"Aduh!"
Alena terjatuh dari tempat tidurnya yang empuk, ini semua akibat dia keasyikan bermimpi. Mimpi indahnya seketika hilang dan digantikan oleh rasa sakit pada tubuhnya. Alena melirik jam weker yang ada di nakas dekat tempat tidurnya.
"Ya ampun!"
Dengan gerakan cepat Alena langsung berlari ke kamar mandi. Karena Mamanya yang sedang tidak ada di rumah sehingga tidak ada yang membangunkannya. Itu akibatnya dia sekarang terbangun pukul setengah tujuh.
Secepat apapun Alena bersiap-siap untuk berangkat dan mengayuh sepedanya ke sekolah, dari kejahuan pintu gerbang sudah di tutup oleh Pak Budi, satpam penjaga sekolah. Alena melirik jam tangannya, sudah pukul 7.05 menit.
Karena tidak fokus, di perempatan dari arah kiri ada sepeda motor yang sedang berbelok. Tabrakan tak dapat dihindari. Tubuh mungil Alena terjatuh dari sepedanya, sedangkan pengendara motor itu membanting stir kearah lain.
"Aduh," rintih Alena. "tadi pagi jatuh, sekarang jatuh lagi."
"Lo nggak papa?"
Alena mendongak, matanya terkunci saat melihat mata coklat itu. Alena menggelengkan kepalanya cepat, menyadarkan dirinya sendiri.
"Iya, gak papa." Alena berdiri, membersihkan bajunya yang sedikit kotor. Ketika Alena menoleh ke sepedanya, ia terkejut. Ban sepedanya yang depan jadi penyok dan kempes akibat terbentur trotoar.
"Sepeda lo, gak papa?" tanya cowok itu.
"Gak papa gimana? Lihat nih, sepeda gue rusak." Alena sedikit kesal.
"Dari dalem sekolah Pak Budi lihat kamu jatuh, saya langsung kesini kamu gak papa?" Pak Budi yang melihat kejadian itu langsung menghampiri mereka. Bahkan beberapa orang yang berlalu lalang juga menoleh tadi.
"Iya, gak papa kok Pak, cuman sepeda saya aja sedikit rusak." Alena menunjuk bagian depan sepedanya.
"Tapi lengan kamu berdarah. Ya sudah, Bapak beri kamu kompensasi. Kamu masuk saja ke sekolah, obati lukamu di UKS. Saya akan bilang ke guru piket nanti. Kamu juga ya, saya beri kompensasi hanya hari ini."
Mendengar perkataan Pak Budi, Alena terkejut. Selanjutnya dia menatap Pak Budi dengan wajah sumringah. Anak-anak di sekolahnya yang telat pasti tidak akan boleh mengikuti pelajaran di jam pertama sampai kedua, dan akan diberi 'pencerahan' dari Ketua Osis dan BK. Maka dari itu semua murid paling anti jika berurusan dengan keduanya. Sedangkan saat ini keberuntungan sedang memihak pada mereka.
"Terima kasih Pak." ucap Alena.
"Iya, sama-sama. Sudah ayo kalian buruan masuk."
Alena mengambil sepedanya lalu berjalan masuk ke sekolah sambil mendorong sepedanya, sedangkan anak cowok itu menaiki sepeda motornya masuk ke sekolah dengan pelan. Alena mencoba mengingat-ingat. Rasanya dia belum pernah melihat anak itu di sekolah.
"Oh, apa dia anak baru?" gumam Alena.
Setelah memarkir sepedanya, Alena berjalan kearah UKS, ketika melewati ruang Kepala Sekolah dia melihat anak cowok itu sedang berbicara dengan Kepala Sekolah, Pak Wildan. Alena pun hanya menaikkan kedua alisnya lalu lanjut berjalan menuju UKS.
--••--
Alena mengetuk pintu kelasnya, seketika mata semua orang langsung menuju kepadanya.
"Maaf Bu, saya telat. Tadi saya jatuh di jalan saat berangkat ke sekolah."
"Oh Alena, iya masuk. Duduk di kursi kamu ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Teen FictionBerawal dari pertemuan singkat antara Alena si gadis ceroboh dengan Alsa si murid baru, di depan gerbang sekolah. Alena lama kelamaan terbuai oleh perasaannya sendiri ketika Alsa kadang kala berbuat baik terhadapnya. Tetapi tak jarang juga sifat Als...