09

473 22 3
                                    

"Mau ke bandara jam berapa nak Alvin?" ucap papa saat kami berkumpul diruang keluarga. Yap, aku dan pak Dio memutuskan untuk kembali ke Jakarta lebih cepat untuk mengurus beberapa hal. Termasuk tentang tempat tinggal yang sudah kami perdebatkan semalaman.

"Jam dua belas nanti mungkin pah, soalnya Alvin ambil pesawat jam tiga, takut macet kesananya," sebetulnya untuk sampai ke bandara dari rumahku hanya memakan waktu 1 jam, tapi kalau di hari kerja seperti saat ini, jalanan akan dipenuhi berbagai macam kendaraan.

"Yah kok cepet banget sih baliknya kak Alvin?" timpal Kira yang mendengar pembicaraan papa dan pak Dio.

"Iya, kakak dan kak Kee harus pindahan, jadi buru-buru baliknya, besok Kira main-main ke Jakarta ya," ucap pak Dio sambil mengelus puncak kepala Kira yang sedang cemberut.

"Keputusan tempat tinggal gimana?"

"Di apartemen Alvin pah jadinya, Kee juga sudah setuju. Soalnya, apartemen Alvin letaknya juga dekat dengan kampus dan strategis. Kalau cari rumah dalam waktu dekat rasanya sulit pah,"

"Hmm... papa setuju juga sih, cari rumah yang cocok itu sulit memang," balas papa sambil menganggukan kepala. Aku yang sedang sibuk dengan toples kerupuk dipangkuan hanya menyimak percakapan tersebut.

"Huss, kok dipangku gitu sih toplesnya, ga baik ah," ucap mama mengingatkan yang ku balas dengan cengiran kuda.

"Hehehe maaf mah, enak habisnya,"

"Kebiasaan kamu, Kee! Udah dirapihin belum barang-barang kamu dan nak Alvin?"

"Udah kok mah, udah beres semuanya,"

"Jangan lupa singgah ke rumah mertuamu ya Kee sebelum ke bandara nanti,"

"Iya mah, pak Dio juga mau ambil beberapa barangnya dirumah," yang dibalas anggukan oleh mama.

Kedua orang tua pak Dio juga tinggal di jogja, namun bukan keturunan asli jogja. Aslinya keturunan padang yang berdomisili di jogja karena urusan pekerjaan. Orang tua pak Dio sudah menetap dari pak Dio kelas 1 SMP atau lebih tepatnya 15 tahun, maka dari itu kedua orang tua kami sudah berkenalan sejak lama.

*****

"Mah, pah, Kee balik yaa," pamitku kepada orang tuaku. "Hati-hati ya anak mama," balas mama sambil memelukku erat. "Jangan nakal lagi ya kak, kalau nakal dicubit aja Alvin," ucap papa setelahnya yang dibalas anggukan penuh senyum oleh pak Dio.

"Ih papa mah, Kee serius tau,"
"Iya sayang, papa juga serius. Jangan lupa pulang ke rumah," ucap papa sambil memelukku. Entah kenapa, aku merasa disindir secara halus oleh papa, pasalnya aku jarang pulang ketika libur karena banyak kegiatan kampus yang aku ikuti.

"Hehe, engga lagi-lagi kok pah, kan udah tahun tiga," ucapku ngeles yang dihadiahi cubitan hidung oleh papa.

"Alvin juga pamit ya mah, pah," ucap pak Dio yang dijawab anggukan oleh papa.

"Papa dan mama titip Keeya ya, vin,"

"Iya pah, pasti. Alvin titip salam buat Keyna dan Kira yang masih disekolah ya pah,"

"Nanti akan papa sampaikan,"

Dan akhirnya setelah kami selesai berpamitan pada kedua orang tuaku, kami langsung bergegas menuju ke rumah pak Dio yang tidak terlalu jauh letaknya dari rumahku. Keheninganpun melanda kami didalam perjalanan.

Sweetest FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang