34* Hujan 34

3.5K 197 1
                                    

"Hahaha! Lupain aja, masih banyak cowok yang lebih cakep, tajir. Percuma aja gue deketin cowok itu, buang-buang waktu" ucap Anya sambil memasang wajah jijik.

Hara menatap ketiga gadis itu geram, emosinya tak terbendung lagi setelah mendengar nama Damai yang keluar dari mulut kotor mereka. Hara memukul meja kuat, ia berdiri lalu meremas kerah baju Anya, membuat gadis itu terdiam seketika.

"Kalo lo jijik sama dia, kenapa dulu lo kejar-kejar dia?!"

Ketiga gadis itu diam seribu bahasa.

"Ya waktu it--"

"Stop! kelakuan lo nggak beda jauh sama binatang!" ucap Hara dengan penuh emosi. Seisi kelas melihat pertengkaran mereka, berbisik-bisik ria, namun Hara tidak peduli.

"Ra, udah, sekarang kita pergi aja" lerai Diki.

"Eh, cewek murahan! Berani banget lo bilang gue binatang?!"

"Selama ini gue masih diam, bukan gue takut. Tapi gue diam buat harga diri lo sendiri. Kayak sekarang, emosi gue memuncak, dan lihat... orang-orang natap lo benci" Hara terkekeh sinis. "Oh, ya. Tadi lo bilang apa? Cewek murahan? Gue? Bukannya elo? Nggak punya kaca dirumah? Bukannya lo yang cewek murahan? Nempelin setiap cowok yang lo rasa cakep dan tajir?"

Mata Anya membulat sempurna.

"Girls! Abisin!" perintah Anya kepada kedua temannya. Namun temannya diam, tidak berkutik sama sekali.

Melihat hal itu, Hara kembali terkekeh sinis, ia melepaskan tangannya dari kerah baju Anya dengan kasar.

"Diki, lo anterin gue kerumah sakit"

~~~

Diki menyalakan mesin mobil.

"Bagus, Ra." Disa memeluk Hara, "Lo harus kuat kayak tadi. Lo inget kata Damai? dia bakal sedih kalo liat lo lemah?"

"Gue nggak suka mereka jelek-jelekin Damai, Dis" Hara menangis didalam pelukan Disa.

"Gue juga, Ra. Tapi kalo lo lawan mereka, mereka nggak akan berani lagi jelekin Damai." ucap Disa menenagkan.

"Dis, apa lo udah tau penyakit Damai?" tanya Hara tiba-tiba. Disa terdiam, ia melihat Diki lewat kaca, seakan-akan ia mengatakan 'apa kita harus kasih tau sekarang?'.

Diki mengangguk.

"Sebenernya gue sama curut udah tau, tapi Damai nyuruh kita buat diem dan nggak ngasih tau lo"

"Tapi, kenapa?" tanya Hara masih menagis.

"Karna dia sayang lo, Ra. Dia nggak mau liat orang yang dia sayang khawatir"

Hara diam, menatap Disa getir. "Tapi kalo dia nggak kasih tau gue, gue malah jadi makin khawatir, Dis"

"Kita udah sampai" Diki membukakan pintu mobil, kedua gadis itu keluar dari mobil.

Hara menatap bangunan rumah sakit yang menjulang tinggi, kakinya lemas seketika, hampir saja ia terjatuh jika Disa tidak sigap.

"Lantai lima, ruangan VIP" ucap Diki menatap Disa.

Cerita Setelah Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang