Aku keluar kelas dan langsung menuju ke perpustakaan setelah bel istirahat berbunyi barusan.
Seperti biasanya. Perpustakaan terlihat sepi. Hanya ada dua murid ditambah dua guru penjaga perpustakaan yang ada di perpustakaan saat ini. Bahkan, tidak jarang hanya aku murid sekolah ini yang berada di perpustakaan saat sedang jam istirahat seperti ini.
Aku berjalan mendekati rak khusus buku-buku sastra. Aku mengambil buku kumpulan puisi. Aku menuju salah satu kursi yang kosong dan duduk di sana.
Setelah kurang lebih 15 menit aku duduk, tiba-tiba seseorang duduk tepat di sebelahku. "Hai cewek judes," ia adalah Ramdan. Untuk apa dia ada di perpustakaan saat ini? Aku belum pernah melihatnya di perpustakaan sebelumnya.
"Lo ngapain di sini? Nyari buku?" Tanyaku selidik sambil sedikit menggeser posisi dudukku untuk menjauhi tubuhku darinya.
"Gak. Gue bukan tipe orang kayak lo. Yang hobi ke perpustakaan," jawabnya sedikit tertawa.
"Jadi?" Tanyaku lagi.
"Tadi gue di hukum Bu Rita, guru Sosiologi kelas gue. Gara-gara gue gak ngumpulin tugas. Dari satu kelas cuma gue sendiri yang gak ngumpul. Ya, jadinya gue di hukum buat bersihin ni perpus. Pas gue udah selesai dan mau keluar perpus tadi, gue liat lo lagi duduk di sini. Yaudah deh, gue samperin elo ke sini." Jelasnya secara detail. Sedetail-detailnya.
"Oh gitu," responku seolah biasa saja. "Makanya jadi orang itu jangan males," ungkapku santai sambil kembali membaca buku yang ada di tanganku sekarang.
"Gak ada waktu," jawabnya santai, yang sontak membuatku sedikit kesal dengan jawaban seperti itu.
"Gak ada waktu? Emang lo ngapain aja di rumah? Ngurusin istri? Ngurusin anak? Kalau semua pelajar di Indonesia kayak lo, bisa hancur negara ini," aku menutup buku yang ada di tanganku dan sedikit membantingnya ke atas meja. Aku benar-benar kesal.
"Waktu gue benar-benar habis, Bel. Kalo lo jadi gue, lo pasti ngerti," jawabnya lirih.
"Habis buat apa? Haaa?"
"Buat mikirin elo," ia tertawa puas. Ia berhasil membuatku penuh emosi. Ia berhasil. Sangat berhasil.
"Nyebelin banget, sih. Orang serius juga,"
"Cie ngambek," ia meledekku.
"Apaan, sih." Balasku. Tidak lama berselang bel pertanda masuk telah berbunyi. Aku pun bangkit untuk keluar perpustakaan dan menuju ke kelas. Sementara cowok itu masih menikmati sisa-sisa tawanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Bukan Aku
Short StoryKalian bisa memanggilku Bella. Aku hanya gadis cupu, yang menghabiskan hari-harinya dengan buku-buku. Namun, semuanya berubah setelah aku mengenalnya. ©2017