Gerhana

11.3K 886 140
                                    

Kedewasaan itu seperti padi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedewasaan itu seperti padi.

Semakin ia menguning, semakin ia membungkuk. Memikul semua pengetahuan yang ia kumpul selama hidupnya.

Hari ini Boruto dan Himawari menatap ragu pada satu-satunya sosok dewasa yang tengah menunduk sendirian di sisi meja makan. Rambut pria itu memang lebih cerah dari padi yang menguning. Tapi keduanya tau jika ayahnya menunduk bukan oleh betapa dewasanya ia sekarang,

...tapi mungkin saja karena pengetahuan hangat yang baru didapatnya hari ini.

Sejak beranjak sendiri membangunkan Sasuke, ayahnya menghabiskan waktu hingga setengah jam di dalam sana. Padahal biasanya Boruto hanya perlu waktu kurang dari lima menit untuk membuat bola mata onyx itu membulat sempurna.

Karena saking lamanya, putra sulung Naruto langsung terbirit menyantroni kamar tamu hanya untuk sekedar mendapati dirinya nyaris menubruk dada bidang sang ayah yang baru saja membuka pintu dengan wajah super merah yang ia sembunyikan di balik telapak tangannya, sementara Sasuke di belakang terlihat baru selesai mengenakan kemeja kaosnya kembali.

Wajah Boruto berubah nanar. Kilasan momen tiap ia membangunkan Sasuke berkelibat di benaknya seperti lembaran-lebaran majalah tentang warna warni dunia gay yang seketika membuatnya mual mendadak, ia baru sadar telah lupa memberitahukan ayahnya akan sesuatu yang teramat krusial.

Sebuah informasi penting...

...bahwa Sasuke selalu tidur dalam keadaan.... telanjang.

"A-Ayah," bibir itu terbata, "...paman Sasuke.... selalu tidak....mengenakan b-baju saat... tidur....," kalimat itu pun meluncur dengan sangat hati-hati. Sehati-hati matanya yang mengobservasi ketat semua keganjilan yang ada disekeliling kedua pria itu.

Tidak terjadi apa-apa kan? Pikir Boruto was was. Ia tidak begitu yakin sebenarnya hal paling kecil apa yang bisa dilakukan sepasang pria homoseksual untuk bisa dikatakan gay. Ciuman? Mizuki 一anak transfer di sekolahnya pernah sekali mencium pipinya iseng, dan itu tidak membuatnya gay. Lalu apa?

Disisi lain manik biru Naruto jelas terlihat berusaha menghindari tatapan syok Boruto, "Seharusnya aku tau itu." Desisnya pelan lalu menjauh. Lanjut merutuki diri.

Setengah jam setelah Sasuke bergabung dan ikut menyantap sarapan, ponsel Naruto tiba-tiba bergetar dan berdering sangat nyaring.

Hanya ada empat manusia yang notifikasinya Naruto berikan dering di hp tersebut. Hanya mendiang istirnya Hinata, kedua buah hatinya dan yah...asisten pribadinya. Sai.

Himawari dan Boruto bertatap kesal nyaris bersamaan. Tidak jarang Naruto mendapat pekerjaan mendadak di hari libur, tapi seberapa sering pun hal itu terjadi, keduanya tetap akan bersunggut kesal tidak terima.

Naruto sesaat mengerutkan dahi, mendengar seksama suara di seberang telinganya.

"Maafkan aku, Naruto-san. Ini tidak akan terulang lagi, aku janji. Aku baru saja selesai mengecek kembali jadwal Anda kemarin. Dan mendapati kelalaian satu ini. Jadwal temu dengan Sasuke san di Cafe Suna jam empat sore benar-benar lolos dari perhatianku. Aku sangat malu." Ujar suara itu mendayu, tapi masih terdengar khas datar pria berambut jatuh tersebut.

THE CONQUEST. (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang