Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*Mina
Jumat, 10 November 1944. Hari tersebut akhirnya datang menghampiriku.
Hari dimana aku akan melepas kesendirianku. Hari dimana aku akan mengikatkan janji suci dengan pria bernama Ikeda Jaehyun. Hari dimana hidupku akan berubah. Dan hari dimana aku harus benar-benar menghapus pria bernama Jeon Wonwoo dari pikiranku.
Benar, hari ini aku akan menikah dengan Jaehyun kun. Setelah beberapa minggu kami melakukan pendekatan, kami menjadi akrab dan Jaehyun memintaku untuk memanggilnya menggunakan 'kun' karena ia dua tahun lebih tua daripada ku.
Sebenarnya aku dan Jaehyun kun akan menikah pada bulan Januari nanti, namun entah mengapa Ayah dan Ibu beserta orang tua Jaehyun kun menginginkan agar tanggal pernikahan kami dimajukan.
Aku dan Jaehyun kun tidak bisa berbuat apa-apa. Kami sungguh tidak mempunyai kuasa apapun disini. Segala sesuatunya ditentukan dan diatur oleh orang tua kami. Kami hanya menurut dan menjalankan apa yang mereka inginkan.
Meskipun begitu, aku bersyukur karna semakin cepat aku menikah dengan Jaehyun, maka aku tidak akan lagi terus-terusan menyendiri yang nantinya malah akan membuatku memikirkan dan mengkhayal tentang Wonwoo kun.
Lebih baik aku menikah dengan Jaehyun dan melihat wajahnya setiap hari agar aku bisa lebih mudah menghapus Wonwoo kun dari kepalaku.
Mataku tiba-tiba terasa panas. Gumpalan air mata menggenang didalam kelopak mataku, hingga akhirnya mengalir bebas keluar dari sana.
Ah, perasaanku sungguh campur aduk hari ini.
Aku merasa senang dan lega karna akhirnya aku akan menikah. Namun disisi lain hatiku terasa ngilu karna aku sangat merindukan Wonwoo kun, pria yang sudah tega meninggalkanku sejak dua bulan yang lalu.
Sungguh, aku sangat membenci diriku yang sampai sekarang masih saja mencintai pria kejam itu.
Kenapa kau sangat lemah Myoui Mina? Lupakanlah Jeon Wonwoo dan pikirkanlah masa depan cerahmu bersama Ikeda Jaehyun!
Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu kamarku. Aku cepat-cepat mengusap air mataku, lalu membuka pintu kamarku. Terlihat dua orang wanita yang kini tersenyum sopan padaku, seraya menenteng sebuah kotak dan gaun pernikahanku.
"Maaf karna telah mengganggu waktumu Nona, tetapi kami ditugaskan oleh Nyonya untuk merias Nona sekarang"
"Tidak apa-apa. Ayo masuk, aku sudah mandi dan bersiap-siap"