Jangan lupa bintangnya yaa..
Happy Reading^^
.
.
.Ara mengerjapkan matanya, tubuhnya sangat sakit sekali seperti habis terjatuh dari ketinggian. Ara mencoba mengerakkan jari nya karena merasa seseorang menggenggamnya.
Gerakan Ara membuat Davian terbangun. "Ara.." ucap Davian ketika melihat Ara membuka matanya. "Ra, ini kakak. Thanks God" tambahnya merasa senang.
"Kak.." Ara tak mampu berkata banyak karena kondisinya yang masih lemah. Cairan bening itu menetes membasahi pipinya dan membuat Davian panik.
"Kamu kenapa nangis? Mana yang sakit? Kita berobat ke luar negeri yah" ucap Davian sambil panik dan mengecek seluruh tubuh Ara.
Ara menggeleng, "Aku minta maaf.." ucapnya diiringi tangis yang mulai pecah. "Kakak jangan marah lagi sama aku. Aku janji ga nakal lagi.." tambahnya sambil terisak.
Oh God, adiknya ini sangat polos. Bahkan Ia masih memikirkan soal dirinya yang marah padanya membuat Davian semakin merasa bersalah. Davian mengusap pipi Ara dengan lembut, "Ara ga salah apa2.. Kakak yang salah, jadi kakak yang minta maaf sama Ara" ucapnya.
Ara menghentikan tangisnya dan menatap kakaknya dengan bingung. "Emang kakak salah apa? Bukannya kakak marah ya gara2 aku pura2 sakit waktu itu?" tanya nya dengan sisa2 isakannya membuat dirinya terlihat sangat menggemaskan.
"Kakak marah, tapi cuma hari itu aja. Setelahnya kakak memang sibuk banget sama kerjaan kakak jadi ga perhatiin kamu" ucapnya.
Penjelasan Davian membuat Ara lega dan selengkung senyuman menghiasi wajahnya. "Ara sayaaang banget sama Kakak" ucapnya sambil memeluk Davian membuat Davian sangat sangat bersyukur.
-------------
"ARAAA...." teriak Cica ketika baru memasuki ruang inap Ara. "Kok lo ga bilang2 kalo kecelakaan" ucapnya sambil terisak..
"Cicaaa.. Ara kangen banget sama Cica" ucapnya lalu membalas pelukan Cica.
"Cica juga kangen sama Ara. Ga ada Ara, Cica duduk sendirian tau" ucap Cica lalu melepas pelukannya.
"Pasti ketahuan ya kalau lagi nyontek? Kan ga ada Ara yang ngalangin"
"Cica tau darimana Ara kecelakaan?"
"Semalam Cica telpon Ara terus yang angkat Kak Davian nd bilang Ara kecelakaan" ucap Cica sambil mengerucutkan bibirnya.
Ara langsung menengok ke arah Davian yang sedang sibuk membereskan pakaian Ara karena sore ini Ara sudah diperbolehkan pulang. "Kakak ga ngasih tau Cica dari hari pertama?" tanyanya.
"Kakak ga kepikiran Ra" ucap Davian.
Ara mendengus dan kembali menoleh pada Cica. "Ca, selama Ara sakit, mang Somat masih jualan somay?" tanyanya dan dibalas anggukan oleh Cica.
"Kalau mba Iyem?" Ara kembali bertanya tentang pedagang cireng di kantin nya.
"Masih. Kemarin mba Iyem nanyain lo" jawab Cica.
Davian hanya menggeleng mendengar percakapan keduanya, bukannya bertanya tentang pelajaran atau ulangan harian-malah tentang jajanan.
Tok tok tok..
Ceklek
Perhatian ketiganya menoleh ke arah pintu ketika seseorang membukanya. Ara membulatkan matanya, "Omegat" ucapnya tak percaya lalu membekap kedua mulutnya ketika melihat Adrian yang masuk ke ruangannya.
"Yan, sini duduk" ucap Davian mempersilahkan temannya itu.
"Thanks Dav" jawab Adrian, lalu Ia menghampiri Ara yang masih duduk di ranjangnya. "Hai Ra, gimana? Udah baikan?" tanya nya sambil tersenyum membuat Ara salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey Bee
General Fiction"Lo tu diciptakan dari apa sih? nyebelin banget!" "Dari tulang rusuk kamu" "Gw ga tertarik sama anak kecil" "Kamu tambah ganteng kalo lagi galak" "Akkhhh!!.. Dasar bocah aneh!!!"