"Kenapa? Takut kangen?" tanya kak Rian sambil tersenyum kecil setelah melepaskan helm.
"Kangen sama kak Rian? Gak ada dikamus seorang Hana." jawabku menentang ucapannya.
Mau ngehibur malah dibikin bete tapi senyumannya bikin meleleh.
"Mungkin sekarang iya. Gak ada yang tau masa depan, Han." katanya sambil mengelus pipiku.
Ya Tuhan, perlakuannya bikin aku baper. Merahkan nih pipi.
"Ya ampun, MODUS mulu dari tadi!" ucapku menepis tangannya tetapi tidak berhasil.
"Han..." ucapnya menatapku serius
Kak, jangan bikin aku baper kalau gak mau tanggung jawab nantinya tolong.
"Apaan?" balasku tak berani menatapnya.
Jantungku deg-degan mulu bikin salah fokus.
"Don't forget, I still struggle for you. Please, don't close you're heart for me." ucapnya tersenyum sambil mengelus pipiku.
Tanpa menunggu jawabanku, Kak Rian segera menaiki motornya dan pergi meninggalkanku yang masih termenung.
Kelihatan banget ya, aku nutup hatiku?
Aku pun memasuki rumah.
Rumahku sepi, kurasa orang tuaku belum pulang.Sesampainya di kamar, aku pun membersihkan diri.
"Lelah banget hari ini." monologku sambil tidur terlentang di kasur.
"Udah lelah fisik, lelah hati juga. Hayati gak kuat." sambungku lagi.
Ting....
Suara notification line dari hpku berbunyi. Ternyata dari kak Rian.
RianD : Besok ingat jam 07.30 gue jemput.
HanaTasya : Ok.
Aku pun mencoba untuk tertidur dan mengumpulkan tenaga untuk hari esok. Aku yakin besok pasti lebih melelahkan lagi.
Author POV
Hana dan Rian telah sampai di parkiran Lapangan Merdeka, di sini adalah tempat berlangsungnya perlombaan basket.
"Kak Rian, aku baru tau kakak pernah ikut extra basket." ucap Hana saat mereka sedang berjalan beriringan.
"Dari dulu." balas Rian singkat
"Itu karena lo gak pernah peduli akan kehidupan gue." sambung Rian menatap Hana."Padahal gue selalu merhatiin lo dari jauh." sambung Rian dalam hati
Hana hanya terdiam mendengar balasan Rian. Ia tidak tau harus menjawab apa. Entah kenapa ucapan Rian memiliki makna tersirat yang mendalam.
"Datang lo." ucap Bian datar, entah itu pertanyaan atau pernyataan ketika Rian telah sampai diruangan anggota tim basket. Sementara Hana duduk di kursi penonton yang tersedia di lapangan.
"Seperti yang lo lihat." balas Rian sambil melepas jaket yang menutupi baju basketnya.
Semua orang yang ada di sekitar mereka pasti sudah menebak adanya perselisihan di antara mereka. Itu bisa dilihat dari tatapan mereka yang dingin.
Tatapan yang dulunya hangat berubah menjadi kelam.
"Bersikap sportif layaknya tim." kata Bian singkat sebelum keluar dari ruangan.
"Kapan kita bisa seperti dulu lagi?" batin Rian menatap kepergian Bian.
Pertandingan pun dimulai dan diakhiri dengan tim Bian sebagai juara.
"Wah, Kak Rian hebat banget! You know, your games is so amazing. Apalagi pas shooting, serasa lapangan milik sendiri." kata Hana menatap Rian takjub.
Rian membalasnya dengan senyuman miring.
"Lo gak tau apapun soal gue." balas Rian sambil menyentil jidat Hana.
Terlihat Hana mulai kesal dan nyesel muji Rian.
"Kak Rian juga gak tau apapun soal aku." balas Hana sambil menjulurkan lidahnya.
"Gue lebih tau lo dibandingkan diri lo sendiri, Han." batin Rian menatap Hana dalam.
Hana yang ditatap seperti itupun gugup dan salting.
Saat Hani ingin menegur Rian, Bian muncul di samping Hana.
"Makasih." ucap Bian datar.
"Buat?" balas Rian dingin.
"All." jawab Bian menatap Rian datar.
"Nothing." balas Rian tulus walaupun tatapannya datar sedatar tembok.
Hana yang merasa tak dianggap pun berdehem yang membuat perhatian dua beruang kutub teralih padanya.
"Hai, kak Bian. Masih ingat namaku?" sapa Hana ceria.
"Gerhana." jawab kak Bian sambil tersenyum tipis.
"Benar! Selamat anda mendapatkan pulsa 100 ribu dipotong pajak 100 persen." canda Hana garing.
Emang, spesies seperti Hana tidak cocok berada diantara dua beruang kutub.
Kak Bian hanya tersemyum tipis, sementara Rian? Rian hanya menonton percakapan mereka.
"Lo menarik." ucap kak Bian memandang Hana intens.
Lagi-lagi Hana salting gara-gara ditatap seperti itu.
"She's mine." ucap kak Rian memperingatkan.
"Do you have boyfriend?" tanya Bian menghiraukan perkataan Rian.
"Of course, no." jawab Hana polos memandang keduanya.
Bian pun tersenyum miring menatap Rian. Merasa menang mendengar perkataan Hana.
"Don't look me like that. She doesn't have boyfriend. But she has a husband in the future and that's me." balas Rian tersenyum miring merasa menang melihat keterdiaman Bian.
Sementara Hana? Dia hanya memandang polos mereka berdua. Dasar balita!
Jangan bikin gue ke langit
kalo lo gak mau nangkep gue
pas jatuh nantiHola!
I'm comeback.
Maaf, minggu lalu gak up.
Soalnya lagi matengin alur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Destiny
Fiksi Remaja"Bagaimana mungkin gebetan sahabatku menjadi calon suamiku?!!" ~ Gerhana Anastasya "Aku tak tau, apakah ini kebetulan atau sebuah takdir. Jika ini takdir, berarti ini sungguh gila ..... atau mungkin menyenangkan?" ~ Rian Adimas *********************...