACTERS BELONG TO MASASHI KISHIMOTO. DO NOT COPY THIS STORY! [787 In Fanfiction : 06122017] RATE : T WARNING! TYPO. OOC. BAHASA AMBURA...