Wong Edan?

46 0 0
                                    

(Orang Gila?)

»»»»»»

Telah seminggu,Shafa melakukan rutinitasnya sebagai siswa peringkat akhir menengah pertama.

Setiap pagi ia selalu berurusan dengan asap kendaraan,lampu lalu lintas,dan macet yang berkepanjangan.

Dijam-jam seperti ini semua orang sibuk berangkat kerja,mengantar anaknya ke sekolah,ataupun yang berkendara sendiri seperti dirinya.

Kendaraan hanya bisa berjalan beberapa meter saja lalu terhenti. Bukan hanya karena lampu merah yang hitungan detiknya lama dan warna hijaunya sedikit bahkan cepat,tapi juga terhenti karena kereta yang berlajur di jalan raya.

Shafa berkali-kali melirik arloji di tangan kirinya. Ia tidak mau kejadian kemarin terulang kembali. Cukup sekali dan jangan sampai kedua kali terjadi.

Bisa saja ia menyalip gaya Moto GP seperti di sirkuit tapi tidak ada cela untuknya beraksi.
Dirinya hanya bisa terdiam memegang stang motor dan tak berhenti bersumpah serapah dibalik kaca helmnya.

"Astagfirullahaladzim."

Shafa mencengkram kedua stang remnya kuat,mencegah motornya terjatuh karena oleng dinaiki seseorang.

Udah kepala pening enggak nyampe-nyampe ke sekolah dadak onok wong edan munggah nak peda'e (pakai ada orang gila naik ke motornya).

Shafa membalikkan badannya sedikit ke belakang,menaikkan kaca helmnya agar ia bisa melihat dengan jelas siapa orang gila yang berani menaiki motornya.

Orang itu tersenyum manis menampakkan lesung pipinya kepada Shafa. Loh kan edan temen...

"Mudun-mudun,lapo nak pedaku iku?!"
(Turun-turun,ngapain di motorku itu).

Usir Shafa sambil mendorong-dorong badan orang itu agar turun dari boncengannya.

"Aku nunut po'o fa nak sekolah?"
(Aku numpang ya fa kesekolah).

Mohon orang itu sambil memelas minta dikasihani.

Shafa ingin marah tapi tak tega melihat wajahnya yang penuh dengan peluh seperti habis mengikuti kompetisi Pro Warriors.

"Lah,nang ndi pedamu?"
(Lah,kemana motormu).

Tanya Shafa pada akhirnya setelah menghembuskan nafas berat.

"Pedaku nak bengkel fa,engkok sore baru mari."
(Motorku di bengkel fa,nanti sore baru selesai).

"Tapi aku guduk ojek!"
(Tapi aku bukan ojek).

"Iyo kan awakmu koncoku."
(Iya kan kamu temanku).

"Konco-konco,bensin bedo maneh!"
(Teman sih teman,bensin beda lagi).

"Ealah,engkok tak bayar waduh wedine."
(Ealah,nanti aku bayar haduh takute).

"Temen yo?!"
(Bener ya).

Jawab Shafa antusias mendengar kata bayar. Lumayan nambah uang jajan.

"Iyo,iku loh wes lampu ijo!"
(Iya,itu loh udah lampu hijau).

Tunjuk orang itu kearah lampu lalu lintas yang berganti warna.

Shafa otomatis membalikkan badannya,fokus kembali pada medan pacunya,ditemani seseorang bertujuan kearah yang sama dengannya.

»»»»»

Sampai di parkiran,Shafa mendahulukan penumpangnya turun terlebih dulu.

Lalu Ia mematikan mesin motornya,melepas helm bogonya,dan tak lupa menstandartkan motornya seperti yang lain.

Shafa berjalan menghampiri orang itu yang menunggu di belakang motornya. Langsung menodongkan tangan kearahnya,menagih uang bensin seperti yang dijanjikan.

Lagi-lagi tersenyum manis dihadapan Shafa. Buat orang cepat-cepat kena diabet aja.

Sambil menggosok-gosokkan tangannya tak sabar,Shafa menunggu orang itu merogoh dalam tasnya. Mungkin mengambil beberapa lembar rupiah untuk diberikan kepadanya.

"HA?"

Mulut Shafa menganga yang dikeluarkan bukan selembar uang melainkan kertas dan bulpen.

Orang itu membalikkan badan Shafa,seenaknya menggunakan punggung Shafa sebagai alas untuk menulis.

"Nyoh!"
(Nih).

Menyodorkan selembar kertas berisikan tanda tangannya yang dibuat besar,hampir memenuhi satu kertas kepada Shafa.

"Rejeki ojok ditolak! Be'e aku mene dadi artis tanda tanganku kan larang."
(Rejeki jangan ditolak,mungkin aku besok jadi artis tanda tanganku kan mahal).

Ucap orang itu dengan entengnya sambil mengait tangan Shafa dan menaruh kertas itu diatasnya.
Shafa terdiam menatap tak percaya bahwa ia telah dibodohi.

"wes yo,aku tak melbu sek. Suwon wes gelem nganterno."
(Udah ya aku masuk dulu, Makasih udah mau nganterin).

Sebelum pergi orang itu menepuk bahu Shafa dengan tawa yang menghiasi dirinya.

"Galang Gendeng!!!"
(Galang Gila).

Seru Shafa dengan kerasnya setelah tersadar,meluapkan amarah dibalik punggung Galang yang mulai menghilang dari pandangannya.

Suara lengking yang dibuat, menjadikannya pusat perhatian untuk sesaat.

Namun,cowok berbadan tegap itu hanya membalas lambaian tangan ke udara bersamaan dengan bahunya yang naik turun akibat tertawa,mengingat polosnya Shafa yang gampang ditipu olehnya.

»»»»»

Shafa Iku ' Yo' AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang