18* Hujan 18

4.2K 235 0
                                    

"Iya, cantik ya?" aku tersenyum menatapnya, ternyata melihat pelangi disini lebih jelas dibandingkan melihat pelangi saat diperpustakaan.

"Tapi nggak secantik lo, Ra"

Aku menatap Damai sejenak, apakah ia hanya bercanda?

Ia tersenyum padaku, dengan cepat aku membuang mukaku, menatap pelangi itu kembali. Jangan sampai wajahku panas dan merah saat ini.

"Cie... yang lagi gugup..." goda Damai, membuatku jadi malu.

"Ng-nggak kok, gue nggak gugup, cuma nggak nyangka aja"

"Nggak nyangka gimana? Nggak nyangka kalau ternyata lo suka sama gue?"

"Hah?!"

jantungku berpompa tak karuan.

Kenapa setiap dia berbicara seakan-akan sedang memberi 'kode' padaku?

Apa dia tau perasaanku yang sebenarnya?

Kalau memang benar semoga saja dia tidak terlalu memikirkannya, semoga dia hanya menganggap hal itu hanya candaan.

Jangan sampai dia menjauhiku.

"Nggak kok, bercanda. Emang lo nggak nyangka kenapa?" tanya Damai yang mulai sedikit serius.

Aku menatap Damai sekilas.

"Nggak nyangka kalo lo juga suka pelangi"

Kudengar Damai terkekeh, "Oh, jadi lo suka pelangi? Bagus dong, kita bisa liat pelangi sama-sama"

Melihat pelangi bersama? Selama ini aku hanya melihat pelangi sendirian. Aku juga ingin ada yang menemaniku ketika menghabiskan beberapa menit untuk melihat pelangi, apalagi orang itu adalah orang yang kusukai.

"Ra, besok 'kan hari jumat, abis itu sabtu..."

"To the point aja, Dam" potongku setelah tau Damai sedang basa basi.

Damai meringis sambil menggaruk-garuk tengkuknya, "Er... minggu besok, kita jalan pagi bareng yuk"

"Tapi... gue nggak biasa lari pagi" tolakku hati-hati, takut kalau Damai salah paham dengan tolakanku.

"Gue juga, kita bisa biasain mulai di hari itu, gimana?"

Aku berpikir sejenak. Sebenarnya ajakan Damai tidak buruk juga, lagipula aku tidak ada kerjaan dihari minggu.

"Oke!"

Cerita Setelah Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang