Mata dinginmu
Membunuhku
Api hatimu yang dulu membara
Mengapa menjadi abu?
Mungkin waktu adalah obat
Tapi aku semakin lemah
Rasa sakit yang menyedihkan ini pun mulai hilang rasa
...............Tatapan matamu kini tak lagi sama, kau terlihat seperti mengabaikanku. Seperti tak pernah terjadi apapun diantara kita, jongin.
Cintamu kini telah hilang bahkan melebur bagai abu, yang dengan mudah terbang tersapu angin.
Aku benci dengan perasaan ini. Aku benci, aku tak mampu dengan mudah sepertimu melupakan perasaan yang pernah ada diantara kita.
Saat itu, ya saat itu juga hatiku hancur, remuk tak berbentuk. Aku tak tau apakah saat ini aku hidup?
"Kyung, ada yang ingin aku katakan saat ini" kata jongin padaku. Hari ini aku dan jongin bertemu disebuah caffe. 6 Oktober, genap satu tahun usia hubungan yang kami jalin.
"Ya, aku juga ada yang akan aku katakan. Baiklah, kita mulai dari---"
"Aku ingin kita berhenti dari hubungan ini". Kata-kataku terpotong oleh jongin, apa yang barusan dia katakan?.
"Mm---maksudmu? " tanyaku, aku tak begitu jelas dengan kaliamt yang dikatakan jongin.
"Aku ingin hubungan kita berhenti cukup sampai disini.
Aku tak mencintaimu lagi, kyung. Kini aku menemukan seseorang yang benar-benar aku cintai" jelasnya. Aku masih terdiam, mencerna tiap kata yang ia ucap."Baiklah" kataku. Aku memang bodoh!. Harusnya aku bertanya kenapa, tapi kata lain yang aku ucapkan.
"Jika itu keinginanmu. Aku tidak akan bertanya kenapa dan siapa orang yang beruntung itu" kataku berusaha tegar dihadapannya. Dihadapan seseorang yang selama satu tahun ini mengisi setiap cerita dihariku.
"Mianhae" kata jongin padaku. Kulihat wajahnya sedikit ada rasa penyesalan. Hanya sedikit, apa aku ini tak ada artinya baginya?.
"Tidak apa. Memang sejak awal hubungan ini tidak ada yang memulai. Jadi tak ada yang perlu dimaafkan jongin. Terima kasih" kataku dengan tersenyum hambar menatap wajah jongin, ada sekilas tatapan lega dimatanya.
"Terima kasih untuk semuanya, untuk selama ini karna kau telah mewarnai sebagian cerita hidupku. Maaf jika selama ini ada sesuatu yang membuatmu tak nyaman denganku. Terima kasih, jongin" kataku dengan pelan. Aku menahan agar semuanya tidak tumpah disini.
"Baiklah. Terima kasih kyung. Aku harus pergi sekarang"
"Ya, hati-hati". Jongin melangkah pergi dari hadapanku menyisakan bangku kosong.
Airmata yang kutahan kini berhasil mengalir, tumpah membanjiri wajahku. Aku menangis dalam diam, tapi aku tak berhak sedih untuk ini. Aku dan jongin menjalani hubungan ini hanya berdasarkan rasa nyaman. Tak ada ikatan apapun. Tak ada yang saling menyatakan kata cinta. Karna kami berjanji, jika salah satu dari kami ada yang mulaierasa tak nyaman. Maka, kita harus mengatakannya. Dan disini kau yang lebih dulu mengatakannya jongin.
Aku tak pernah menyangka.
Sebaiknya aku kembali bekerja, pekerjaanku sudah banyak menumpuk. Meja ini seperti sebuah perpustakaan yang sudah banyak buku mengantri dibaca alias dikerjakan.