Bab - 1

119 18 6
                                    

Namaku Aenor. Saat ini, aku duduk di kelas 3 SMP. Aku dibesarkan di keluarga yang cukup sederhana. Sekolah Veritas, adalah tempat aku bersekolah selama 11 tahun ini. Sekolah Veritas menjadi sekolah ter - favorit di kota yang aku tempati sekarang ini. Selama 11 tahun itulah, aku menemukan banyak teman,  yang memiliki kepribadian yang berbeda - beda.

🕵 FLASH_BACK 🕵

Tiba waktunya Aenor menginjakkan kaki di jenjang SMP. Ia merasakan ada yang berbeda, bukan satu atau dua, melainkan semuanya.  Ia bertemu dengan orang-orang yang belum dikenalnya. Tetapi saat itu, ia menemukan seorang gadis yang berasal dari luar kota. Aenor merasa senang bisa bertemu dan berteman dengannya. Menurut dirinya, dia orang yang special.

Teman baru Aenor yang berasal dari luar kota bernama Aafreeda. Freeda sangatlah baik kepada Aenor. Dia Selalu membantu Aenor dalam hal apapun. Seiring berjalannya waktu, kedekatan mereka berdua semakin terlihat. Sampai akhirnya, terbentuklah sebuah komitmen dalam menjalin persahabatan itu.

🕵🕵


Baru saja mereka bersahabat, kedekatan mereka berdua lama kelamaan semakin renggang. Melalui OSIS, Freeda menemukan teman yang lebih akrab dengannya. Teman yang membuat hidupnya lebih bebas dan nyaman. Kehidupan yang bebas mampu mengubah pribadi Freeda hingga 180 derajat.

Awalnya Freeda gadis yang pendiam, tetapi semenjak ia bergabung dalam OSIS , Freeda berubah.

"Freeda.... Kamu mau kemana?" teriak Aenor.
"Aku ada rapat OSIS, nanti aja ngobrolnya yaa..." jawab Freeda dengan sedikit terburu - buru.

Niat Aenor bertemu dengan Freeda, tidak untuk mengobrol. Melainkan, Aenor ingin memberikan sebuah tugas, ketika dia meninggalkan pelajaran.

🕵🕵


Keseharian Aenor hanya duduk bersama Zeus ataupun Agassi. Sesaat, Freeda bergabung bersama kami, kemudian dia langsung pergi meninggalkan kami karena ada panggilan OSIS. Ini waktu yang tepat untuk Aenor menceritakan kepada Agassi.

" Agassi, aku boleh jujur sama kamu ? Sebenarnya, aku sedikit kesal kepada Freeda. Apa kamu juga merasakan hal yang sama ? " tanya Aenor perlahan.
" Aku tidak merasa kesal kepada Freeda. Karena dia sudah baik kepada kita, Nor. " jawab Agassi dengan santai.

Jawaban yang tidak diinginkan ternyata keluar dari mulut Agassi. Dengan murung, Aenor langsung pergi meninggalkan Agassi sendirian di dalam kelas.

' Kamu berubah, Da. '  batin Aenor bergumam, saat ia berjalan menuju kantin sekolahnya.

🕵🕵


Saat pembicaraan antara Agassi dan Aenor telah dibuka, Aenor memutuskan untuk menjauhi ketiga temannya itu. Perasaan bimbang pun terngiang di batin Aenor, ketika ia ditanya oleh Agassi.

" Aku tau, kamu pasti sedang sedih kan ? Muka kamu akhir - akhir ini murung terus. " Agassi mulai menerawang.
" Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Si. Aku sedang kecapean saja, menjalani jadwal minggu ini yang padat. " jawab Aenor.
" Tetapi, Nor. Menurut aku, sikap kamu berbeda dari biasanya. Biasanya, kamu tuh ceria. Sekarang kok murung. " jawab Agassi penasaran.
" Ya itu kan menurutmu. Tidak usah dibahas lagi. " jawab Aenor.

🕵🕵


Setelah dipikir ulang, Aenor menyesali perbuatannya. Ia sudah membuka obrolan yang tidak penting untuk Agassi. Ia bersalah, karena sudah mengecoh pikiran Agassi saat ini.
' Maafkan aku teman :) . "  batin Aenor bergumam.

Keesokkan harinya...

" Agassi, aku menyesal sudah membicarakan sahabat sendiri. Aky juga sudah membuat nilaimu turun. " ucap Aenor menyesal.
" Tak apa Nor. Aku juga yang belajarnya tidak benar. " jawab Agassi memaafkan.
" Ya sudah. Jangan saling menyalahkan diri sendiri. Tetapi, semuanya bersumber padaku. Untuk apa aku membicarakan sahabat sendiri." jawab Aenor terharu.

🕵🕵

Hari pun berjalan terus, tidak ada perubahan di antara kami. Keputusan Aenor sudah bulat, untuk duduk sendirian dulu di belakang. Ia tidak mau hal itu terulang lagi.

Pada saat bel istirahat, Agassi menghampiri Aenor di pojok kelas.

" Nor, kenapa kamu menyendiri seperti ini ? Bergabung lah dengan kami seperti biasanya. " tanya Agassi heran.
" Tidak apa. Aku ingin menyendiri dulu. Tidak usah mengkhawatirkan aku seperti itu. " jawab Aenor dengan lembutnya.
" Aku tahu kamu lagi bohong. Aku tau tentang kamu dari dulu. Ayo cerita aja. " Agassi memohon.
" Tidak ada yang disembunyikan. " jawab Aenor singkat.
" Apa kamu marah sama aku ? Karena beberapa hari ini aku mengabaikanmu. Kalau itu salahku, maafkan aku. " pinta Agassi.
" Jika kamu sudah tau kesalahanmu. Untuk apa kau kesini. Aku tidak ingin hal yang seperti ini. Aku hanya butuh dihargai olehmu sebagai sahabat. Aku mulai kesal ketika kamu lebih dekat dengan Freeda. Tapi, itu terserah padamu. Ini keputusanku. " jawab Aenor menjelaskan.

🕵🕵


Esoknya, Aenor melihat kedekatan mereka semakin menjadi, Aenor tidak bisa menahan semua itu, ia merasa sudah dikhianati. Aenor merasa hanya Zeus dan Agassi yang mengerti perasaannya saat ini. Aenor hanya bermain dengan Metis dan Sheren akhir - akhir ini.
' Aku tahu maksud Freeda mendekati Agassi. Untuk kepintaran saja bukan ? '  batinnya terus menerka.

Tiba saatnya Freeda meninggalkan kelas. Sebuah kertas terjun di meja Agassi. Kertas itu tak lain berasal dari Aenor.

" Maksud kamu ngelempar kertas ini apa ? Aku bukan tempat sampah. Gak seharusnya kamu buang kertas ke aku kaya gini. " ucap Agassi ketus.
" Kamu sadar gak sih ? Itu cuma kertas. Bukan sampah yang kotor kaya kamu ! Coba Freeda yang lempar, pasti kamu sangka bercanda. Buka topeng kamu itu, Si. " jawab Aenor juga ketus.
" Serendah itu harga diri saya ? Saya tuh gak bedain kalian sedikit pun. Segitunya kamu marah sama saya, gara - gara 1 orang. Kalian tuh sahabat aku. Aku gak bermaksud ngejauhin kamu dan dekat dengan Freeda. " jawab Agassi menjelaskan.
" Kebohongan nantinya akan terungkap juga. Aku tau kamu lebih bahagia sama dia. Aku tetap bertahan seperti ini, karena aku ingin kedamaian terjadi disini. Mungkin, harapanku untuk bisa memaafkanmu sungguh sulit. " jawab Aenor.

🕵🕵

Cukup TauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang