Mbalek Koyok Mbiyen

66 1 0
                                    

(Kembali seperti dulu)

»»»»»

Wajar hari pertama setelah liburan kenaikan kelas tidak akan ada pelajaran.

Sebagian siswa mengisinya dengan bermain,bergosip,berolahraga tanpa menggunakan seragam olahraga atau hal-hal lainnya yang kurang berfaedah.

Seperti yang dilakukan di kelas Shafa saat ini bermain UNO Card di pojok kelas.

Shafa yang duduk dibangkunya,memainkan pipi yang dibuat menggembung lalu ditusuk-tusuk dengan jari telunjuknya sendiri.

Sampai pada akhirnya Fanny memanggil.

"Shaf,ayo melok maen ojok meneng ae koyok golek'an Annabelle!"
(Shaf,ayo ikut main jangan diem aja kayak boneka Annabelle)

Shafa mengangguk,melewati ruang kecil diantara meja dan kursi,menghampiri Fanny lalu duduk di sebelah Fanny membentuk sebuah lingkaran seperti yang lain.

Setiap hari selalu ada saja teman Shafa yang membawa permainan,seperti kartu UNO,bola bekel,dan monopoli.

Cowok,Cewek,Tinggi,Pendek,Hitam,Putih,Gendut,Gepeng semua bercampur jadi satu di dalam lingkaran tersebut.
Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Bisa dibayangkan,euforia di dalam kelas tak kan bisa terelakkan. Terikan heboh dari masing-masing pemain sukses mengundang orang berlalu lalang penasaran.

Tak sedikit orang mengintip dari luar jendela untuk menghilangkan rasa Kepponya.

Banyak juga yang akhirnya tertarik untuk bergabung.
Bahkan adik kelas pun ikut bergabung.

Sangking banyaknya pemain,mereka harus menggeser bangku yang berjajar rapi mepet ke tembok.

Biar keseruan itu semakin bertambah mereka rela patungan membeli bedak bayi yang dicampur dengan air hingga kental.

Siapapun yang kalah,wajahnya akan dicelonteng sebanyak jumlah orang yang bermain.

Mereka bergiliran membuang atau mengambil kartu jika warnanya tidak sama.

Sebenarnya permainan ini hanya dilakukan 2-10 orang saja tapi mereka membuat aturan sendiri.

Semakin banyak orang yang ikut,semakin sedikit kartu yang dibagikan dan semakin cepat mereka mencelonteng wajah temannya yang kalah.

Kegiatan mereka terhenti saat Anjani membuat pengumuman di depan papan tulis.

"HEY REK RUNGOKNO AKU APE NGOMONG!"
(Hey,dengerin aku mau ngomong)

Saat semua mulai tenang dan memperhatikan Anjani di depan,pengumuman itu dilanjut.

"Iki seng dadi pengurus kelas sopo ae?"
(Ini yang jadi pengurus kelas siapa aja)

"Walah...mbalek koyok mbiyen ae loh,cek gak soroh."
(Walah...kembali kayak dulu aja loh,biar gak susah)

Samber Reza langsung dengan cepatnya,Anjani yang saat itu bingung meminta pendapat yang lain.

"Yak opo rek setuju ta mbalek koyok kelas pitu mbiyen?"
(Gimana setuju enggak kalau kembali kayak kelas tuju dulu)

"Iyo wes setuju ae."
(Iya udah setuju aja)

Balas mereka kompak lalu melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Anjani keluar kelas setelah urusannya selesai,memberi laporan kepada wali kelas baru di ruang guru.

»»»»»

Doa sebelum pulang yang keluar dari sounds kelas mengakhiri permainan mereka. Semua berhamburan meninggalkan tempat dan Nabila lah yang membereskan semua kartu itu sendiri.

Walaupun Nabila udah teriak-teriak.

"REK EWANGI NGRINGKESI!!"
(Bantuin beresin)

Tapi tak ada satupun yang menggubrisnya.

Mereka mengikuti doa dengan khidmat sambil merangkul tas masing-masing sebagai persiapan munuju rumah.

Setelah kata 'Aamin' itu diucapkan,seantero sekolah berebut keluar gerbang.

Kecuali yang mengikuti permainan tadi,harus menata ulang bangku yang berantakan akibat ulah mereka.

Selesai itu mereka ke kamar mandi untuk mencuci muka. Beberapa cewek hanya meratakan bedaknya lalu berlalu pulang.

Tidak dengan Shafa dan Fanny yang menghilangkannya dengan air wudhu.

Mereka berdua melakukan shalat ashar di masjid sekolah sebelum pulang ke rumah.

Shafa Iku ' Yo' AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang