Sebuah Tragedi

36 4 0
                                    

Sementara disisi lain, Arhan ternyata tidak langsung pulang. Dia pergi ke kota terlebih dahulu untuk menemui janji kepada teman-temannya. Ternyata itu alasan dia tidak ingin mampir ke rumah Fini, padahal di dalam hati dia rasanya ingin sekali. Di sebuah cafe tempat biasa dia nongkrong, yang para pelayan nya pun sudah mengenal Arhan. Kenal dekat, sampe dia tahu semua pesanan Arhan. Dia juga mempunyai banyak teman, selain teman di sekolah nya, ia juga punya teman biasa dia nongkrong. Tidak seumuran, mereka lebih tua dari Arhan. Mereka anak SMA. Entah bagaimana dia kenal bersama sekumpulan anak itu. Dia juga kadang mentraktir temannya itu, jadi tidak heran lagi kalo dia menghabiskan banyak uang dalam waktu semalam hanya untuk mentraktir mereka.

"Gue pulang ya," katanya sambil berdiri hendak dan mengambil tas.

"Cepet banget tumben." ujar teman Arhan.

"Biasa bokap." dia jawab datar.

Mereka pun mengerti dengan sendirinya, karena emang Arhan tidak boleh pulang terlalu larut. Dia masih remaja, udah gede sih emang. Tapi ngga baik aja gitu.

Arhan pun segera pulang. Dia menambah kecepatan maksimum agar dia cepat sampai di rumah. Bukannya fokus, dia menyetir, tapi pikiran dia kosong. Dia sampai tidak menyadari bahwa ada mobik dengan kecepatan sama melaju kencang ke arah nya.

DUARR!!

Bunyi benturan itu kencang sekali. Arhan terpelanting jauh kebelakang mobil hingga kepala dia berbenturan dengan trotoar jalanan. Dia merasakan sakit yang luar biasa, kaos bercucuran darah, motor nya itu rusak parah. Arhan masih sempat bisa membuka HP nya, untuk mengabari yang ada di HP nya itu. Ternyata dia mengabari Fini, dengan gemetar Arhan pun mengetik.

"Fin, tolong aku. Aku tertabrak, dan tubuhku tidak dapat merasakan apapun. Hanya sakit yang berlebihan. Tolong, Fin. Tolong kasih tau Mama dan Papa. Nanti aku send location, datang kesini secepatnya, aku gak kuat."

Dia sempat melihat kalo Fini masih belum menandakan bahwa online. Tanpa menutup handphone nya, pandangan Arhan semakin lama semakin buram, buram, dan buram. Hingga dia benar-benar pingsan. Tidak tau lagi kejadian setelah ini akan bagaimana.

***
Fini masih asyik dengan belajarnya, dan tiba-tiba dia teringat sesuatu. Rasanya ingin cepat-cepat membuka HP. Dia pun mencari Hp itu setelah ketemu dia langsung mengaktifkannya. Setelah dia menyalakan data di HP nya itu, dia kaget ketika ada pesan dari Arhan. Pesan itu tidak biasa dan ia segera membukanya. Dan, benar. Pesan itu membuat dia bungkam. Dia mencoba menghubungi Arhan beberapa kali, percuma. Gak dijawab. Selalu saja kalimat "maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk" Ah! Bukan kata operator yang dia inginkan. Dia ingin Arhan yang mengangkatnya, memastikan bahwa Arhan baik-baik saja. Tetap saja, percuma.

Mamah Fini yang mengetahui Fini menangis, langsung mendekati putri nya itu.

"Kamu kenapa, sayang?" ujar Mamah menenangkan.

"Mending mamah baca sendiri aja," ujar Fini lemas, tidak kuat lagi melihat pesan itu.
"Fin, tolong aku. Aku tertabrak, dan tubuhku tidak dapat merasakan apapun. Hanya sakit yang berlebihan. Tolong, Fin. Tolong kasih tau Mama dan Papa. Nanti aku send location, datang kesini secepatnya, aku gak kuat."

"Astaghfirullah! Ini bener?" Mamah pun panik dan cepat-cepat memanggil Ayah untuk menelpon orangtua Arhan.

"Ayah! Ayah! Cepat kemari!" teriak Mamah.

"Ada apa, Mah? Ko teriak-teriak?" jawab Ayah.

"Cepat hubungi Papa nya Arhan, dia kecelakaan. Dia juga send location tempat dia kecelakaan." Sambil menunjukkan pesan Arhan.

Ayah pun cepat-cepat menelpon Papa nya Arhan.
"Assalamualaikum, Pak. Arhan kecelakaan, iya dia baru memberi tahu Fini. Cepat kemari. Iya. Kita kesana bareng. Oke. Wassalamualaikum." Ayah pun menutup telfon nya.

"Gimana, yah?" tanya Mamah.

"Mereka akan kemari. Kita akan ikut kesana, kalian siap-siap."

"Kamu yang sabar ya, sayang. Semua akan baik-baik saja. Arhan orang yang kuat. Mamah yakin itu." Mamah bicara sambil menguatkan Fini yang daritadi terus menangis karena keadaan Arhan, sekarang.

Fini hanya mengangguk.
Han, kenapa kamu seperti ini? Kamu baru saja membuat ku senang, tapi rasa itu hilang diganti dengan rasa khawatir. Aku mohon, kamu kuat. Bertahan, katanya dalam hati.

***
Di tempat kejadian, semuanya turun ke lokasi, kecuali Mamah Fini yang harus menemani Najwa di dalam mobil. Masih ada motor nya, motor yang tadi pagi dan sore mengantar Fini, sekarang tergeletak di jalan dengan keadaan yang sudah rusak. Terdapat banyak darah, Fini yakin itu darah Arhan. Hingga tangisnya kembali pecah dan dia memeluk Ayah nya. Mama Arhan, tidak kalah sedihnya. Semenjak ditelpon Ayah, Mama terus-terusan menangis tiada henti. Papa masih bisa berusaha tegar, walaupun hati dia teriris melihat anak nya kecelakaan sebegini parahnya.

"Bapa nyari siapa ya?" salah seorang warga menghentikan keheningan diantara kami.

"Kami keluarga dari korban kecelakaan. Yang menaiki motor itu, masih muda. Kira-kira dia di rumah sakit mana?" ujar Ayah, karena Mama dan Papa tidak sanggup untuk mengatakannya.

"Ooh anak muda itu ya? Dia memang kecelakaan disini, masih pake seragam sekolah. Setengah jam yang lalu, dia dilarikan ke Rumah Sakit Permata. Tidak jauh dari sini."

"Kalo boleh tau keadaan anak saya gimana, Pak?"akhirnya Papa angkat bicara. Dia masih bisa tegar.

"Kalo saya boleh bilang, dia mengenaskan, Pak. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan darah, kepala nya membentur trotoar untungnya dia memakai helm, ada robek dibagian tangan kanan karena terkena aspal. Dan kakinya... " Bapa itu menghela nafas panjang.

"Kaki nya kenapa, Pak?"

"Patah." Aku dan Mama tidak bisa lagi untuk berhenti menangis, kasian sekali Arhan. Aku aja begitu sedihnya, gimana Mama Arhan? "Kamu yang kuat, Han. Mama kamu sedih banget."
Ucapku dalam hati.

"Terima kasih atas informasinya, Pak." sambut Ayah dengan senyuman.

"Sama-sama." dia juga membalas senyum.

Kita langsung menuju ke Rumah Sakit yang dikatakan Bapa tadi. Tidak jauh, sekitar 10 menit sudah sampai.

Yahh... Arhan nya kecelakaan. Saran kalian sangat membantu buat chapter ini dan selanjutnya. Jangan luoa comment ya! Sengaka aku potong, biar kalian gak bosen bacanya... Semoga suka!

To be continue...

Best Friend Or Girl Friend? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang