Bel pulang sekolah telah berbunyi. Aku memasukan semua perlengkapanku ke dalam tas, setelah guru Fisika keluar dari kelas.
"Bel, lo ada minum?" tanya Dinda setelah ia membereskan semua perlengkapannya.
"Udah abis,"
"Yaahh," balas Dinda dengan lemas, "lo mau langsung pulang, Bel?" Sambungnya.
"Ya iyalah. Lo kayak baru kenal sama gue sehari dua hari aja," aku memakai tas ranselku.
"Temenin gue ke kantin yuk, sebentar aja, gue haus banget." Dinda berdiri dari posisi duduknya dan menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya.
Aku tidak menolak ajakan Dinda. Toh, cuma ke kantin doang buat beli minum. Bukan buat kelayapan.
Kami menyusuri koridor sekolah untuk menuju ke kantin. Sesaat kami melewati lapangan basket, aku melihat murid-murid cowok yang memakai baju olahraga sedang bermain basket.
Sambil berjalan aku melihat mereka bermain basket. Tapi, ada yang sedikit aneh. Salah satu di antara mereka yang sedang berlari sambil men-dribble bola mendadak berhenti berlari saat memandang ke arah kami yang sedang berjalan.
Aku tidak tahu siapa yang jadi fokus pandangannya, apakah aku atau Dinda. Aku tidak tahu.
Saat cowok itu terdiam memandangi kami. Salah seorang temannya merebut bola dari tangannya. Mungkin itu lawan mainnya. Sementara dua orang temannya yang lain mendekatinya dan menoyor kepalanya. Itu pasti teman satu timnya yang kesal karena membiarkan bola direbut oleh musuh.
Cowok itu menepuk keningnya sendiri, kemudian melanjutkan permainannya. Terlihat lucu. Aku spontan tertawa dan membuat Dinda yang sedang berjalan di depanku menghentikan langkahnya.
"Lo ketawak kenapa?" tanyanya heran.
"Gak. Gak apa-apa kok," aku menggelengkan kepala, "udah ah, yuk," aku menarik tangan Dinda untuk melanjutkan perjalanan kami menuju kantin.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Bukan Aku
Short StoryKalian bisa memanggilku Bella. Aku hanya gadis cupu, yang menghabiskan hari-harinya dengan buku-buku. Namun, semuanya berubah setelah aku mengenalnya. ©2017