Bab 5b : Open the heart

174 19 5
                                    

"Mampus deh." batin Hana dan menuju ke kerumunan orang tersebut.

Ternyata dugaan Hana benar, Rian yang terkena lemparan bola tersebut.

"Hey, jangan dilihatin aja. Emang lo pikir ini hiburan sirkus. Cepat bantu bawain ke UKS." ucap Hana dengan raut wajah khawatir bercampur rasa bersalah melihat Rian pingsan tergeletak tak berdaya.

Dua orang cowok pun memapah Rian menuju UKS dibelakang Hana.

Banyak sekali orang yang menatap penasaran ke arah Rian. Mereka bertanya-tanya bagaimana bisa Most Wanted mereka bisa pingsan.

"Ih, itu kenapa pacar gue?"
"Ayang Rian kenapa?"
"Suamiku bangunlah!"
"Itu Riankan?"

Terdengar beberapa bisikan saat melewati lorong menuju UKS.

"Mau muntah gue dengar pengakuan mereka. Suami?! Hello!! Ampe ikan bisa jalan pun Rian mana mau sama lo!" rutuk Hana dalam hatinya.

Entah kenapa dia kesal saat ada yang mengaku-ngaku seperti itu.
Dia harus menahan kekesalannya sampai di pintu UKS.

"Tolong baringkan Rian ditempat tidur." ucap siswa yang  sedang bertugas menjaga UKS.

Para siswa yang memapah Rian pun melakukan perintah tersebut dan permisi pergi.

Siswa tersebut pun memeriksa memar di kepala Rian yang diakibatkan kejadian tadi.

"Ya ampun, kepalanya merah. Pasti sakit." gumam Hana menatap Rian khawatir.

Gimana gak khawatir? Habis ini pasti Hana kena amukan. Ia harap masih bisa melihat hari esok.

Siswa tersebut pun menaruh minyak kayu putih di rahang atas Rian, dan permisi untuk mengambil es batu dan lap untuk kompresan.

"Kak Rian, bangun dong! Maaf ya bikin kepala kakak memar. Gak bermaksud kok, cuman ada niat aja." kata Hana ditengah kesendiriannya.

Tanpa Hana sadari dia telah mengelus memar di kepala Rian. Dan juga tanpa Hana sadari, Rian tersenyum sangat tipis.

Tak lama Rian membuka matanya secara perlahan biar gak ketauan kalau gak pingsan dari tadi.

Lagian gak mungkin dia pingsan hanya gara-gara bola basket sialan itukan.

Hello! He's man. Kalau tadi dia perempuan, mungkin itu terjadi.

Sebenarnya tadi Rian cukup ambruk karna benturan keras sebagaimana layaknya manusia. Tapi ia tak sampai pingsan, hanya ambruk.

Tapi bukan Rian namanya kalau tidak mencari kesempatan.

Rian tersenyum sambil menatap Hana mengingat kalau Hana khawatir dengannya.

Hana yang merasa ditatap memasang raut wajah bingung dan salah tingkah.

"Nih orang kenapa ya? Senyum-senyum gak jelas kek orang gila? Apa ini efek benturan tadi?" gumam Hana terdengar oleh Rian.

Tetapi Rian tetap tak mempedulikannya dan tetap tersenyum.

Hana pun jengah dan menarik nafas frustasi.

"Kakak kenapa? Gila? Apa otaknya kegeser karena kejadian tadi?" kata Hana memandang Rian bingung bercampur khawatir.

Rian hanya tersenyum mendengarnya. Karena tidak ingin membuat Hana bingung ia pun menggelengkan kepalanya.

Melihat Rian menggeleng, Hana menarik nafas lega.

"Kak, ini kompresannya." kata siswa tadi gugup. Setelahnya siswa itu pun keluar tanpa permisi.

Hana hanya menatap heran kepergian siswa tadi.

"Udah perhatiin dianya. Cepat obatin." ucap Rian jengkel melihat Hana mengabaikannya.

Tanpa membalas perkataan Rian, Hana mulai mengompres Rian.

Rian menatap Hana yang fokus mengobati memarnya. Sementara Hana yang tidak ingin bertatapan dengan Rian, hanya pura-pura fokus pada lukanya.

Rian sebenarnya ingin marah karena kejadian tadi. Tapi melihat kekhwatiran Hana, amarahnya mereda dan justru tersenyum.

Emang manusia kalau udah jatuh cinta lupa akan daratan dan bisa gila sekaligus buta.

"Gue senang." ucap Rian sambil tersenyum tulus menatap Hana yang masih pura-pura fokus mengobatinya.

Hana merespon dengan mengangkat sebelah alisnya tetapi tetap pura-pura fokus mengobati Rian.

"Gue senang." ucap Rian menekankan agar Hana merespon dengan pertanyaan.

Tetapi namanya juga Hana, mana peka terhadap kode-kode. Jangankan kode, rumus volume bola aja dia gak ngerti.

"Ck, gue senang tau gak." seru Rian sambil mendengus.

"Iya, tau kok. Dari tadi udah lo bilang." jawab Hana karena jengah terhadap Rian.

"Ck, tanyain kenapa." ucap Rian kesal sambil menatap Hana tajam.

Ya namanya juga Hana, mana mengerti ucapan Rian yang singkat dan gaje alias gak jelas.

"Maksudnya?" tanya Hana pasrah sekaligus kesal.

Rasanya Rian ingin mengumpat sekarang juga.

"Untung sayang, kalau gak, udah jadi debu tanah nih orang." kata Rian dalam hati.

"Tanyain kenapa gue senang." jawab Rian sambil menatap Hana gusar.

"Pantesan selama ini lo jomblo, Han. Kode kek gitu aja gagal paham." lanjutnya dalam hati.

"Oh.... Makanya yang jelas. Lagian mesti ya gue tanya? Kenapa lo gak kasih tau aja langsung." balas Hana geregetan sendiri.

Rian yang sudah kesal hanya menatap Hana datar.
"Jangan sampai gue ngumpat di depan dia." kata Rian dalam hati.

Melihat keterdiaman Rian, Hana pun melanjutkan mengobati memar Rian lagi.

Tetapi ya namanya juga Rian. Dia selalu ingin keinginannya tercapai. Rian pun mendengus dan memutar kepalanya kesamping.

"Nih orang gaje tingkat VIP. Huftt.... Ya sudahlah sekali-kali senangin anak orang biar dapat pahala." ucap Hana dalam hati.

Hana sadar kalau Rian ngambek makanya ia menuruti kemauan Rian.

"Kak Rian senang kenapa?" tanya Hana lembut sambil memutar kepala Rian agar menatapnya.

Rian terkejut, itu pasti. Hana yang biasanya keras kepala kini mengalah dan bersikap lembut.

Tetapi ia menutupi keterkejutannya dengan senyuman.

"Gue senang lo khawatir sama gue. Kalau bisa diperhatiin sama lo harus kebentur bola terus, gue rela kebentur bola terus." ucap Rian panjang lebar sambil memandang Hana intens, tidak ketinggalan senyum tulusnya.

"Tanpa lo sadari, lo udah mulai ngebuka hati lo buat gue, Han." lanjut Rian dalam hatinya.

Gue mungkin gak tau bahasa hati, karena gue bukan cupid.
Tapi gue tau hati lo hanya akan tertulis nama gue.

Author kembali.
Sorry late post.
Maklum sibuk alias sok sibuk.
Jangan lupa vote dan comment

My Crazy DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang