"Jungkook, kita harus segera kembali ke Seoul, perusahaan inti membutuhkan appa, appa mohon mengertilah"
"Hufttt. . ." Jungkook menghela nafas dengan berat mengingat perkataan appanya tadi malam. Sejujurnya dia tidak ingin kembali, kenangan buruk yang selama ini ingin dia lupakan membuatnya enggan untuk kembali. Kejadian dua tahun yang lalu sudah cukup membuat orangtuanya khawatir, meskipun kedua orangtuanya tidak tahu apa yang terjadi padanya.
"Ini menyebalkan, aku sudah 2 tahun berada di Jepang, tapi tetap saja aku tidak bisa melupakannya, lalu disaat aku mulai menata ulang hidupku, aku harus kembali ketempat dimana aku mengalami hal buruk " keluh Jungkook dia tidak berhenti mengumpat meskipun ia berada didalam pesawat, menghiraukan tatapan aneh orang-orang disekelilingnya.
"Kau pasti sangat bahagia saat ini, kau juga pasti sudah melupakanku..," Jungkook tersenyum kecut.
"Kau tahu? Aku masih mengingatnya kau bilang Ak mencintaimu chagi, PERSETAN !!! Kata cintamu itu hanya bualan, apa kau puas setelah mengataiku jalang ? Apa kau puas telah menamparku didepan umum?" Jungkook mengusap kasar air matanya. Menatap kosong kearah jendela pesawat yang hanya memperlihatkan gumpalan awan putih.
"Ya, mungkin ini sudah waktunya aku kembali"
Dia terdiam, menutup matanya pelan, berharap kenangan buruknya ikut menghilang terbawa hempasan pesawat yang membawanya kembali ke Seoul.
Ditempat lain.
"Kau gila, kau hampir saja membunuhnya!" Kesal Yoongi beberapa memar diwajahnya terlihat membiru namun tidak sampai membuatnya merintih.
"Dia berani menggores kulitku, itu hukuman yang setimpal bagi sampah seperti mereka"
Yoongi memutar mata jengah, sudah terlalu biasa baginya mendengar jawaban Taehyung, Sementara Jimin hanya mengangguk sembari menyeringai.
"Ya kau benar, apalagi. . " Jimin menjeda ucapannya, ia berjalan kearah salah seorang namja yang terkulai lemah dengan kondisi yang memprihatinkan, dia berjongkok dihadapan namja itu dan mengangkat wajahnya yang penuh luka lebam dan darah. "Bagi orang yang telah memecahkan kaca mobilku. ." Lanjut Jimin tersenyum miring, menghempaskan kepala namja itu dengan kasar.
Yoongi hanya mendengus, sementara Taehyung hanya melirik tanpa minat.
"Aku bosan" ucap Taehyung, kemudian berdiri dari duduknya, memasukkan tangannya kedalam saku clananya, berjalan melewati beberapa tubuh lawannya yg tergeletak tak berdaya
.
"Bereskan mereka" ucap Taehyung lagi pada beberapa orang dihadapannya. Taehyung berjalan kearah mobilnya diikuti Yoongi dan JiminMereka berjalan dengan tenang kearah apartemen Taehyung, hari ini dia tidak ingin pulang ke Mansion Kim. Taehyung menekan beberapa digit nomer , sementara Jimin dan Yoongi menunggu dalam diam.
"Dimana Namjoon hyung?" Tanya Jimin memecah keheningan."Entahlah, terakhr kali dia bilang akan melarikan diri dari wanita gila itu" jawab Yoongi, Taehyung mendengus.
"Harusnya dia melakukannya dari dulu" sambung Taehyung. Menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa maroonnya kemudian memejamkan mata."Iya kau benar, bagaimana mungkin appanya menikahi wanita sinting itu" Yoongi terkekeh, sementara Jimin mendelik tak suka.
"Dia tidak menikahinya, bukannya kau tau wanita sinting itu mengancam tuan Kim" sinis Jimin mengingatkan.
"Kau benar Jim, ak melupakan fakta itu, tapi tuan Kim duda. Apa aku benar?" Tanya Yoongi lagi, dia berjalan menuju lemari es, membuka pintunya dan mengambil sebotol cola.
"Yah, soal itu aku tidak tahu, Namjoon hyung tidak menceritahan masalah keluarga."
Yoongi mengangguk, membenarkan kata Jimin. Dia kembali duduk, meminum perlahan cola ditangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
L♡ve? Kth+Jjk (gs)
FanfictionKim Taehyung brandal sekolah, berparas sempurna layaknya dewa Yunani, namun memiliki sikap yang dingin layaknya es. Dia putra tunggal dari pasangan Kim Chanyeol dan Kim Baekhyun pemilik perusahaan terbesar di Korea. Kehidupannya terlihat begitu semp...