Ambarbayasgalant Monastery terletak di daerah lembah sungai Ivon Gol yang memiliki 28 kuil dan pemandangan alam yang luar biasa cantik. Kawasan hijau ini subur dan terdapat banyak patung indah yang melengkapi pemandangan alam di salah satu kota di negara Mongolia.
Suasana seperti ini sangat menyenangkan. Udara pagi yang segar, angin berembus menyejukkan, dan di sinilah seorang Buzun. Anak ketiga dari keluarga Albuqo Khan, pengusaha nomor satu di negaranya yang kini lebih memilih terusir dari rumahnya akibat murka dari sang ayah. Buzun lebih memilih hidup sebagai muallaf. Memilih Allah sebagai Tuhannya dan Islam sebagai agamanya.
Bersama seorang kerabat dekatnya yang juga muslim, Profesor Takudar dan istrinya Almamuchi, mereka tinggal di daerah Ambarbayasgalant Monastery sejak dua tahun lalu. Kemudian Buzun menikahi gadis muslimah asal Persia, Urghana.
Buzun terlihat santai dengan buku yang dibacanya. Meski pun pemuda itu diam saja, biarkan! Asal Urghana bisa memandanginya. Urghana suka sekali waktu angin bertiup menggerak-gerakkan rambutnya. Suaminya terlihat ... keren.Urghana bahkan lupa soal percakapan semalam bersama Buzun sebelum tidur. Bertanya seperti apa dirinya? Akan tetapi lelaki berkulit kuning langsat itu tak mau menjawabnya. Urghana pun melanjutkan kata-katanya agar ia bisa memperbaiki diri nanti. Namun, Buzun malah menjawabnya dengan datar.
"Kau itu cerewet ... juga bodoh," ucapnya sambil berbaring sebelum tidur.
Sakit? Jangan ditanya. Bahkan Buzun belum meminta maaf.
Wanita dengan penutup kepala yang senada dengan pakaiannya itu tersenyum hangat memandangi wajah sang suami yang sejak tadi duduk di bangku taman sedang membaca buku. Jika sudah seperti itu Buzun seperti berada di planet ciptaannya sendiri. Urghana bosan. Suaminya itu pendiam dan pintar sekali menyembunyikan perasaannya bahkan sebelum mereka menikah.
Buzun merupakan tipe laki-laki yang pendiam dan kelewat cool. Hal itu kadang membuat Urghana merasa merana menyadari bahwa Buzun tidak memiliki perasaan yang sama seperti perasaannya pada suaminya itu.
"Buzun," panggilnya. Yang dipanggil hanya menoleh sebentar kemudian kembali fokus pada buku yang dibacanya. Sepertinya buku itu lebih menarik dibanding wajah cantiknya. Merengut sebal, wanita itu ingin sekali melihat wajah cemburu suaminya. Atas usul Almamuchi, Urghana ingin memancing rasa cemburu suaminya. Ia duduk di dekat Buzun, matanya mengamati stepa di depannya.
"Sebenarnya ... dulu aku pernah menyukai seorang laki-laki dan aku berharap bisa menikah dengannya," ucapnya sembari melirik Buzun.
Wajah Buzun kelihatan terkejut, hanya sebentar. "Lalu kau menyesal menikah denganku?" Suaranya terdengar datar.
Urghana sengaja bergumam tak jelas untuk menarik perhatiannya dan itu berhasil mengalihkan pandangan Buzun dari buku sialan itu. Urghana menahan senyum. "Tidak, karena laki-laki itu kau ...."
Buzun mengangkat sebelah alisnya sedikit, lalu kembali fokus pada bukunya.
Urghana merutuk dalam hati. Ekspresi Buzun tak sesuai harapannya. Buzun terlalu pandai menutupi emosinya. "Bukankah itu mirip kisah Ali dan Fathimah?"
"Lalu apa menariknya?"
Mengempaskan napas sebal, ia menatap tajam ke arah Buzun. Pancingan gagal. Ia hendak beranjak namun tangannya ditahan oleh Buzun.
"Temani aku di sini?"
"Untuk apa? Buku itu lebih menarik perhatianmu," jawabnya agak ketus.
Meletakkan bukunya, Buzun tersenyum tipis yang malah membuat hati Urghana seperti disirami kelopak bunga di musim semi. Menyuruh istrinya kembali duduk lalu menatap matanya. "Aku minta maaf karena sudah mengataimu cerewet dan bodoh semalam,""Aku memang cerewet dan bodoh,"
Buzun memandang lekat-lekat wajah istrinya, membuat Urghana menunduk takut. Memang betul, istrinya sangat cantik. Siapa yang tak terpikat pada wajah cantik istrinya? Semalam Arghun mengatakan bahwa kecantikan Urghana tak dimiliki sembarangan gadis. Kecantikan Urghana disamakan dengan keindahan permadani Suzani yang sangat terkenal dari Tabris di Persia.
Arghun bahkan tidak sungkan berkata ingin memiliki istri secantik Urghana. Itu membuat Buzun kesal. Cemburu lebih tepatnya jika ada pria lain yang memuji istrinya.
"Kau cerewet tapi kau cantik," Lanjutnya.
Buzun .... Hati Urghana seperti dilanda musim semi berkepanjangan. Rona di kedua pipinya tak bisa disembunyikan lagi.
"Saat kau marah-marah, saat menangis pun kau tetap cantik, tapi kau paling cantik saat tersenyum,"
Wajah Urghana menghangat dan menyunggingkan senyum seketika.
Buzun ikut tersenyum, ia merengkuh istrinya. Membiarkan angin sepoi-sepoi menyapa mereka.
______Tamat_____
🐲
🐲
🐲Pembaca yang baik hati tolong tekan tanda bintang [🌟] usai membaca, ya 😊
Terima kasih telah mampir di Cerita pendek milikku. Menerima segala kritik dan saran.
Salam,
Ren Hikaru
_____________________________
👉 Note :
Cerita ini merupakan EVENT BATTLE SEMIFINAL MINGGU1 SEASONS II
Genre : Romance Islami, Tema : Bebas.
Di grup KPPCI (Komunitas Penulis dan Pembaca Cinta Damai) 03/02/2018👉 Sebagian kata-kata terinspirasi dari novel Akatsuki karya Miyazaki Ichigo
👉 Tokoh nama milik Shinta Yudisia dalam novel trilogi Takudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] ✅ Kumpulan Cerita Pendek
Roman pour AdolescentsKumpulan cerita pendek [oneshoot] berbagai genre.