(3) REVISI

112 44 13
                                    

Haii halloo hallooo...long time no update hehe... 😀
.
Sekarang mereka sudah kelas 11. Syela sudah melupakan apa yang dio lakukan padanya. Dia sudah tidak memperdulikan hal tersebut.

"Lo kenapa si kok dari tadi cemberut terus?," tanya Deivan, sekarang mereka sedang berjalan-jalan di mall dekat sekolah.

Sepulang sekolah Deivan mengajak Syela mumpung hari jum'at pulang cepat karena sudah lama sekali dia tidak ngobrol dengan Syela.

"Engga," Syela menjawab dengan ketus.

"Engga kok mukanya gitu sii," Deivan menyenggol tangan Syela karena tidak ada reaksi apapun dari Syela, Deivan pun merangkulnya.

"Apaan sii tangan lo," Syela membuang tangan Deivan dari pundaknya.

Deivan pun seketika memikirkan suatu cara supaya Syela tidak marah dengannya. Kemudian Deivan membelikan es krim coklat kesukaan Syela dan benar saja setelah Deivan membelikannya es krim setidaknya kini macan betinyanya sudah agak jinak.

"Lo kenapa sii Syel?," tanya Deivan tanpa mengalihkan pandangannya dari Syela yang sangat imut kalau sedang makan es krim.

"Ga papa."

"Ayoolahh..."

"Oke okee, gua cuma bete aja"

"Lo bete gara-gara tadi kamu liat drama aku sama Sivani kan?," tanya Deivan sedikit ragu namun dia yakin pasti itu penyebabnya.

"Udah tau pake nanya lagi," gumam Syela yang masih terdengar oleh Deivan.

"Ya lagi lo tu ya udh gua kasih tau buat hati-hati sama si Sivani, sebagai teman yang baij gua cuna mau temen gua tu bahagia, nantu lo di incer sama tu anak baru tau rasa."

"Ya ampunnn....kamu tuh yaa," Deivan mengacak-ngacak rambut Syela

"Adduuhh.. Rambut gue berantakan tauu.
Lagian tumben tiba-tiba manggilnya kadi aku-kamu," Syela mencebikkan bibirnya.

"Yaa....masa panggilan cm gua-lu sekali-kali aku kamu kan boleh atau kamu punya panggilan khusus ke aku gitu??," godanya

"oohh iya gimana kalau kamu panggil aku kakak, gini-gini aku satu tahun lebih tua lohh dari kamu," lanjut Deivan.

Syela tampak menimbang kata-kata Deivan tadi dan Deivan yang melihat itu pun tersenyum kecil.

"Ogaahh."

"Dihh gitu."

.
.
.

Keesokan harinya,

"Syel," panggil Rania.

Syela, Safa, dan Alena pun menoleh kearah Rania.

"Kenapa??," jawab Syela.

"Emang si Deivan mau lanjut kuliah di luar negeri ya??."

Syela mengerutkan dahinya,"maksud lo??."

"Iyaa tadi gue denger Devino lagi ngomong sama si curut Reno kalau dia sama Deivan mau lanjut sekolah ke luar negeri tapi kalo si Deivan dia bakal sekolah di Amerika kali di Devino inggris," jawab Rania heboh

"Tapi Deivan ga pernah cerita tentang ini sebelumnya," Syela menjawab lirih.

"Gue juga denger katanya dia bakal berangkat setelah Ujian Nasional."

"APA!!," seru Syela, Safa, dan Alena bersama-sama.

"Seriusan lo?," kini Alena bersuara bukan cuma ngomong 'apa!!'.

"Seriusann."

"Coba lo tanya sama Deivan kalo ga lo coba tanya ke Devino kabarnya si Deivan masih hidup ga tu orang," Safa langsung meneloyor kepala Rania karena omongannya tadi.
.
.
.
Syela dan teman-temannya sudah berada di kelas dan Syela tidak mau menunggu lagi dia segera berjalan menuju tempat duduk Devino.

"Vin."

"Ehh..kenapa Syel??," tanya Vino.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo"

"Iya, kenapa?"

"Emang bener ya lo sama Deivan mau kuliah di luar negeri?," tanya Syela.

"Dari mana lo tau Syel?"

"Rania tadi denger pembicaraan lo sama Reno," setelah mendengar jawaban Syela, Vino menghembuskan nafasnya kasar.

"Kalo gua, gua ga tau nanti gua jadi kuliah di luar negeri atau enggak. Tapi kalau untuk si Deivan mending lo tanya langsung aja ke dia," jawab Vino "Sepertinya Deivan juga ada yang mau dia omongin sama lo, jadi mending lo temuin dia aja," lanjut Vino.

Syela pun mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada Vino.

❌I Hope [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang