Chapter 6

25 5 0
                                    

Pagi itu, sekitar pukul 06.45 motor yang sangat aku kenal, tiba-tiba parkir dihalaman rumah ku. Ternyata dia benar-benar serius ingin menjemputku. Apa itu romantis? Dia cuma menjadikan aku pacar pura-pura nya, tidak lebih dari itu.

"Assalamualaikum." ujar Arhan sembari mengetuk pintu.

"Waalaikumussalam, eh Arhan. Ada apa kesini?" Mamah yang menyambut kedatangannya.

"Arhan mau jemput Fini, tante. Boleh?" Dia berkata sehabis salim kepada Mamah nya Fini.

"Berangkat dengannya?"

"Iya."

Tidak lama kemudian, Fini dateng keluar. Dia menyiapkan ekspresi yang sangat-sangat biasa agar tidak terlihat gugup didepan Arhan. Padahal hatinya, sudah berdentak kencang. Dia malu.

"Fini berangkat dulu ya, mah."

"Iya. Arhan juga hati-hati ya. Jangan ngebut."

Dia hanya mengangguk dan mereka berdua pamit menuju ke sekolah. Motor yang dikendarai Arhan sudah melesat meninggalkan perumahan itu.
Di dalam perjalanan, hanya diam. Fini yang sedikit kaku, karena baru pertama kali dia duduk di jok motor ninja. Arhan yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum tipis. Ada saja anak macam ini, katanya.

"Kalo duduk nya gak nyaman, peluk aku aja. Emang motor ninja tuh gini tempat duduk sengaja lebih tinggi supaya kamu bisa peluk aku." ucap Arhan bercanda.

"Peluk? Bukan muhrim nya," kata Fini.

"Kalo bukan muhrim, kenapa tangan kamu megang pundak aku?" tanyanya balik yang membuat Arhan puas.

"Mau dilepas? Jangan, nanti kamu jatuh. Repot urusannya. Aku jaga satu wanita yang belum jadi milik aku aja gak bisa, gimana kalo kamu udah jadi milik aku. Udah pegang pundah aku aja."

Perkataan itu membuat dia bungkam tak bisa berbicara apa-apa. Terimakasih, Arhan. Aku tidak bisa menyangka akan jadi seperti ini, ucapnya dalam hati.

***
Sesampainya di depan sekolah, aku terlihat gugup. Tidak tau apa nanti aku akan dibicarakan anak satu sekolahan atau tidak karena aku dibonceng dengan cowo dingin dan terkenal di sekolah ini. Arhan memang sering membawa motor ke Sekolah, meskipun jarak dari rumah dan sekolah nya itu cukup dekat. Tapi, ya itulah Arhan. Dia tidak ingin diantar jemput Papa nya apalagi dia sudah beranjak dewasa. Walaupun sekolah melarang, tapi tidak untuk Arhan. Dan, sejarah baru di sekolah itu. Pertama kalinya Arhan membonceng cewe ke sekolah. Sebelumnya memang ada yang mengajak pulang bersama tapi Arhan tidak peduli. Dia tidak meladeninya.

"Han, aku takut." katanya gugup

"Kenapa?"

"Takut diomongin sama anak sekolah, apalagi temen-temen kamu."

"Tenang, aku yang urus."

Mereka pun jalan bersamaaan, lebih tepatnya Arhan yang jalan duluan dan Fini di belakangnya. Mungkin karena Fini masih gugup lebih terlihat takut.

"Sini, jangan jauh-jauh." ucap Arhan.

"Aku takut... "

"Gak ada yang perlu ditakutin."

Dengan santainya dia bilang gitu? Ayolah, Han. Kamu ini selain dingin emang gak bisa ngertiin perasaan orang. Ya jelas lah aku takut. Kan baru pertama kalinya kamu gini. Nanti bakal diomongin, pasti. Dan pasti aku nanti akan malu. Meski di dalam hati aku berkata, lihat kalian! Aku cewe pertama kali yang diantar Arhan dengan motor nya itu ke sekolah. Hahaha... Hatiku tampaknya sangat puas, mungkin aku sudah terjeb... Tidak, Fini! Aku tidak boleh punya pemikiran gitu. Dia hanya temanku, tidak lebih. Semoga.

"Han, lo berangkat bareng Fini?" ujar Alex. Disitu memang banyak teman Arhan yang bingung sama sikap temannya ini. Tumben apa dia seperti ini?

"Iyalah. Dia pacar gue."
SHITT!!! ARHAANNN!!!! Kenapa kamu spontan bicara seperti ituuu!!! Aku malu, Han. Aku malu.

"Pacar? Jadian kapan?" tanya satu teman Arhan yang bingung.

"Kepo."

"Ayo, sayang. Kita ke kelas. Buang-buang waktu berada disini." Ujar Arhan sambil menarik tangan Fini.
Fini? Dia hanya bisa tertunduk diam. Antara senang atau tidak. Mungkin dia sangat malu. Cepat atau lambat, berita dia berpacaran dengan Arhan itu akan menyebar.

Aku harus memasang muka bagaimana? Teman-teman pasti udah tau semua kejadian ini. Terlebih lagi, Arhan masih memegang tanganku. Aku pikir, hanya sekedar pacar pura-pura biasa, tidak seperti ini. Eh taunya.. Ini diluar ekspetasi ku. Di lain sisi aku emang sangat malu, ini aja gak tau apa yang harus aku sampein ke teman-teman ku nanti, mereka pasti menyerangku dengan beribu pertanyaan penuh rasa ingin tahu. Dan di sisi lain, aku senang. Aku serasa dimiliki dia sepenuhnya, walau aku gak bisa berharap lebih. Karena kita hanya pura-pura. Tapi kata Arhan, kalo jadi pacaran beneran gak ada yang tau... Astaga! Buang jauh-jauh pikiran itu! Aku tidak boleh terus memikirkannya.

Benar, ketika sesampainya di kelas, Arhan masih mengenggam tangan Fini. Sontak, ini membuat teman satu kelas merasa bingung dengan sikap Arhan. Dia tidak pernah seperti ini, dia tidak ingin mau jatuh cinta lagi, dia tidak ingin berurusan dengan cewe lagi. Tapi, kenapa kini berbeda?

"Biasa dong liatinnya. Kaget? Iya, dia pacar gue." Astaga, Arhan. Gak ada bosennya kamu bilang kayak gitu ke teman-teman. Lengkap sudah perasaan malu ku.
Aku pun langsung duduk. Sejenak menghilangkan rasa malu aku ini, sebelum teman-teman akan menerkam ku, dengan semua pertanyaan bingung mereka. AHH ARHAN!!

Siapa yang nyangka kalo mereka beneran jadian? Hahaha... Mereka cuma pura2 kok, gak lebih. Bingung ya kenapa Arhan bersikap seperti itu? Akan aku jelaskan dichapter selanjutnya. Sekarang, sengaja aku potong supaya gak kepanjangan, hehehe. Jangan lupa comment nya.
Semoga suka!

To be continue...

Best Friend Or Girl Friend? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang