Bab - 3

74 16 5
                                    

Aenor jelas sangat berbeda dengan Freeda sahabatnya itu. Ia menjadi anak teladan di lingkungan sekolahnya. Ia juga dikenal banyak guru, senior, maupun juniornya. Aenor juga aktif mengikuti ekstrakurikuler kepramukaan di sekolahnya.

Ekstrakurikuler pramuka, diadakan setiap hari Sabtu pagi. Aenor tak pernah ketinggalan dalam kegiatan pramuka. Di dalam pramuka, Aenor dikenal sebagai anak yang tegas dalam memimpin, karena itulah gurunya tak pernah salah memilih Aenor sebagai ketua regu.

🕵🕵

Awalnya, Aenor bersama satu temannya masuk ke dalam regu milik seniornya. Ya-- Aenor merasa dirinya asing saat ikut perkemahan. Tetapi, ia tak pernah putus asa unutk lebih dikenal banyak orang nantinya.

Beberapa bulan kemudian...

Akhirnya, kepala sekolah mengizinkan kami untuk mengadakan PERSAMI. Tetapi, siapa yang tahu. Kalau pihak sekolah tak pernah mengizinkan kami untuk berkemah di dalam hutan, karena itu berbahaya. Kami hanya diizinkan menginap di sebuah villa dekat hutan saja.

Perjalanan menuju Villa...

Awalnya, kami menaiki sebuah mini bus milik sekolah kami, yang artinya kami pinjam hehehe. Tempat duduk kami sudah diatur oleh pembina kami. Beruntungnya, aku bersebelahan dengan sahabatku, Metis.

1 jam berlalu...

Akhirnya kami sampai di sebuah villa di kota Kuningan.

' Villa yang cukup unik. Ada tempat pemancingan di bawah, nuansa hutan yang mengelilingi villa, dan halaman yang sangat luas. ' batin Aenor menjelaskan.

Betapa bahagianya Aenor, ketika mengetahui bahwa letak kamarnya berhadapan langsung dengan nuansa hutan itu. Pintu kamarnya bisa menembus ruangan tempat berkumpul dan halaman yang bernuansa hutan itu.

🕵🕵

Anak - anak mulai memasuki kamar mereka masing - masing. Regu Aenor beranggotakan 4 orang. Mereka terdiri dari 2 orang seniornya, Aenor dan Nori. Segeralah mereka menata barangnya di lemari.

Biar aku jelaskan ya. Ada salah satu kamar yang tidak boleh kami tempati. Para guru mengatakan kamar itu milik dokter, pemilik villa ini.

Kali ini, Regu Metis yang akan aku jelaskan. Mereka menginap di sebuah paviliun. Beranggotakan 8 orang. Tetapi, selengkapnya tanyakan saja kepada Metis ya....hehehe.

Setiap kegiatan yang dilakukan anak - anak selalu diawasi semua guru. Itu yang membuat kami takut. Mereka mengatakan tak akan mengadakan jurit malam. Tetapi lihat saja nanti, penasaran ceritanya ^.^ .

🕵🕵

Cukup mengagetkan! Para guru dan senior, mengadakan jurit malam. Kami langsung menjadi sekumpulan kelompok kecil. Aku 1 kelompok dengan Gina dan Devi.
' Mereka itu penakut. ' batin Aenor berkutik lagi.

Peraturan mulai dibacakan satu per satu. Peraturan yang seperti biasanya. Agar anak - anak tidak membawa alat penerang selama jurit malam nanti. Mereka juga menjelaskan bahwa ada 1 rumah sakit di daerah itu. Jadi, kita semua harus hati - hati.

Satu per satu kelompok pun maju untuk mengikuti jurit malam. Selang beberapa kelompok, tibalah giliran kelompok Aenor yang maju.
' Tuhan, lindungilah kami selama perjalanan. 😇 ' batin Aenor meminta pada Tuhannya itu.

Terlihat sebuah jalan setapak yang gelap. Kami harus melintasi jalan sempit itu. Karena jalan itu, kami harus jalan berbaris ke belakang. Aenor mendapat barisan paling belakang.

Kami belum selesai menyusuri jalan itu. Disana banyak orang yang lewat. Tak sedikit pun kami kesepian. Tetapi Gina dan Devi terus saja berteriak.

' Jalan ini panjang juga ya. ' batin Aenor bergumam.

🕵🕵

Saat perjalanan...

Saat kami dalam perjalanan, senior kami mulai berkutik untuk menakuti kami, memang begitu sih. Dan betul saja, kami bertiga dikagetkan dengan adanya suara seorang pria,
' Mau apa kalian kesini ? ' ucap dia tuh.

Sontak, kami semua kaget mendengar suara yang asalnya entah dari mana.
' Berikan laporan kalian kepadaku. ' ucap pria itu lagi.

Dengan segera kami berbaris,

"Segera beri laporan kepada kami." hentak sang kakak pembina.
Kami bertiga bingung, siapa yang seharusnya memberi laporan. Akhirnya, akulah yang ditunjuk oleh kedua temanku.
"Lapor... Kami dari kelompok 6 siap melaksanakan tugas dari kakak." gertakan mulutku.
"Baik. Coba kalian kerjakan ini." ucapnya.
"Siap kak."
Kami langsung menyiapkan senter, bolpoin dan juga buku sebagai alasnya. Sialnya kami mendapatkan tugas untuk mengerjakan sandi udang, dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama.

Tak terasa waktu pun telah habis.
"Waktu habis. Kalian tidak boleh melanjutkan lagi." gertakan kak pembina terdengar.
Mendengar itu kami merasa sangat kecewa sekali.

Dengan berat hati, kami meninggalkan tempat itu, dan melanjutkan perjalanan menuju pos berikutnya. Seluruh pos kami lewati dengan baik, terkecuali pos 1.

🕵️🕵️

"Baiklah anak - anak, jurit malam telah selesai. Sebenarnya, kami membuat acara ini hanya untuk keseruan saja, biar tidak bosan." ucap kakak pembina.
"Ya sudahlah, biarkan saja." jawabku dalam hati.

Waktu masih menunjukkan pukul 22.00. Kami para anggota memutuskan untuk BBQ - an saja di teras villa. Anak pria yang melakukannya, anak perempuan yang menghabiskannya....hehehe.

Saat kami, anak perempuan duduk di sofa sambil mengobrol, tiba - tiba ada 1 anak pria yang menghampiri kami. Ternyata dia membawa 1 nampan jagung dan sosis bakar. Tentunya, anak perempuan merasa senang. Santapan sudah datang, tentunya harus segera disantap mereka pun langsung bubar dengan teman - teman mereka sendiri.

Aenor duduk berdua dengan Metis sahabatnya. Mereka membicarakan seorang senior, yang entah kenapa mereka membicarakannnya.
"Tis, kayanya aku suka deh sama BE." curhat Aenor kepada Metis.
"Hah? Kamu suka sama dia? Bagaimana bisa? Dia itu kan 'bibirnya eksotis banget, Nor." jawab Metis panjang lebar.
"Serius... Dia tuh kaya perhatian banget sama aku, Tis. Kamu kan tahu aku ini orangnya baperan banget." jawab Aenor manyun.
"Ya udah gak usah dipikirin lagi. Mending kita makan diluar aja yuk." jawab Metis sambil mengajak Aenor.

Sesampainya di teras, Aenor melihat ko Setya, yaitu BE.
"Nor, tuh ada orangnya. Samperin yuk." Ajak Metis sambil menarik tangan Aenor.

Tentu saja, Aenor ikut terseret oleh Metis.
"Hai kaaa...sibuk banget nih.." goda Metis.
"Iya nih, lagi BBQ..kalian mau ikut gak?" tanya ka Setya.
Deg! ajakan itu seperti menancap di dada Aenor.
"boleh - boleh..." Sahut Aenor tiba - tiba yang sedari tadi diam.
Metis merasa kaget dengan perkataan sahabatnya itu.

Waktu terasa begitu cepat. Perkemahan pun telah berakhir. Saat - saat terindah bagi Aenor telah lenyap, tibalah saatnya menjalankan aktivitas seperti biasanya.

Cukup TauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang