Kelangan?

25 0 0
                                    

(Kehilangan)
>>>>>>>

"Hey Bimoli,bibir monyong lima puluh centi!"

Memang pantas Shafa dikata seperti itu saat ini. Kejadian diparkiran sukses membuat bibirnya manyun tak terkira.

Moodnya yang hancur jadi makin hancur gara-gara kelakuan minus satu orang. Walaupun gak menampik juga kalau ada sedikit rasa senang dihatinya.

Tiga jengkal cukup menjadi pemisah antara dirinya dengan Galang saat itu. Wajar bila hatinya berlonjak kegirangan.

Sebelumnya ia tak pernah sedekat itu dengan Galang. Mungkin sekedar memperhatikannya dari jauh,berbicara seperlunya,dan bercanda seadanya.

Katanya...
Lain dihati,lain dimulut.

Tapi Shafa..
Lain dihati,lain ekspresi.
Munafik emang.

Enggak mungkin kan dirinya mengeksplor dengan salto ataupun jingkrak- jingkrak kaya orang gak waras.

Harga diri men...

"Gak usah dielek - elekno ngono po'o,Shaf!"
(Gak usah dijelek-jelekin gitu napa Shaf).

Fanny yang sedari tadi menahan mulutnya untuk tidak berkomentar tersalurkan juga setelah Shafa duduk tepat disampingnya.

"Ket mbiyen wes elek, fan!"
(Dari dulu udah jelek,fan).

Dengusan kesal diikuti lemparan jaket beserta kunci motor diatas meja menjadi imbuhan dari pernyataan Fanny.

"Alhamdulillah lak wes sadar,ngunu iku mbok ya guyu gak mencureng ae!"
(Syukur kalau udah sadar, gitu itu senyum gak manyun terus).

Apapun akan jadi bahan komentar Fanny,mulai dari penampilan,tingkah laku,sampai nilai Shafa yang dibawah standart pun gak akan luput dari  mulut pedasnya.

Juri killer Indonesia idol,Maia Estianty mah lewat bila dibandingkan dengannya.

Hal itu tak jadi masalah bagi Shafa,toh siapa lagi yang mengomelinya kalau bukan Fanny.

>>>>>>

Bunyi bel pulang berdenting lebih awal. Pagar sekolah yang masih setengah terbuka didorong paksa siswa siswi yang ingin cepat pulang.

Berbeda dengannya yang tak menyegerakan langkahnya. Melainkan Kepala yang terus celingukan,mata yang tak berhenti menelusuri sudut kolongan.

Tanpa memperdulikan teman yang menjadi satpam dadakan menunggunya.

"Shaf,wes ketemu po gorong?"
(Shaf,udah ketemu belum).

"Gorong fan,.."
(Belum fan)

Jawaban Shafa serta dengusan kesal sukses membuat Fanny semakin frustasi. Keinginannya untuk segera pulang rebahan terundur.

Katanya,orang sabar kuburannya lapang. Tapi kata itu tidak berlaku untuk Fanny saat ini. Kakinya mulai kesemutan menunggu.

Tanpa ba-bi-bu-be-bo, Fanny menarik tangan Shafa dengan lugas mengajaknya pulang bersama.

Apadaya mau tidak mau Shafa mengikuti Fanny tanpa protes dan elakkan.

"Wes shaf, tak anterno moleh ae! Lak onok kunci cadanganane seh?"
(Sudah Shaf, Aku anter pulang aja. Kan ada kunci Cadangan)

"Yo onok seh Fan, tapi engkok ibukku ngomel telung dino telung wengi."
(Ya ada sih fan, tapi nanti ibuku ngomel tiga hari tiga malam)

Wajah lesu dan gerakan tungkai yang lunglai Shafa pasrah dengan hasilnya.

"Shaf, iku bukane motormu?! Kok ditumpak i uwong?!"
(Shaf, itu bukannya motormu?! Tapi kok dinaiki orang)

5 meter dari pintu gerbang suara Fanny berhasil membulatkan mata Shafa. Dengan sigap Shafa menilik apa yang ditunjuk Fanny.

"Eh iyo ih Fan,...KURANG AJAR TEMEN!"
(Eh iya ih Fan,...Kurang ajar banget)

Reflek tangan Shafa mengayun botol minum disamping tasnya bersiap memukul kepala orang yang berani menaiki motornya.

Langkahnya ia percepat,tanpa perlu pikir panjang botol minum itu melayang ke bagian kepala belakang orang tersebut.

"Jedaggg!!!"

"Aduh!!"

Ringisnya sambil menoleh kesamping dan bertemu wajah Shafa disana. Wajah yang tidak asing bagi keduaanya. Spontan Shafa mengumpat.

"KOENNNN!!"
(Kamu)

》》》》




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shafa Iku ' Yo' AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang