Jangan lupa votenya yaa..
Happy reading^^
.
.Ara dan Davian sudah sampai di sekolah. Davian mengantar Ara sampai ke meja piket. Ara datang ketika jam istirahat pertama, kehadiran dirinya dan Davian membuat para siswi memperhatikan mereka, terutama Davian.
Ketampanannya mampu membius kaum hawa dalam satu tatapan. Gayanya yang cool menjadi daya tarik tersendiri.
Ara menarik tangan Davian dan menggandengnya sepanjang koridor sekolah. Ia tak suka melihat tatapan lapar para siswi yang berwajah tante2.
"Kenapa kalian lihat2? Kakak Ara ga suka sama tante2" ucap Ara kesal. "Dasar tua sebelum waktunya" gumam Ara dalam hati ketika melihat beberapa siswi dengan makeup dempulnya yang sengaja berjalan menghampiri mereka dan sok2 an menegor Ara, padahal sebelumnya cuek2 saja.
"Ara.." ucap Davian memperingatkan adiknya. Ara melepas pegangannya dan berjalan sambil mendengus.
Seperti dugaan Ara, Bu Wati sang guru piket yang terkenal killer mendadak jadi jinak setelah melihat Davian.
"Jadi, adik saya tetap bisa mengikuti pelajaran?" tanya Davian.
"Sangat bisaa.." ucapnya sambil menunjukkan senyum termanisnya.
"Ehmmm..." tegur Ara.
Bu Wati mengalihkan pandangannya ke Ara. "Ara, kamu bisa langsung masuk ke kelas" ucapnya.
"Iya. Makasih.." jawabnya dengan cuek.
Davian merasa tidak enak dengan bu Wati atas respon adiknya. "Terima kasih. Saya harus pergi sekarang" ucapnya berusaha dengan sangat sopan pada guru Ara.
"Oh iya pak. Tidak apa2.. Kalau ada waktu kita bisa berbincang2 lagi mengenai Ara" ucap Bu Wati mencari kesempatan.
"Kak!" Ara memberi peringatan pada Davian. Davian pun menyusul Ara yang pergi duluan.
"Lain kali harus sopan sama guru" ucap Davian menasehati Ara.
Baru akan membuka mulutnya untuk menimpali Davian, Ara mendengar suara yang tak asing lagi di telinganya.
"ARAAAA.." panggil Cica dari kejauhan sambil berlari menghampirinya."Uwwwhhhh gw kangen sama lo. 3 jam pelajaran tanpa lo hampa banget"ucapnya sambil memeluk Ara seperti kerabat yang tak bertemu bertahun-tahun.
"Ara juga kangeeen sama Cicaa" ucap Ara sambil membalas pelukan Cica. Mereka berdua seperti teletubies.
"Oiya, nih.." ucapnya sambil menyerahkan sobekan kertas. "Contekan lo. Gw capee tau nulisnya tadi pagi, pegel nihh tangan gw" ucap Cica sambil menjulurkan tangannya.
"Ulu..ulu.. Kacian sahabatnya Ara" ucap Ara sambil mengelus tangan Cica. "Maacihh yaa Cicaa. Pulang sekolah Ara traktir deh.." ucapnya.
"Ehmm.." deheman Davian membuyarkan senyuman dua sahabat yang sedang beramah-tamah itu. "Sini" tambahnya sambil merebut sobekan kertas itu dari tangan Ara.
Ara dan Cica membulatkan matanya ketika melihat Davian menyobek kertas itu menjadi potongan2 kecil.
"Kak, nasib Ara ada disitu" ucap Ara tak percaya dengan apa yang dilakukan Davian.
"Cica capek2 nulisin buat Ara malah disobek" ucap Cica sementara Ara mengangguk-angguk. "Ganteng2 tapi jahat" tambah Cica membuat Ara menghentikan anggukannya.
Ara menatap Cica kesal. "Ga usah ganjen sama kakak Ara!" ucapnya. Dari dulu Ara memang sangat tidak suka kalau ada perempuan yang menyukai kakaknya, sekalipun ia tahu kalau Cica hanya bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey Bee
General Fiction"Lo tu diciptakan dari apa sih? nyebelin banget!" "Dari tulang rusuk kamu" "Gw ga tertarik sama anak kecil" "Kamu tambah ganteng kalo lagi galak" "Akkhhh!!.. Dasar bocah aneh!!!"