3

428 48 27
                                    

Shania masih kesal. Shania masih dendam dan sekarang ia makin dongkol karena ia telat bangun. Shania memang tidur malam karena sibuk menangis sambil curhat pada Mamanya bahwa ada cowok tengil yang sudah mempermainkannya kemarin. Shania mengadu pada Mamanya bahwa Nabil membawanya bertemu dengan cowok-cowok berandal lalu ia dipermalukan didepan ikan cupang. Jadilah, sekarang ia harus kesiangan. Dan kesiangan tidak pernah ada dalam kamus kehidupannya.

Shania memakai baju seragam secepat kilat lalu mengikat rambutnya asal rapi. Ia berlari menuju kamar Desy, adiknya yang sepertinya itu sepertinya masih berlayar di alam mimpi. Jika Shania sangat rajin, maka adik dan kakaknya kebalikannya.

"Desy! Gue nebeng lo! Cepet bangun!" Shania menggedor-gedor pintu kamar adiknya beberapa kali tetapi tetap tidak ada sahutan. "Punya adek ngebo banget!"

Merasa sia-sia, Shania langsung saja turun. Ia sangat bersyukur karena mendapati Nobi yang sedang sarapan.

"Kak, anterin gue, Kak!"

"Lo masih disini? Gue kira udah berangkat"

"Iya gue kesiangan. Makanya anterin ke sekolah, ya?"

"Desy emang kenapa?"

"Dia mana bangun jam segini! Anterin dong..."

"Gue gak bisa nganterin, harus jemput cewek gue"

Shania memelas. "Sebentar doang"

"Enggak, ah. Nanti gue telat ngampus"

"Lo kan emang langganan telat! Gue nangis nih"

Nobi menggeleng. "Gue bawa cewek masa telat? Gengsi lah"

"Kak, ih!"

"Gini, aja" Nobi mengeluarkan selembar uang seratus ribu dari celananya. "Gue kasih ongkos. Naik taksi aja, oke?"

Shania langsung mengambil uang dari Kakaknya lalu berniat kabur.

"Eh, gue tahu tarif ke GIS. Cuma 28 ribu! Jadi, kembaliannya harus lo balikin ke gue. No kurang ya. Tapi, lebih boleh"

Shania mendengus. "Perhitungan banget sama adek sendiri"

"Anak kecil diem aja. Gak tahu gimana susahnya nyari duit kan?"

"Yaudah, makasih!"

Shania berlari keluar rumah dan langsung memberhentikan taksi.

"GIS ya, Pak"

"Baik, Neng"

Shania menghela nafasnya tenang karena sudah berada didalam taksi. Ia berkomat-kamit melapalkan do'a supaya tidak macet.

"Cepetan, Pak"

"Iya sebentar lagi sampai, Neng"

Shania melirik jam ditangannya, itu membuatnya tambah panik.

"Sudah sampai, Neng"

Shania memberikan selembar uang pada supir taksi, lalu ia langsung berlari menuju gerbang yang sebentar lagi akan ditutup oleh pak Atep.

"Neng! Kembaliannya!"

Shania seperti mendengar sesuatu, tetapi ia lebih memilih berlari untuk meperjuangkan kedisiplinannya.

"Pak Atep, jangan ditutup dulu!" Teriak Shania sambil ngos-ngosan.

Ditengah-tengah berlari, Shania melihat Nabil yang berjalan santai menuju gerbang. Cowok itu memakai seragam yang tidak dimasukan kedalam celana serta rambut yang sengaja tidak disisir.

"Bil! Suruh Pak Atep jangan turup gerbang dulu!"

Mendengar seperti ada suara familiar yang memanggilnya, Nabil langsung melirik kemudian melambaikan tangan kepada Shania. "Nju!!! 1 menit lagi bel loh"

Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang