Chapter 3: Moving

25.7K 1.5K 44
                                    

(Anne's Pov)

Aku tiba di rumah lebih cepat dari biasanya. Ketika aku melangkah masuk, aku mendengar suara televisi di ruang keluarga. 

"Niall?"

Panggilku pelan. Aku melepas sepatu dan melangkah masuk ke ruang keluarga. Sepi. Tidak ada Niall. Kurasa dia tidur di kamarnya. Sebaiknya kubiarkan saja. Dia pasti lelah bekerja.

Dengan itu, aku menuju kamarku di lantai dua. Aku melempar ranselku ke bawah meja dan menghempaskan tubuhku ke atas kasur. Beberapa menit aku menenangkan tubuhku, aku mulai berpikir.

Akhir-akhir ini aku mulai meragukan keputusanku untuk "berakting" menjadi berandalan. Atau seperti sebutan para tolol di sekolahku-bad girl. Aku tahu aku melakukannya demi keselamatan mereka, tetapi jujur saja, aku mulai kurang nyaman menjalaninya. Selain itu bukan diriku yang sebenarnya, aku sudah tidak tahan menerima banyak hinaan dari orang-orag. 

Bahkan semuanya semakin membuatku pusing sejak kejadian di sekolah tadi. Greyson tampak heran ketika aku berbicara sopan dan ramah Mrs.White. Aku memang jarang bersikap seperti itu di depan teman-teman. Sebenarnya wajar dia kaget. Aku menyiramnya dengan lemonade fettucini dan tiba-tiba bersikap seperti gadis baik hati kepadanya ... bahkan aku memberikan handukku padanya! 

Menjadi "orang lain" memang tidak nyaman. Ketika pertama kali aku mengusulkan tentang aku yang akan 'menyamar' menjadi bad girl dan alasannya, Niall kagum padaku, tapi dia sepenuhnya tidak setuju. Aku masih ingat perkataannya saat itu.

"Aku kagum padamu. Menyamar menjadi bad girl demi keselamatan mereka. Tapi menyamar berarti kau bukan Anne yang sebenarnya. Kau tidak perlu melakukannya, kau hanya perlu berusaha menghindari atau melakukan hitung mundur."

Tetapi-

"Anne!"

Aku terduduk di atas kasur saat Niall membuka pintu. Ia tersenyum lebar, kemudian mendekatiku dan mengulurkan tangannya padaku. "Ikut aku ke bawah! Aku ingin memberitahumu sesuatu," katanya penuh semangat.

Aku menurut. Ia menarik tanganku dan tetap menggandeng tanganku sampai kami tiba di lantai satu. Kami berdua duduk di sofa ruang keluarga dan duduk berhadapan.

Kutatap wajah Niall. Ia tampak gembira. Oke, berarti dia akan memberitahu berita bagus.

"Beritahu aku! Ada apa?" tanyaku gemas.

Senyum Niall melebar. Ia meraih sesuatu dari saku belakang celananya kemudian memperlihatkannya padaku sebuah ...

Dompet.

"Dompet? Kenapa? Kau membeli dompet baru?" tanyaku sewot.

Niall tersenyum. Ia meletakkan dompet itu di tangan kananku. "Bukalah. Kau pasti akan menyukainya," kata Niall.

Aku menatapnya curiga. Walaupun ragu, aku membuka dompetku. Apa yang kulihat selanjutnya membuatku kaget. Kulihat benda ini dan Niall bergiliran. Senyumnya semakin lebar dan konyol. 

"Apa ini sungguhan?!" aku menjerit histeris. Aku melompat ke pelukan Niall hingga ia hampir terjungkal ke belakang. Tetapi, ia menahannya. Ia tergelak saat membalas pelukanku dan mengusap rambutku dengan satu tangannya. "Ya tuhan. Ini hebat."

Aku melepas pelukanku. Kami tertawa dan aku kembali membuka benda itu.

Aku tidak berhenti tersenyum. Rasanya aneh sekaligus senang melihat fotonya disana dengan tiga huruf kapital di sebelahnya.

Aku tidak menyangka kalau Niall akan menjadi Agent FBI! Rasanya aneh tapi ...

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa," komentarku senang.

COUNTDOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang