"Seandainya takdir boleh memilih, sungguh ... mereka tak menginginkan takdir yang seperti ini."
🌷🌷🌷 One Reason 🌷🌷🌷
"Wu Yan Zhi, lihat kemari!!" jeritan histeris segerombolan gadis centil meneriaki seorang pemuda yang sedang bermain basket bersama teman-temannya. Berbeda dengan yang lainnya, pemuda bernama Yan Zhi itu menjadi sorotan setiap mata yang memandang.
"Kyaaa ... lihatlah, wajahnya sungguh keren!"
"Meski berkeringat dia tetap tampan!"
"Ya Tuhan, aku rela terlahir sebagai sapu tangan agar bisa mengelap keringatnya!"
"Kami mencintaimu!"
"Kau milik kami!!"
"Wu Yan Zhi, lihat kami di sini!!"
Yan Zhi tak peduli, ia lebih fokus pada bola yang dibawanya. Baginya, detik-detik terakhir dalam pertandingan basket antarsekolah, itu lebih penting dibanding menanggapi dengungan suara gadis-gadis norak saat meneriaki namanya. Pemuda 17 tahun itu mendrible bolanya dengan ahli, kemudian melempar bolanya ke keranjang. 'shoot!' bola meluncur masuk ke dalam keranjang basket, terjatuh ke lantai dan memantul-mantulkan dirinya. Lemparan three point Yan Zhi berhasil masuk lalu diiringi suara peluit tanda berakhirnya pertandingan berbunyi.
SMA Guan Yin berhasil keluar sebagai pemenang dan maju ke dalam big four turnamen kali ini.
Yan Zhi terseyum bangga. Ia diserbu teman-temannya, dielu-elukan bak super hero sang penyelamat bumi. Namanya pun kembali digemakan oleh kalangan para gadis. Bahkan gadis-gadis dari SMA Kwan Lon justru ikut meneriaki sang kapten kebanggaan SMA Guan Yin.
Mata Yan Zhi mencari sesosok gadis bertubuh mungil yang berada di deretan terdepan. Ada! Gadis manis berlesung pipit dengan rambut sebahu yang ia cari bertepuk tangan keras dan ... tersenyum manis ke arahnya. Namanya Han Qian. Yan Zhi balas tersenyum dan mengedipkan mata nakal secara diam-diam pada Qian, yang mana membuat gadis itu ingin pingsan di tempat.
Yan Zhi dan Qian berteman sejak kecil. Hubungan mereka terbilang sangat komplek. Saling melengkapi, tak bisa dijelaskan. Mereka kadang terlihat seperti kakak adik, Yan Zhi selalu melindungi Qian dari kejahilan teman-temannya. Kadang sikapnya seperti sepasang kekasih kalau sudah bertengkar. Juga, Qian adalah penyemangat hidup Yan Zhi. Hubungan yang cukup rumit hingga tak seorang pun berani memasuki lingkaran persahabatan mereka.
Bagi Qian, Yan Zhi adalah perisainya. Mataharinya. Mereka tumbuh bersama. Rumah mereka pun bersampingan. Qian tinggal bersama seorang ayah yang pemabuk, hobi berjudi dan suka memukul gadis itu saat mabuk. Sementara ibunya sudah meninggal saat melahirkannya.
Sedangkan Yan Zhi sendiri anak orang kaya yang berasal dari Amerika Serikat. Ayah Yan Zhi, Wu Jian Zhi merupakan seorang jaksa, sedangkan ibunya, Alice Tsang adalah seorang dokter spesialis anak. Namun, orangtua Yan Zhi tak pernah keberatan jika putra tunggalnya dekat dengan gadis seperti Qian, mereka bahkan menyayangi Qian seperti putrinya.
Mereka tinggal di daerah kecil di sudut kota Sanya, provinsi Hainan. Kawasan Sanya berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan, yang memiliki pantai berpasir putih yang enak dipandang mata. Pantai-pantainya pun memiliki ombak setinggi 3 meter yang paling diminati untuk ditaklukan oleh pecinta surfing.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] ✅ Kumpulan Cerita Pendek
Roman pour AdolescentsKumpulan cerita pendek [oneshoot] berbagai genre.