Alsa kembali ke kelasnya, seperti dugaannya memang Alena menunggunya di kelas. Tak hanya Alena, ada juga Nabila dan Raka.
"Al!" seru Raka ketika melihat Alsa memasuki kelas.
"Gak balik?" tanya Alsa pada Raka yang saat ini menghampirinya.
"Kita tungguin lo." jawab Raka. Alena dan Nabila pun akhirnya beranjak dari duduknya lalu menghampiri Alsa. Alena melihat dengan pelan ujung kepala sampai ujung kaki. Memastikan jika Alsa memang tidak kenapa-napa.
"Udah gue bilang, gue gak bakal kenapa-napa." ujar Alsa, Alena pun mengangguk.
Alsa menghela napasnya pelan, entah kenapa ketika melihat raut wajah Alena yang sedang menghawatirkannya dia jadi tidak enak sendiri.
"Lo diapain di sana?" tanya Raka.
"Gak ada, yuk balik." Alsa menepuk pundak Raka.
"Beneran?" tanya Nabila.
"Iya udah tenang aja." Alsa mencoba meyakinkan semuanya jika memang dia tidak kenapa-napa.
"Ya udah, kita pulang sekarang. Tapi gue mau telpon Ardhan dulu biar gak usah ke sini. Katanya tadi mau balik lagi."
"Oh, oke." jawab Alsa. Raka mengambil HP miliknya yang ada di saku seragam lalu menelpon Ardhan.
"Lo pulang gimana Len?" tanya Nabila ke Alena, saat ini Raka sudah berbicara dengan Ardhan yang ada di sana.
"Tenang, gue bisa minta jemput Pak Anas kok. Kebetulan Mama udah di rumah. Lo bareng Raka 'kan?" tanya Alena sambil menunjuk Raka dengan dagunya.
"Iya Len, gue 'kan ada janji seminggu." jawab Nabila.
Setelah menelpon Ardhan, mereka pun langsung keluar dari gedung sekolah.
"Lena pulangnya gimana?" tanya Raka.
"Gue udah minta jemput, kalian pulang duluan aja gak papa."
"Gak papa kita tinggal?" tanya Nabila.
"Iya gak papa kok, byee." Alena melambai pada mereka.
"Kita duluan." pamit Alsa.
Alsa, Nabila, dan Raka langsung menuju tempat parkir. "Bye Len." seru Nabila.
Keadaan sekolah masih belum terlalu sepi karena masih ada beberapa anak yang berlalu lalang. Alena menunggu jemputannya datang sambil duduk di salah satu kursi plastik yang dia dapatkan di depan pos Pak Budi.
"Lena. Kita duluan ya!" tak lama setelah itu motor Raka lewat dan Nabila menyapanya. Di belakangnya ada motor Alsa juga.
"Iya. Hati-hati ya." Alena melihat kedua motor itu perlahan menghilang dari belokan sekolah.
Beberapa anak yang lewat di depannya untuk pulang menyapa Alena, Alena pun membalas sapaan mereka.
Tak lama kemudian suara deruman motor terdengar di telinga Alena, dia menyangka itu suara motor siswa yang akan keluar dari gerbang untuk pulang. Tapi dugaannya salah, itu suara motor Alsa yang kembali lagi masuk ke lingkungan sekolah. Alsa pun memarkirkan motornya tak jauh dari tempat Alena duduk.
"Loh kok lo balik lagi?" tanya Alena.
Alsa berjalan menghampiri Alena, membuat Alena mendongak ke atas untuk menatap wajahnya. "Ya, gue pikir gak adil rasanya kalau gak tungguin lo pulang. Padahal tadi lo udah tungguin gue di kelas."
Alena diam tak bisa berkata, meskipun memang perkataan Alsa terdengar biasa saja. Alena pun hanya mengangguk sebagai jawaban.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Teen FictionBerawal dari pertemuan singkat antara Alena si gadis ceroboh dengan Alsa si murid baru, di depan gerbang sekolah. Alena lama kelamaan terbuai oleh perasaannya sendiri ketika Alsa kadang kala berbuat baik terhadapnya. Tetapi tak jarang juga sifat Als...