True Colour part 2

5.9K 541 47
                                    

..

"Apa kau tau istilah biseksual?"  

"T-Tentu, tentu saja aku tau."

Tapi apakah dirinya seperti itu?

"K-Kau terlalu dekat, Sasuke. I-Ini sedikit...err aneh. Menyingkir sedikit..."

Buru-buru Naruto mengangkat telapak tangannya yang mendingin untuk ia tempelkan ke wajahnya yang tengah berpaling. Terlalu sungkan untuk mendorong wajah Sasuke sendiri menjauh. Entah karena takut itu tidak sopan atau ia terlalu khawatir akan merasakan tekstur bulu mata, hidung mancung dan bibir pria itu sekaligus di telapak tangannya. Mati-matian ia berusaha mengabaikan bahwa sedetik yang lalu paha sampingnya baru saja disapu oleh tangan maskulin milik sahabatnya sendiri. Seorang laki-laki yang selama hampir tiga puluh tahun ia mengenalnya belum pernah bertingkah se-melenceng hari ini.

Ia sadar ia tidak peka, bahkan kedua pria yang membesarkannya saja ternyata selama ini gay tanpa ia ketahui sama sekali sampai salah satu diantara mereka memberitahunya.

Oh fuck. Apakah itu artinya Sasuke juga korban ketidaksensitifannya? Mereka bahkan pernah satu futon, satu bathtub, satu kamar mandi. Ya ampun, mereka sudah telanjang bersama berkali-kali dari masih bocah! Seharusnya ia tau! Bodoh sekali!

"Aku percaya kau bukan gay," Sasuke masih berada dalam ritme suara dalam dan intimidatif khasnya. Membuat tiap rambut halus di dalam rongga telinga Naruto meremang cemas. Sahabatnya itu menyipitkan mata perlahan, berusaha menilik tiap mikro ekspresi yang mati-matian disembunyikan Naruto, "tapi untuk biseksual, aku ragu."

Si pirang sangat beruntung ia tengah menutupi wajahnya, jadi Sasuke tidak perlu melihat wajah dungu miliknya yang tiba-tiba mengkerut lalu membelalak horor kemudian mengekerut lagi berulang-ulang. Tidak yakin dengan jawaban apa yang harus diberikannya, ia membalas dengan suara yang bergetar. "A-Aku tidak mengerti maksudmu." Kali ini ia menurunkan telapak tangan, memilih untuk merapatkan punggung ke sofa sebagai alternatif lain untuk menjauh dari wajah tampan mengintimidasi di hadapannya. Ia masih sangat gugup, jadi jangan salahkan jika ia tidak bisa menatap dua buah pualam itu sama sekali ketika berbicara. Pikirannya kacau balau. Situasinya tidak seharusnya berakhir begini. Ia datang kesini untuk membuktikan Boruto salah! Bukan malah dibuat 'memanas'!

Eh, huh?

"Aku cukup observatif, Naruto, kau tau itu." Tutur Sasuke, kelelahan di wajahnya perlahan surut, berganti menjadi rasa haus akan tanggapan Naruto pada kalimat-kalimatnya, "Apa kau berpikir aku tidak pernah memperhatikan bagaimana caramu memandangku? Terutama diluar kantor? Cara kau menatapku, dengan ekspresimu yang tidak pernah bisa berbohong, dan gelagatmu yang kacau."

Naruto terkesiap. Ia tidak pernah menyadari itu sama sekali. Apa sejelas itu keanehannya? Ia memang beberapa kali mengagumi wajah tampan dan tubuh atletis milik sahabatnya itu, sesekali berharap bisa merasakan otot-otot padat itu diantara jemarinya, sesekali! Hanya sesekali! Itu 'kan norm一

"Itu tidak normal, Naruto."

"Eh, huh?"

"Pria normal tidak mengagumi pria lain dengan cara yang sama seperti yang matamu lakukan padaku."

"A-Aku tidak...memangnya mataku seperti APA?"

"Kau ingin aku menghadapkan cermin tiap kali kau memberiku tatapan itu?"

Pria raven di hadapan Naruto Uzumaki bangkit. Dalam keteraturan yang penuh percaya diri perlahan ia melepaskan kaos putih tipis yang ia kenakan, menggelliat seindah gerakan singa yang tengah mengibaskan tetesan air dari surainya, ia lalu berdiri mantap di sana bagaikan tengah menantang kemuliaan orientasi Naruto yang selama ini suci nan lurus.

THE CONQUEST. (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang