Keawanen

87 5 0
                                    

(Kesiangan)
»»»»»

Shafa tergopoh-gopoh mengeluarkan motor matic dari halaman rumahnya. Arloji yang ia kenakan kini telah menunjuk waktu keterlambatannya datang ke sekolah.

Seumur hidup Shafa baru kali ini ia tidak disiplin waktu.
Biasanya,30 menit sebelum bel masuk berbunyi ia sudah duduk santai atau menyandarkan kepalanya diatas meja.

Tidak ada niat didalam hatinya untuk memberi contoh yang tidak benar kepada adik kelasnya.

Sepanjang jalan mulutnya terus berkomat-kamit merapal surat-surat pendek yang ia ketahui.

Berharap keterlambatannya hari ini membawa keberuntungan untuknya.

Shafa mematikan mesinnya,lalu menstandartkan motornya sembarangan di lahan parkir dekat sekolah tanpa mensejajarkan seperti yang lain.

"Mas,mas...tolong betulin ya motor saya!"

Sebelum berlari meninggalkan lahan parkir,Shafa meminta penjaga parkir untuk membetulkan motornya.

»»»»»

Nafas Shafa tersenggal-senggal saat melewati Pos Satpam depan sekolahnya.

Persis di depan gerbang Pak Satpam meniup peluitnya, mencegah Shafa masuk ke dalam gedung sekolah.

"Mbak,mbak...wes jam piro iki kaet teko?! Kok gak menyisan teko pas istirahat?!"
(Mbak,mbak...udah jam berapa ini baru datang?! Kok gak sekalian datang pas jam istirahat?!)

"Iya,maaf Pak tadi saya bangunnya kesiangan."
Jelas Shafa sambil memegang lutunya dan mengatur alunan nafasnya.

"Ndek Ruang BP sek mbak,sampeyan laporan!"
(Ke Ruang BP dulu mbak,buat laporan!)

"Iya pak saya tau,makasih ya pak!"

Shafa melanjutkan berlari menuju Ruang BP,seperti yang dikatakan Pak Satpam penjaga sekolahnya tadi.

"Arek jaman sak iki,sekolah digawe dulinan."
(Anak zaman sekarang,sekolah dibuat main-main)

Pak Satpam menggelengkan kepala prihatin mengingat banyaknya siswa yang terlambat hari ini.

»»»»»»

Shafa bersyukur yang terlambat bukan hanya dirinya seorang. Ruang BP penuh dengan desakkan siswa-siswi yang meminta izin untuk dapat mengikuti jam pelajaran lanjutan.
Sambil menunggu giliran,Shafa menselonjorkan kakinya yang pegal dan Buku Penghubung sebagai pendingin tubuhnya.

"Aduh...kesel'e!"
(Aduh...capeknya)

Aduan Shafa sambil menunggu antrian.

Maklum sudah cukup lama Shafa tinggal di Kota Surabaya. Bahasa Jawa khas Surabayaan menjadi komunikasi sehari-harinya.

Aneh jika Shafa menggunakan Bahasa Indonesia dalam komunikasi hariannya. Bisa jadi teman sekelasnya akan mengejek habis-habisan.

Kakean gaya (Banyak gaya) kata mereka. Urip nak Suroboyo ae atek gawe Bahasa Indonesia (Hidup di Surabaya aja pake Bahasa Indonesia).

Padahal Surabaya juga bagian dari Negara Indonesia. Heran...

Sesekali Shafa akan menggunakan Bahasa Indonesia saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau dengan orang yang baru dikenalnya.

Tiba giliran Shafa menduduki kursi panas,kursi yang hanya diduduki oleh siswa bermasalah.

Tak pernah terlintas dipikiran bahkan jangan sampai terjadi pada dirinya untuk masuk apalagi duduk disalah satu kursi di Ruang BP.

Something that she dont want to be come true.
Kata yang menggambarkannya saat ini.

Beberapa pertanyaan yang  sering dilontarkan seperti 'kenapa terlambat' atau 'nggak punya jam di rumah' sudah menjadi andalan pertanyaan guru kepada siswa yang terlambat seperti dirinya.

Shafa menjawab semua pertanyaan dengan jujur tapi kalian tau lah,guru pasti akan menjawab 'alasan aja kamu' .
Guru memang selalu benar dan tidak mau untuk disalahkan.

Hanya satu dipikiran Shafa 'kapan aku metu tekan kene' (kapan aku keluar dari sini).

Ruang BP ibarat kantor polisi dadakan pindah ke sekolah baginya. Introgasi yang lama tidak membuat poin pelanggarannya hilang dari buku penghubung kan. Jadi guru gak perlu repot-repot juga mengomelinya. Buang-buang waktu.

Setelah beberapa menit ditahan di dalam ruangan akhirnya bisa keluar juga. Bibir manyun yang sejak tadi dipasangnya tak kunjung melengkung membentuk senyuman. Tanpa perlu orang bertanya pada dirinya,mungkin langsung mengerti bahwa ia lagi kesal.

»»»»»»

Shafa Iku ' Yo' AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang