Accepted

5.4K 422 117
                                    

"Sas, tunggu.... Nngh! Wa..!"

"Ini akan lama kalau kau tidak diam." Geram Sasuke. Ia menarik Naruto dari dinding dan menghempaskannya ke atas sofa mewah merah di dekat mereka sebelum ia kembali merunduk ke area tubuh bagian bawah si pirang dengan rusuh.

"Sas! Agh...,"

Naruto sudah memperingatkan dirinya sendiri untuk tidak terpancing ketika Sasuke masuk ke dalam ruangannya lima belas menit yang lalu. Tapi kenapa rasanya sulit sekali untuk tidak menuruti sugestinya tiap kali tatapan mereka bertemu?

Padahal tadi Sasuke hanya mengecupnya ringan ketika ia datang. Bagaimana bisa mereka malah berakhir seperti ini?

Bercumbu di dalam kamar mandi pribadi miliknya di jam kerja!

Bagaimana kalau sampai ada yang masuk?

"Sas, hnnggh...hen...tikan...Sai punya kunci ruanganku." Keluhnya disela-sela gerakan abstrak rumbai hitam di selangkangannya.

Tidak ada respon dari si penyerang. Naruto justru langsung diserbu suara seruput basah nyaring yang terdengar amat cabul ketika Sasuke menyesap 'aset' miliknya.

"NNNGHH―AH!"

.
.
.
.

"Kau yakin dia ada di dalam?"

"Lebih dari yakin."

Shikamaru bergeming. Niat awal sebenarnya adalah untuk tidak ingin terlalu mencolok di depan asisten Naruto ini, tapi tentu saja bersedekap tangan sembari berdiri tepat di tengah-tengah arah pintu masuk ruangan Naruto terlihat terlalu mencurigakan bagi si kulit salju...dan semua mata di lantai itu.

Sementara Shikamaru berusaha memasang wajah senormal mungkin, seolah berdiri di tengah-tengah jalan adalah hal terlumrah sejagat Jepang, Sai sendiri sudah melunturkan senyum palsu andalannya sejak semenit yang lalu, benar-benar tidak dalam mood siap meladeni tingkah bodoh pria Nara itu.

Siapa coba yang bisa ia bodohi dengan cara ini? Ia pikir ini taman kanak-kanak?

Ia ada perlu dengan Naruto dan harus masuk ke ruangan bosnya segera, tapi sejak lima menit yang lalu, Shikamaru seolah menjadi batu dan jelas-jelas terlihat pura-pura jika ia tidak mengerti bahwa ia tengah menghalangi jalan.

"Shikamaru-san." Panggil Sai, "Aku perlu mas―"

"Aku kan sudah tanya, memangnya kau yakin Naruto ada di dalam?"

"Kau lupa kalau aku asistennya?"

"Tidak."

"Lupa kalau aku yang mengatur jadwalnya?"

"Hm...entahlah. Bisa jadi Naruto sedang makan siang."

"Ini jam 9 pagi, Shikamaru-san. Naruto-san sudah sarapan sebelum ke kantor. Aku yang memastikannya sendiri."

"Oh, kau sarapan bersama Naruto?"

Sai tidak menjawab. Ia benar-benar kesal sekarang.

"Apa yang sebenarnya kau sembunyikan?" Ia menoleh pada Juugo yang berdiri tepat di belakang, "Siapa di dalam sana, Juugo?"

Sebelum pria besar berwajah masam itu membuka mulut, Shikamaru buru-buru berbalik, meneror Juugo dengan pelototan tajam untuk bungkam.

Merasa bingung apakah ia harus menjawab pertanyaan Asisten bosnya ataukah menuruti si Vice President yang juga sekaligus sahabat dekat bosnya itu, Juugo akhirnya memilih berdehem lalu mengangkat dagu. Memberi sikap bahwa ia tidak punya hak untuk menjawab pertanyaan siapapun. Tugasnya adalah menjadi tameng fisik Uzumaki Naruto, bukan menjawab pertanyaan.

THE CONQUEST. (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang