8

477 46 13
                                    

"Gimana, Shan?"

Shania menghela nafasnya kemudian menggeleng. "Bersyukur karena gue gak jadi di DO"

"Jadi Nyokapnya Nabil nerima permintaan maaf lo?"

Shania mengangguk. "Iya. Itu cuma salah paham aja"

"Shan, gak ada yang lo sembunyiin kan?"

Shania menggeleng lagi. "Kakak tenang aja. Gue sama Nabil aman"

"Oke" Keenan menghela nafasnya. "Gue gak tau apa yang diomongin lo sama mereka kemaren, yang pasti, kepsek seneng karena lo sama Nabil akur. Kalian sekarang jadi temen kan?"

Temen? Gue juga gak ngerti.

Shania mengangkat bahunya. "Mungkin"

"Kemarin Pak Koko bilang kalau Nabil gak telat, dan itu gara-gara lo. Bagus, Shan"

Shania melirik Keenan dengan dahi berkerut. "Bagus?"

"Iya. Lo bisa bikin murid terbadung kaya Nabil mau dateng pagi"

"Oh, iya Kak"

"Dan gue bener-bener seneng karena kemarin, gak ada ribut-ribut sama sekali. Shan, hal ini bagus buat lo. Kalau lo bisa rubah Nabil, guru-guru bakal ngecap lo baik. Jadi, gue minta dengan amat sangat, kalian baikan dan temenan"

Shania menganggguk entah untuk apa.

"Lo dengerin gue kan, Shan? Kalau lo berdamai sama Nabil, bayangin tentang hidup damai lo, dan juga perhatian guru-guru ke lo"

Shania mengangguk pelan sambil memikirkan ucapan Keenan dan juga Gaby waktu di BP.

Mereka berdua bener, kalau gue sama si caper itu akur, minimal gue gak akan dijailin lagi kan?

Shania mulai berdebat dengan hati dan pikirannya sendiri.

"Shan, mading kok masih kosong? Ini udah hari jum'at, loh"

Ah, iya. Gue lupa!

***

"Shania, cintakuuu!" Gaby melambai-lambaikan tangannya pada Shania seolah-olah menyuruh sahabatnya itu berlari ke arahnya.

Setelah Shania berada dihadapan Gaby, Shania bertanya dengan malas. "Apa?"

"Kok apa sih? Lo mau ganti baju olahraga gak?"

Shania menepuk jidatnya. "Ah, gue lupa"

Kenapa akhir-akhir ini gue jadi pikun?

"Ayo ke kelas, si Vanka lagi perang sama anak-anak cowok. Biasa, pengusiran masal"

Shania mengangguk dan langsung berlari menuju kelasnya. Ketika ia sudah sampai didepan pintu, teriakan-teriakan sang ratu alay, siapa lagi kalau bukan Vanka, mendominasi seluruh sudut kelas.

"Shania! Gaby! Bantuin gue ngusir bedebah-bedebah ini!" Teriak Vanka.

"Pergi kalian! Kita mau ganti baju!" Gaby mengusir beberapa anak cowok yang masih duduk santai dikursinya.

"Kenapa sih kita harus keluar? Masing-masing aja" kata Hamids. Playboy cap selokan yang hobinya nonton bokep dikelas kalau guru sedang kosong.

Vanka, dengan kekuatannya, langsung meninju hidung Hamids sehingga cowok itu mendelik sebal. "Dasar cewek aneh! Pantes lu jomblo!"

"Dasar lu idung babi!" Maki Vanka tidak mau kalah.

"Apa susahnya sih keluar dulu? Kalian kan juga mau ganti baju!" Shania menggebrak pintu. "Keluar dulu, dong!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang