1

784 63 30
                                    

Suara khas dari sepatu mengiringi langkah seorang gadis yang tengah berjalan menuju gerbang besar bertuliskan 'Gemilang Internasional School'. Sekolah yang berisikan orang-orang berduit serta pintar, membuat gadis yang bernama Shania Junianatha merasa sangat bangga bisa menuntut ilmu di GIS.

"Pagi, Pak" Sapanya ramah pada Pak Atep, satpam sekolahnya.

"Neng Shania, suka tidur jam berapa sih, Neng? Jam 6.15 udah disekolah"

Shania terkekeh. "Ya, sama kaya yang lain, Pak. Saya sempet nonton sinetron yang terbalik-terbalik itu juga, kok. Tapi, abisnya langsung belajar terus tidur"

Pak Atep mengangguk mengerti. "Kirain suka nonton sinetron yang gerung-gerungin motor, Neng"

"Enggak, Pak" jawabnya pelan. "Yaudah, Pak. Saya masuk ya". Shania tersenyum pada Pak Atep kemudian ia melangkahkan kakinya menuju koridor sekolah. Kelasnya memang terletak dipojokan, jadi sepagi ini masih sangat sepi. Shania duduk dibangkunya kemudian mengeluarkan novel yang baru saja ia beli kemarin.

Shania duduk dibangkunya kemudian mengeluarkan novel yang baru saja ia beli kemarin. Sebenarnya, kebiasaannya yang selalu datang pagi serta suka membaca novel sendirian ditempat sepi, membuatnya dijuluki 'geek'. Tapi, Shania tak peduli. Yang penting ia bisa menjadi murid teladan dan hidupnya tenang.

Terdengar suara langkah kaki yang sukses mengalihkan pandangannya dari novel yang sedang ia baca. Shania mengangkat wajahnya kemudian tersenyum pada seseorang yang memakai seragam sama sepertinya. Sahabatnya sejak TK, Boby Chaesa.

"Boby, udah dateng?"

Cowok yang disapa Boby itu mengangguk kemudian menaruh tasnya pada meja yang berada didepannya. Shania menepuk-nepuk punggung Boby agar cowok itu mau berbalik. Setelah Boby membalikan tubuhnya dengan malas, Shania langsung memberinya senyuman terbodoh yang selalu Boby lihat jika Shania minta di antar ke toilet atau...

"Liat PR fisika dong, Bob. Semalem gak sempet ngerjain soalnya"

Ya. Alasan yang lain adalah Shania minta tugas.

"Lagian lo pengen teladan tapi males ngerjain tugas". Boby memberikan buku bersampul coklat muda pada Shania dengan cuek.

Merasa di tuduh malas, Shania langsung membela diri. "Gak sempet itu beda sama males, Bob"

"Serah, lo"

Shania bangkit dari duduknya kemudian mengecup pelan pipi Boby. "Thanks, Bunny"

Cowok itu hanya memasang wajah datar tak menanggapi. Jangan salah paham, mereka hanya sebatas sahabat. Atau, masih ada yang berpikiran bahwa cewek cowok itu tidak bisa bersahabat seutuhnya? Tentu bisa. Jika salah satunya tidak normal. Maka dari itu, Boby dan Shania bisa bersahabat tanpa takut cinta bersemi di antara mereka lantaran Boby itu seorang gay.

Awalnya, Shania sempat mengira Boby ini menyukainya, karena semenjak TK, cowok tampan ini selalu mengintilinya kemanapun. Perkiraan itu makin kuat ketika mereka masuk SMP, karena Boby terus-terusan membuntutinya. Ternyata, alasannya adalah Boby menyukai Nobi, Kakaknya Shania. Dan, Nobi seorang cowok tulen yang doyan ganti-ganti cewek.

Sebenarnya Boby cukup dikenal oleh seluruh penghuni sekolah karena tampang dan otaknya. Sayang, mereka tak tahu kalau cowok jenius dan tampan ini seorang gay.

"Shan, Nobi dirumah?"

Shania yang awalnya sedang menyalin PR dengan khidmat, langsung melirik tajam. "Bob, lo janji ya bakal jauhin Kakak gue"

Boby menghela nafasnya, ia tidak berkomentar lagi.

Shania memang sempat shock ketika tahu Boby itu gay dan mengaku menyukai Kakaknya sendiri. Ia sempat marah dengan Boby. Tetapi, karena Boby berjanji akan menghilangkan perasaannya pada Nobi, Shania perlahan memaafkan sahabatnya itu.

Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang