Bab 5

34 7 9
                                    

Awal sekolah pun telah tiba. Aenor sudah menyiapkan semuanya dengan baik. Mulai dari seragam, sepatu, alat tulis, tas sekolah, bahkan mentalnya sudah ia persiapkan.

Waktu pagi lah yang cocok untuk awal sekolah. Dengan Aenor datang lebih pagi, ia akan mendapatkan bangku paling depan.

Mentari pagi menyapa jendela kamar Aenor yang sudah terbuka lebar sedari pagi tadi. Benar sekali, bahwa Aenor selalu bangun lebih pagi sebelum mentari menyapanya.

Saat mentari muncul, biasanya ia sedang sarapan pagi bersama keluarganya. Setelah sarapan ia langsung pergi menuju sekolah. Udara sejuk di pagi hari selalu menemani Aenor sepanjang jalan. Sampai - sampai, ia lupa kalau sudah sampai di sekolahnya.

'Wuss....sejuknya' batin Aenor.
"Nor, ini sudah sampai. Kok dari tadi gak turun2?" tanya ibunya
"O iya bu..maaf tadi Aenor lagi bengong." sahut Aenor bergidik.

Aenor segera turun dari sepeda motornya, dan langsung memberi salam kepada ibunya. Kebiasaan yang patut ditiru ya -

Setelah itu, ia langsung berlari menuju kelasnya. Saat berlari, ia baru ingat bahwa kelasnya sudah berganti. Jadi, ia berusaha mencari papan mading untuk mencari tahu dimana kelasnya berada.

"Akhirnya..aku menemukan kelasku juga. Yey..aku dapet kelas biologi." cetus Aenor.

Aenor melihat keadaan di sekelilingnya. 'Masih kosong seperti biasanya.' Aenor sudah memilih bangku barisan depan. Aenor memang suka duduk di depan, supaya ia dapat mengerti pelajaran yang diajarkan oleh gurunya.

Setiap menit berjalan, kelas pun ikut terisi oleh anak yang baru datang. Sampai pada menit terakhir, Aenor kagum dengan seorang teman laki - laki yang baru di kelas itu.
'Berbeda dari yang lainnya.' batin Aenor mengucapkan itu ketika melihat teman cowonya itu.

Seperti biasa, awal pertemuan diisi dengan meminta tanda tangan setiap temannya. Alasannya sih, supaya lebih mengenal teman barunya.

Aenor sudah berusaha meminta semua tanda tangan temannya. Tetapi, ketika Aenor menghitung jumlahnya kurang 1 orang yang belum ia mintai.
'O iya, mungkin cowo itu yang belum ku mintai tanda tangannya.' benak Aenor bergumam.

Aenor langsung mencari pria itu, saat sudah menemukannya Aenor bingung harus bicara apa.
"Eh.." ucap Aenor berbarengan dengan pria itu.
"Kamu aja dulu yang ngomong deh..kan ladies first." ucap pria itu sopan.
"Sebelumnya perkenalkan nama saya Aenor. Saya dari kelas 7D. Nama kamu siapa? Ucap Aenor panjang lebar.
"Nama saya Dionysus. Biasa dipanggil Dion. Saya dari kelas 7B." jawab pria itu.
"O iya. Sepertinya aku belum melihat tanda tanganmu di buku-ku." ucap Aenor berusaha sopan.
"Sepertinya aku juga belum deh." sahutnya.
Dalam waktu singkat mereka tertawa berdua.

Setelah mereka bertukar tanda tangan mereka pergi ke arah yang berbeda. Hari pertama sekolah, Aenor duduk bersama seorang teman wanitanya bernama Rina. Rina adalah seorang atlet renang. Mulai hari itu, Aenor mulai menyimpan rasa kepada Dionysus. Aenor memberanikan diri menceritakan semuanya kepada Rina.

Hari terus berganti, cerita terus berlanjut. Sampai pada akhirnya, Dion mengetahui bahwa Aenor menyukai dirinya. Aenor merasa bingung, mengapa Dion bisa mengetahuinya. Aenor yakin bahwa Rina lah yang telah membocorkan rahasianya.

Sebelumnya, Aenor belum mengetahui bahwa Rina juga mencintai Dion. Rina menyimpan dendam kepada Dion karena tidak membalas cintanya. Lambat laun, Aenor mengetahuinya. Ia berusaha menghargai Rina.

Aenor berusaha untuk tidak mencintai pria itu, tetapi usahanya selalu gagal. Karena, pria itu selalu memberi harapan yang lebih kepada Aenor.

Aenor tahu bahwa Dion juga mencintai dirinya. Sikap Dion yang ditunjukkan kepada Aenor menjadi salah satu tandanya. Saat pelajaran Matematika, Dion sering melihat Aenor dan tersenyum padanya. Saat pelajaran olahraga, khususnya renang, diam - diam Dion sering melirik kepada Aenor dan melambaikan tangannya.

Hal itu tak bisa dilupakan Aenor begitu saja. Lambat laun, Dion merasa kesal dengan semua orang yang mencintainya, termasuk Aenor. Entah apa penyebabnya.

Sikap Aenor di hadapan ibunya Dion, bisa terbilang baik. Dari caranya berbicara, berpakaian bahkan hal detail pun ia perhatikan. Itu artinya, ia direstui oleh ibunya Dion.

1 semester berjalan begitu cepat. Sampailah pada pembagian raport. Sudah menjadi kebiasaan Aenor untuk datang lebih pagi dari waktu yang ditentukan. Kerjaan Aenor hanya menjaga tamu.

Terlihat seorang guru berambut pendek -- ya wali kelas Aenor memang seorang perempuan, tetapi dia tomboy. Guru itu mulai menghampiri kelas Biologi itu. Tepat berhenti, dan langsung memasuki kelas yang sudah penuh dengan para orang tua yang sudah hadir.

Kegiatan diawali dengan doa, kalu ceramah dari guru keoada para orang tua, untuk selalu menasehati anaknya. Dan tibalah pada inti acara, yaitu oembagian raport.

Kalau dilihat, oembagian diurutkan berdasarkan ranking kelas. Karena orang tua Agassi lah yang keluar pertama.
'Mustahil, Nor! Kamu gak mungkin masuk!' batinnya beradu dengan pikirannya sekarang.

Cukup TauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang