21. Not Me

329 31 6
                                    

Malam ini aku mencoba belajar seperti biasanya. Namun, aku tidak bisa berkonsentrasi. Pikiranku selalu gagal fokus, karena aku kepikiran terus soal surat yang dititipkan Ramdan tadi.

Kira-kira apa isi suratnya? Rasanya aku ingin sekali membuka amplopnya dan membaca isi surat tersebut. Tapi, surat itukan untuk Dinda? Masa iya aku membacanya sebelum Dinda membacanya. Tapi aku sungguh penasaran. Ah, ku buka sajalah.

Hai, Dinda.
Apa kabar?
Ini aku Ramdan.
Kamu pasti masih ingat denganku, 'kan? Dan kamu juga pasti masih ingat kalau ini surat kedua yang aku kirim untukmu, 'kan?

Gimana kabarmu?
Gimana perasaanmu?
Apa kamu sudah bisa membuka hati untuk orang lain?
Apa kamu sudah move on dari yang namanya Fadlan, cinta pertamamu itu?

Aku harap kamu sudah tidak memiliki perasaan lagi dengannya. Dan aku harap juga kamu sudah bisa membuka hati untuk cowok lain masuk ke hati kamu.

Kalau kamu sudah bisa membuka hati untuk cowok lain. Kamu balas surat ini, ya. Agar aku tahu; bisa mendekatimu tanpa menyakiti diriku sendiri.

Tertanda, Orang yang masih menyukaimu,

Ramdan

Apa-apaan ini? Ramdan menyukai Dinda? Bukan aku? Mungkin orang semacam Ramdan pantas disebut pemberi harapan palsu. Kenapa ia tidak bilang dari awal saja kalau maksud dari ia mendekatiku hanya sebagai perantaranya untuk mendekati Dinda?

Ia berikan aku sayap untuk terbang. Ia juga yang mematahkan sayapku. Ah, entahlah. Aku tidak habis pikir.

***

Ternyata Bukan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang