-Home-

5 0 0
                                    

Jakarta, 2014

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jakarta, 2014

"Jangan bandel. Jangan telat makan. Jangan berantem mulu sama Ibu. Jagain diet Ayah" ceramah Naya siang itu di bandara internasional Soekarno-Hatta.

"Apa sih??? Yang mau merantau kan kamu, kok aku yang dinasehatin???" Nuara protes sambil melotot. Moira menghampiri gadis itu sambil tertawa sebelum akhirnya merangkul pundaknya hangat. Beberapa sepupu Adliatmaja juga terlihat mengantar keberangkatan Naya hari itu. Ada Awan, Jinendra, adik Nendra, Arumi dan Segara.

"Kopernya udah semua kan, Nay?" tanya Nendra

"Udah kok Mas, sisanya akan pake DHL aja kalau sempet. Kalau gak sempat aku beli aja kurangnya di sana."

Nendra mengangguk kecil, "You're good to go"

"Nunggu apa lagi nih? Awas ketinggalan pesawat gara-gara telat check in!" ujar Awan mewanti-wanti

"Nunggu sepupu lo, lah Mas" balas Segara. Nuara mengernyitkan dahi, bingung.

Selang beberapa menit saja, BMW X-5 berwarna hitam berhenti di hadapan kerumunan itu. Pintu tengahnya terbuka, dan Sebian melangkah turun dengan santai, membawa satu koper kabin. "Yo!" sapanya

"Loh, Sebian ikut ke Jepang?" tanya Awan kaget. "Ngapain?"

"Gak tau. Katanya ada urusan" balas Nendra

"Urusan apa??? Heh, jangan bilang lo ngehamilin anak yakuza!!!" seru Awan panik. Para sepupunya memandangnya dengan tatapan datar. Arumi memandangnya sinis dari kepala sampai kaki. Membuat Awan ngeri sendiri.

"Ets selow mas Awan~ Gak, kok ini cuma urusan kecil sama tikus-tikus di pinggiran Tokyo~" Sebian nyengir ringan.

"Mas mos mas mos, kita kan seumur" Awan cemberut tapi tidak digubris Sebian

"Waaa, ada siapa nihhh?" Sebian melangkah mendekat ke Nuara. "Wey, apa kabar? Masih sama Naya?" cowok itu mengacak rambut Nuara sambil mendekatkan wajahnya ke telinga Nuara, "Masih ingat janji kita kan?"

Sebian menjauh dan memberikan ekspresi yang menunggu jawaban gadis itu. Nuara mengangguk mantap.

"Good to know" balas Sebian dengan senyum menantang. "Lah, ngapa pada diem di sini? Pulang sana, kan Naya perginya sama gue"

"Ya kita nungguin lo dateng!!!" Nendra menoyor pelan kepala Sebian

Arumi menggelang-geleng sambil menghembuskan nafas kesal, "Bisa gak aku memutuskan tali persaudaraanku dengan satu orang ini saja" gumamnya lirih.

"Etsss selow Mbak Arumi, selooow, jangan ngambek mulu ah nanti jodohnya jauh loh hehe" Sebian nyengir menggoda sepupunya yang terkenal dingin itu

"Kalian ini, kaya anak kecil aja deh, sudah dong jangan berantem gitu ah" Moira menahan Arumi yang sudah hampir menendang Sebian karena kesabarannya cepat habis tiap ada di dekat cowok itu. Nendra membantunya dengan mendorong Sebian ke arah petugas terminal keberangkatan internasional bandara agar segera masuk.

Nuara tertawa kecil melihat kehebohan itu. Kehebohan yang selalu terjadi saat para sepupu Adliatmaja berkumpul. Saat pesta perpisahan Naya apalagi. Ada geng muda Reo, Satya, Nana dan Senja juga di sana. Mereka yang gak bisa datang mengantar hari ini karena harus masuk sekolah. Kalau ditambah mereka, pawai 17an komplek kalah rame deh.

Begitu terlarutnya dia dalam tawa canda para sepupu Naya sampai lupa waktu berpisah dengan cowok itu sudah tiba.

"Ra..." panggil Naya pelan

"Ya-..." belum selesai menyahut, Naya mendahuluinya dengan kecupan cepat di pipi. Mata gadis itu membesar dan semburat merah perlahan muncul di kedua pipinya. Sama halnya seperti Naya.

"See you" kata cowok itu

See you.

Benar, ini bukan perpisahan. Ini bisa jadi awal, bisa juga persimpangan. Yang jelas ini bukan perpisahannya dengan Naya.

"Yeah, see you, Naya" balas Nuara, tersenyum lebar.

....

....

....

....

....

....

....

.....

"Aku akan membantumu, tapi kau harus menjanjikan satu hal padaku"

"Apapun. Demi nama baik Ayahku."

"Kau akan bersabar, sampai semuanya selesai kau akan selalu di samping Naya. Tapi setelah semuanya selesai, kau harus melepaskan Naya. Bukan untukku, bukan untuk Adliatmaja. Tapi untuk kalian berdua. Lepaskan satu sama lain, karena jika kalian adalah rumah bagi masing-masing, kalian akan selalu menemukan jalan pulang, kan?"



*****

Arumi Dewisri Adliatmaja

[The Adliatmaja's series: Maulik Naraya Adliatmaja] - end-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[The Adliatmaja's series: Maulik Naraya Adliatmaja] - end-

ASYMPTOTEWhere stories live. Discover now