Bab 2b :Back to School

425 111 91
                                    

"Karena lo itu unik." kata kak Rian sambil tersenyum.

Apa? Dia bilang apa? Dia bilang aku unik? Gak salah dengar aku? Aku unik dari mananya? Dan lagian, kenapa dia bisa menyimpulkan aku itu unik, padahal kita tidak saling mengenal satu sama lain.

"Sekarang jawab pertanyaan gue." lanjutnya kembali dengan nada dingin.

Nih orang apa bukan sih? Tadi senyum, sekarang dingin. Labil banget.

"Gini ya kak, yang pertama mending kakak gak usah sok dekat sama aku. Yang kedua, kenapa aku gak mau dijodohin sama kakak? Jelaslah, kita kan gak saling kenal." gerutuku dengan nada sewot yang terdengar jelas.

"Kenapa emangnya kalau gue sok dekat sama lo? Ada yang MARAH? Dan emang kalau gak kenal, selamanya gak kenal? Semua butuh PROSES kali. Lagian lo mau ngecewain orang tua lo karena keegoisan lo?" katanya panjang lebar dengan nada dingin dan penekanan pada dua kata yang bikin aku jadi bimbang.

Ini gak sesimpel itu, kak. Ini soal perasaan orang terdekatku yang mesti aku jaga.

"Ya, aku SUDAH punya pacar." jawabku dengan nada sok ditekan untuk meyakinkannya.

"Lo mau bohongin gue? Gue dengar kok tadi pas mama nanya status lo, lo jawab lo SINGLE. " katanya dengan nada dingin.

Huh.. menyebalkan! Ngeselin! Gue tampol lo!!
Mesti kata singlenya ditekan?

Aku yang sudah kesal bercampur malu, berjalan pergi meninggalkannya. Ketika sudah di restoran, aku langsung pamit kepada mereka.

Aku sudah gak mood lagi, maka dari itu aku memutuskan pulang. Lagian sepertinya aku gak ada muka lagi untuk muncul di sekitar kak Rian.

Ya... begitulah akhir dari malam gaje kemarin. Kalau kalian diposisi aku, apa yang kalian lakuin?

"Kayak mana nih? Kayak mana reaksi si Naya ya kalau tau soal ini? Apa dia nangis bombay? Atau mutusin persahabatan atau lebih parahnya lagi dia, dia... dia timpukin aku pake high heels? Hua... bingung!!!" Jeritku untuk menghilangkan rasa kesalku.

Apa aku harus jujur aja ya? Atau pura-pura gak ada apa-apa?

Kalau jujur, aku takut Naya berbuat nekat. Tapi kalau act like usually, kalau ketauan gimana...??

Saat aku sedang asik dengan pikiranku, tiba - tiba kak Rian muncul dihadapanku.

Eh, buset nih orang apa hantu? Tiba-tiba muncul.

Wait... yang didepanku, kak Rian. What?! Kak Rian?!

"Gue butuh kepastian." ucapnya singkat dengan nada dingin yang kentara.

"Kakak datang cuman nanya itu ke aku?" kataku polos lebih tepatnya pura-pura polos.

Ya lagian, dia datang tiba - tiba. Lagian aku rencana mau ngehindar dari dia. Eh, malah dia cari aku. Dia gak tau apa, aku malas berurusan sama dia.

Untung nih kelas sepi, kalau gak, aku udah jadi trending topic sepertinya.

"Jawab." ucapnya penuh penekanan dengan rahangnya yang mengeras.

Aduh.. mau jawab apa coba? Gak mungkin aku ceritain yang sejujurnya soal Naya kan? Aduh... God, please help me.

"Ok, kalau lo gak mau kasih tau. Gue akan cari tau sendiri. Tapi kalau lo emang mau nolak perjodohan ini, lo harus kasih gue alasan yang kuat" ucapnya dengan nada dingin.

Saat kak Rian mau keluar kelas, saat itulah Naya masuk ke kelas. Mereka saling berpapasan. Kulihat pipi Naya memerah salah tingkah.

"Ya ampun Han, lo liat gak tadi, tadi itu... itu... kak Rian. Kak Rian ngapain datang ke kelas? Tunggu... cuman lo yang ada di kelas. Apa kak Rian nyariin lo? Apa dia kenal sama lo?" katanya panjang lebar. Huh... males banget aku diintrogasi kek gini.

Tapi... apa aku harus jawab jujur? Atau gak usah kasih tau dulu?

"Oh, itu tadi kak Rian minjam pel kelas kita. Soalnya dikelasnya gak ada pel, padahal dia kena jadwal piket pel hari ini." jawabku berbohong.

Maaf Nay, aku akan nunggu waktu yang tepat untuk kasih tau kamu.

Sebesar apapun rahasia lo, kalau lo emang udah ngangep gue sahabat, lo seharusnya gak perlu ragu buat kasih tau ke gue. Karena itu menunjukkan seberapa percaya lo pada gue.




Hola, author pemula kembali.

Terima kasih karena telah meninggalkan jejak.

My Crazy DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang