"Jack Handerson?"
Hening.
Aku menoleh ke bangku Jack yang tentu saja kosong. Teman-teman sekelasku saling berbisik, menanyakan keberadaan Jack yang tumben tidak masuk. Jack memang berandalan, tapi dia hampir tidak pernah membolos sejak awal kelas 2 ini.
"Oke. Dia tidak hadir," Mrs.Tan menulis sesuatu di buku absensinya. Ia menerawang sejenak dan seperti mengingat sesuatu, "Miss Corby!"
Aku mendongak. "Ya, Ma'am?" Tanyaku sopan.
"Maafkan saya. Saya lupa membawa kacamata. Bisa tolong carikan di perpustakaan? Saya meninggalkannya disana."
What? Mencari? Bilang saja kalau dia juga lupa menyimpannya dimana.
Aku menahan diri untuk tidak mendengus kesal dan bertindak tidak sopan didepannya. Tanpa berkata baiklah kepada wanita pikun itu aku melangkah keluar kelas menuju perpustakaan. Lorong begitu sepi, hanya suara guru yang sedang mengajar di kelas.
"Hiks."
Aku mengernyit. Menoleh ke ruang kebersihan di sebelah tangga. Suara tangisan itu berasal dari sana.
Penasaran, aku mendekat kesana. Tanpa mengintip aku membuka pintu, dan mendapati gadis yang kubenci berjongkok di sudut ruangan sambil menangis.
"Hannah?" Tanyaku heran. Suatu keajaiban melihatnya menangis hingga keadaannya kacau seperti ini.
Hannah mendongak. Ia memasang ekspresi kaget dan marah. Aku memang heran mendapatinya menangis, tapi aku tidak menanyai apa alasannya. Lagi pula bukan urusanku.
"Hannah, masuklah ke kelas," kataku dingin.
"Tolong bantu aku," Hannah berujar parau.
Aku mengangkat alis kiriku. "Bantu? Kenapa kepadaku? Minta saja bantuan ke teman-temanmu yang kecentilan itu," sahutku sinis.
Hannah menggeleng. "Mereka tidak akan percaya. Aku tahu kau tahu soal ini," Hannah mengeringkan air matanya menggunakan tisu dengan gusar.
"Tergantung," aku menutup pintu dan memutuskan untuk menemaninya disini. Aku duduk, melipatkan kakiku di depannya. "Memang ada apa?"
"Aku melakukan hal aneh, Breanne," Hannah menjambak rambutnya, menunjukkan kalau dia benar-benar frustasi.
"Jangan tersinggung, tapi ... setiap hari kau melakukan hal aneh," komentarku sarkastik.
"Bisakah kau serius?!" Pekik Hannah dengan suara melengking. "Aku bisa mengulang waktu!"
Hening.
"Ma-maksudnya?!" Aku berteriak kaget. Kenapa dia tiba-tiba mengatakan hal gila seperti itu?!
Hannah menatapku tajam. Mendadak dia merentangkan tangannya tepat ke depan wajahku.
Seketika pandanganku mengabur dan rasanya kepalaku mendadak sangat pusing. Sialan ada apa ini?!
...
"Jack Handerson?"
Aku membuka mataku.
LOH. Kenapa aku sudah di kelas lagi?!
Aku menatap teman-temanku, juga Mrs.Tan yang tampak tenang seakan tidak terjadi apapun. Hanya aku yang tampak kebingungan disini.
Dengan penuh kebingungan aku memandangi Hannah yang berjalan masuk ke kelas dengan kepala tertunduk. Sekilas Ia menoleh padaku, memiringkan kepalanya sejenak dengan ekspresi seakan dia mengatakan see? I told you.
Tidak. Sialan. Ada apa lagi ini?!
"Anne, kau tidak apa-apa?" Tanya Greyson.
Aku menatapnya. "Kau tidak merasakan apapun?" Tanyaku berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
COUNTDOWN
Fanfiction"Magic is real. Trust me." Kalau kau mengira bahwa sihir hanya ada dalam dongeng dan film yang tak masuk akal, itu berarti kau salah. Sihir itu memang ada, dan tanpa sadar, hal tersebut mungkin sudah ada pada dirimu. Breanne Corby, seorang yatim pi...