Bab 5a : Open the heart

191 19 5
                                    

Setelah perdebatan sengit tadi yang Hana sendiri tidak mengerti, Rian langsung menarik dan mengantarnya ke rumah.
Perjalanan ke rumah dilalui dengan keheningan.

Sekarang, disinilah Hana, dibalkon kamar sambil termenung.

Walaupun Hana bodoh dalam pelajaran Inggris, setidaknya ia tau apa yang dikatakan Rian.

Hana bingung dengan dirinya sendiri, lebih tepatnya perasaannya.

Apakah sering deg-degan setiap disekitar seorang cowok itu langsung disebut jatuh cinta?

Perasaan yang dialaminya saat menyukai Bian tidak seperti ini.

Tiba-tiba kamar terbuka. Hana pun membalikan badan dan ternyata mamanya berdiri di sana.

"Ada apa, ma?" tanya Hana sambil menuju kasur dan duduk di sana. Mamanya pun duduk disampingnya.

"Han, tentang pertunangan itu, keluarga udah netapin tanggal. Mungkin sekitar sebulan lagi." ucap Mama sambil mengelus rambut Hana.

"Ma, apa aku boleh nolak? Aku masih muda, Ma. Aku masih mau ngejar cita-citaku, Ma." jawab Hana sendu seperti ingin menangis.

"Han, ini cuman pertunangan. Ini gak akan pupusin cita-citamu. Percaya sama mama, lagian Rian anaknya baik kok." ucap Mama sambil mengelus rambut Hana.

"Tapi Ma..." ucapan Hana terhenti saat Mama meletakkan jari telunjuknya didepan bibir Hana.

"Percaya sama mama. Gak ada orang tua yang ngasih keputusan yang jelek buat anaknya. Because all parents know the best for you." ucap Mama sambil mengecup kening Hana.
"Mama keluar dulu ya." sambung Mama dan pergi keluar

"Dear God, if it is best for me, i'll try it." doa Hana dalam hatinya.

Hana POV
Aku bersama temanku sedang latihan basket karena sebentar lagi ada ujian olahraga. Parahnya, ujiannya basket. Sungguh menyebalkan.

"Ish.. susah banget sih main basket, nih bola pun gak peka banget, gak bisa apa dia mantul-mantul sendiri, pegel tau nih tangan." gerutuku sambil mendrible asal bola basket.

Aku tuh paling benci yang namanya basket. Lebih tepatnya trauma sih.

Dulu waktu aku TK, aku pernah masuk rumah sakit karena kepalaku terkena bola basket.

Waktu itu, aku lagi ke sekolah sepupuku, tiba-tiba saja ada yang membentur kepalaku dan pandangku memburam.

Sejak saat itu aku benci basket. Walaupun aku suka lihatin anak cowok main basket, terutama Kak Bian.

Huftt...
Aku berharap kak Bian mau ngajarin aku main basket.

Terkadang aku kesal sama realita yang gak seindah ekspetasi.

"Kamu ya... gak tobat-tobat telatnya. Hobi kok telat, kalau gak telat ya bolos." jeritan Bu Dewi terdengar dari arah kanan lapangan menarik perhatianku.

Bayangin, Bu Dewi itu guru BK tergalak. Bahkan banyak murid badboy insaf kalau didepan dia. Jadi, siapakah yang berani mencari masalah dengannya.

Dan...
Coba tebak siapa dia?
Dia adalah kak Rian.

Kadang aku heran kak Rian itu goodboy bermuka badboy apa sebaliknya. Sebab walaupun ia bandel sering membolos, tetapi nilai akademiknya sangat baik.

Kak Rian hanya memasang wajah datar sambil mengikuti Bu Dewi yang menjewer telinganya.

"Kamu berdiri di sini sampai istirahat pertama. Jangan kabur." kata Bu Dewi sambil berlalu meninggalkan Kak Rian.

"Baik, latihan selesai, kita akan memulai ujiannya." ucapan Pak Riky mengejutkanku.

"Astaga, aku kan belum bisa.
Ck, udahlah pasrah aja." gumamku sambil menuju barisan untuk menunggu namaku disebut.

"Riana...." panggil Pak Riky.

Sebenarnya ujiannya simple. Cuman mendribble bola sejauh 1 m lalu memasukkan bola sebanyak 2 dari 3 kali kesempatan dan selamat anda akan langsung mendapatkan nilai tertinggi.

Tapi, masalahnya aku trauma dengan basket.

"Huft.... Sudahlah pasrah tingkat dewa ini namanya." gumam Hana sambil melangkahkan kakinya.

Hana pun memulai ujiannya dan mendribble bola dengan sangat kaku. Bahkan bolanya terkadang ketinggian hingga hampir mengenai mukanya.

Ia pun melemparkan bolanya dengan ogah-ogahan dan asal-asalan.
Di lemparan terakhir ia melemparnya asal-asalan dengan mata terpejam hingga...

"Bughh..." bunyi bola mengenai kepala seseorang membuatku refleks membuka mata dan melihat banyak orang mengerumuni tempat dimana kak Rian berdiri.

Tunggu....
Jangan bilang kalau kak Rian yang kena bolanya.
"Mampus deh." batin Hana dan menuju ke kerumunan orang tersebut.







Gue bingung deh,
sama perasaan gue terhadap lo,
lo bisa terjemahan
bahasa hati gak?





Author kembali...
#maafkandakumengatungkanmu
Ceritanya akan update dua kali seminggu sampai menyambut tahun baru.
Selesai tahun baru?
Author gak jamin XD

My Crazy DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang