"Bel, lo mau nitip apa?" Tanya teman semejaku saat bel istirahat berbunyi. Dinda memang selalu menanyakan hal yang sama kalau hendak ke kantin saat jam istirahat. Karena kalau ia mengajakku ke kantin, itu akan percuma, aku tidak akan mau.
"Hari ini gue gak nitip apa-apa, deh. Gue bawa roti tadi dari rumah."
"Oh, yaudah deh. Gue ke kantin ya, bye."
Tadi sebelum pergi ke sekolah aku memang sengaja membawa tiga bungkus roti yang ada di atas kulkas. Membawa roti aku ingat, tapi kenapa topiku bisa lupa kubawa?
Oh, iya. Aku baru ingat. Aku tadi meminjam topi Ramdan. Aku lupa kalau topi yang ku kenakan sewaktu upacara tadi adalah milik Ramdan, makanya aku main masukkan ke dalam tas saja.
Bagaimana aku mengembalikan topinya? Ah, mumpung sekarang jam istirahat. Yaudah, deh, sekarang saja aku ke kelasnya.
"Di dalam ada Ramdan, gak?" Aku bertanya kepada teman sekelasnya yang cewek, yang sedang duduk di depan kelas. Mereka ada tiga orang. Aku tidak tahu mereka membicarakan apa. Tidak penting bagiku.
"Ada, tuh. Di dalam," salah satu di antara mereka menjawab.
"Bisa tolong panggilin, gak?" Aku meminta tolong kepada mereka. Masa iya aku yang masuk ke dalam kelas untuk memanggilnya. Aku tidak seberani itu.
"Eh, elo? Ada apa, Bel?" Tanya Ramdan setelah keluar dan melihat keberadaanku.
"Gue cuma mau balikkin ini," aku memberikan topi miliknya yang aku kenakan sewaktu upacara tadi, "makasih, ya."
"Iya sama-sama." Jawabnya setelah meraih topi yang aku berikan.
Aku diam sejenak. Tidak tahu harus berkata apa lagi. Ramdan yang saat ini berada tepat di depanku hanya melihatku lugu. "Udah, 'kan?" Tanyanya.
"Eh. Iya. Yaudah, gue balik ke kelas ya," aku berjalan menjauhi kelasnya untuk menuju ke kelasku.
"Bel?" Ramdan memanggilku.
"Iya?" Aku berharap ia memanggilku karena ada sesuatu yang ingin disampaikannya. Sesuatu yang membuatku melting, misalnya.
"Kelas lo 'kan arah sana? Ngapain lo jalan ke sana?" Aku beberapa kali melihat lurus ke depan, kemudian melihat ke belakang. Untuk memastikan; apa yang ia katakan benar atau tidak.
Ternyata benar. Aku salah arah. Kelasku seharusnya ke arah sebelah kanan dari kelasnya. Dan aku malah berjalan ke arah sebaliknya.
Aduh. Kenapa aku ini? Mungkin aku terlalu grogi berada di dekatnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Bukan Aku
Short StoryKalian bisa memanggilku Bella. Aku hanya gadis cupu, yang menghabiskan hari-harinya dengan buku-buku. Namun, semuanya berubah setelah aku mengenalnya. ©2017