05

439 19 0
                                    

Ini semua super duper membingungkan.
Kenapa pak Dio si manusia kutub ada dirumahku coba? Ini Jogja loh!
Jauh dari Jakarta tempatku berkuliah, gak mungkin kan hanya kebetulan belaka?

Dan sekarang aku sudah berada di taman belakang bersama manusia kutub yang munculnya antah berantah darimana.

"Jadi sekarang apa yang mau kamu ketahui dan apa yang harus saya jelaskan?" ucap pak Dio sambil menatapku lekat.

"Hehehe maaf pak, bisa tolong lepaskan tangan saya dulu?" kataku memberanikan diri. Soalnya kami sudah daritadi sampai di taman belakang dan pak Dio belum juga melepaskan tanganku. Akhirnya setelah kalimat itu terucapkan, pak Dio melepaskan tangannya dari tanganku.

"Saya bingung, kok bapak ada disini? Bapak itu Alvin anak tante Dila dan om Farhan?"

"Iya, saya Alvin,"

"Katanya mau jelasin? Kalau jawabnya irit gitu kapan selesainya?" kataku dalam hati yang disertai hembusan nafas berat diakhirnya.
"Sabar ya Kee, semangat!"

"Loh kok bapak mau sih dijodohin? Harusnya bapak tolak dong, masa dosen dan mahasiswinya jadi pasangan? Apa kata orang-orang kampus coba?"

Gila aja jadi pasangan si manusia kutub, takdir bener-bener engga berpihak sama sekali ke aku.

"Saya tidak peduli apa yang orang-orang kampus bilang. Untuk mengambil keputusan ini, sudah saya fikirkan matang-matang dengan berbagai pertimbangan. Kalau kamu memang ragu atau tidak bersedia, itu pilihan kamu,"

"Berarti bapak bantu saya ngomong ke mama, papa, om, dan tante ya?"

"Saya tidak pernah bilang akan membantu kamu. Kalau kamu tidak bersedia, kamu harus cari jalan keluarnya sendiri. Karena saya berada dipihak yang berlawanan dengan kamu,"

"Alasan bapak menerima perjodohan ini apa?"

"Saya tidak akan mengeluarkan tenaga lebih untuk menjelaskan hal yang kamu pertanyakan. Pokoknya itu semua sudah jadi keputusan saya,"

Ealah susah bener ngomong sama manusia kutub. Ini semua berkaitan sama hidupku juga kali, berarti aku perlu tau dengan pasti kan? Emang doi nikah sendirian apa?

"Yaudah, biar aku yang jelasin sama semuanya, kalau perjodohan ini harus difikirkan ulang!" ucapku mantap meninggalkan pak Dio ke ruang pertemuan tadi.

*****

"Nah ini dia Keeya, sudah selesai dengar penjelasan Alvin? Jadi keputusan Keeya gimana?" ucap tante Dila lembut kepadaku.

"Pah, mah, tante, om," ucapku yang dilanjutkan dengan keheningan dalam beberapa detik. Wah, aku harus benar-benar mengumpulkan seluruh tenaga!
"Kee rasa, kayaknya perjodohan ini harus difikirkan ulang,"

Sontak ucapanku membuat orang-orang yang mendengarnya kaget.

"Loh kok gitu Kee? Nak Alvin bukannya sudah menjelaskan semuanya?" kata mama menyanggahku.

"Iya mah, tapi masa dosen dan mahasiswinya menikah? Kan gak etis rasanya. Apa kata orang kampus dan teman-teman Kee coba? Lagipula Kee tidak terlalu mengenal kak Alvin begitu pula kak Alvin,"

"Kalau soal saling mengenal, kan bisa nanti setelah menikah Kee. Sekarang ini banyak sekali loh yang pacaran setelah menikah, mama lebih setuju seperti itu. Dan untuk urusan kampus kamu, biar nak Alvin yang mengurusnya, dia lebih tau tentang apa yang harus dilakukannya. Benar kan nak Alvin?"

"Iya tante, untuk urusan kampus Alvin sudah membicarakannya terlebih dahulu ke atasan Alvin. Beliau memang memberikan beberapa syarat, tapi insyaAllah bisa Alvin penuhi," jawab pak Dio tiba-tiba.

Lah ini orang kapan sampenya coba? Terus ini jawaban apaan lagi? Kenapa tadi dia engga bilang pas di taman belakang kalau sudah meminta izin ke bagian kampus? Kalau gitu aku kan engga bakal pakai alasan ini untuk menentangnya!

"Tuh Kee, nak Alvin sudah bilang ke bagian kampus kok. Kamu ini alasan aja deh, masih malu-malu ya bentar lagi jadi istri orang?" ucap papa meledek.

Aku merasa benar-benar terpojok. Sangat dipojok. Papa ini kenapa lagi, ngapain juga aku malu-malu mau jadi istri manusia kutub yang bentuknya kayak robot: datar dan engga jelas?

"Jadi kita sepakati ya, Alvin dan Keeya akan menikah dalam waktu dekat, mumpung masih diawal libur," ucap om Farhan semangat yang dibalas gelak tawa oleh papa.

"Mantap Farhan, jadi juga kita jadi besan ya,"

"Alhamdulillah," ucap seluruh orang diruangan itu, kecuali pak Dio yang memilih diam dengan muka datarnya, dan tentunya aku yang sedang merutuki nasib malang ini.

Bagaimana kehidupanku kelak ya?

Jangan lupa komen, saran, dan vote nya yaa😊

Sweetest FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang