11

613 25 9
                                    

Setelah perjalanan yang cukup panjang karena efek jarak ditambah macet, akhirnya kami memasuki lingkungan apartemen pak Dio.
"Kee ayok bangun," ucap pak Dio membangunkanku sambil menepuk pelan bahuku.
"Hmm," gumamku membalas.
"Udah sampai, lanjutin tidur dikamar aja nanti," ucap pak Dio sambil mengacak rambut panjang bergelombangku.

Aku pun berusaha mengumpulkan nyawa sekuat tenaga untuk membuka mata dan mengembalikan fokus. Saat aku tersadar, kak Dean sudah mengondisikan mobil disalah satu tempat parkir di basement apartemen.

Aku merasa jauh lebih segar dari sebelumnya walau hanya tidur kurang lebih dua jam, mungkin karena efek aku terus terjaga semalam kali ya? Pelukan itu benar-benar berdampak besar!

Akhirnya aku turun dan bergegas duluan ke apartemen pak Dio setelah mendapatkan kunci.

Ruangan dengan nuansa hitam putih terlihat jelas saat aku berhasil membuka pintu. Furniture kayu berwarna walnut menghiasi hampir seluruh sudut ruangan. Menarik! Itulah yang terlintas kilat difikiranku.

"Ngapain bengong?" Tanya pak Dio yang sudah berada dibelakangku sambil membawa koper-koper kami.
"Merhatiin sekitar?" Jawabku yang terdengar seperti bertanya, pak Dio pun membalas dengan mengangkat kedua bahunya.

"Yo, gue ambil minum ya," ucap kak Eggi saat melewati pintu masuk yang disusul oleh kedatangan kak Dean. "Gue ambil makanan!" Timpal kak Dean yang langsung membuka pintu kulkas.
"Jangan dihabisin! Gue baru belanja bulanan," jawab pak Dio menanggapi kedua temannya.

Aku pun bergegas untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum malam tiba setelah pak Dio memasukkan koper ke kamar.

"Kamar yang sebelah kanan," ucap pak Dio sambil menunjuk kamar yang terlihat dari bawah tempat kami berdiri. Aku membalas dengan anggukan dan bergegas pergi.

Dilantai dua apartemen pak Dio terdapat dua kamar yang memiliki kamar mandi dimasing-masing ruangannya, dan satu kamar mandi tambahan yang terletak dilantai satu.

*****

"Kee, udah selesai mandinya?" Teriak pak Dio dari lantai bawah kepadaku. Setelahnya tidak terdengar sahutan apapun.
"Kaga kedengeran kalau lo teriak dari sini, Kee nya ada dikamar mandi," ucap kak Dean mengkritik.
"Samperin aja yo, keburu dingin nasi gorengnya," tambah kak Eggi yang sedang duduk di salah satu kursi meja makan. Akhirnya pak Dio pun bergegas mendatangiku dikamar.

"Kee, ayok kit..." ucap pak Dio terputus. Aku yang baru keluar dari kamar mandi menggunakan handuk putihpun hanya bisa memberikan wajah datar menanggapi pak Dio yang tiba-tiba saja membuka pintu kamar. Rasanya badanku kaku untuk bergerak dan mulutku kelu untuk mengeluarkan sepatah dua patah kata. Sepersekian detik akhirnya aku tersadar dan reflek jongkok memegang handuk untuk mencegahnya terjatuh.
"Ma...maaf, saya fikir sudah selesai. Saya tunggu dibawah untuk makan malam." Ucap pak Dio yang terburu-buru pergi sehingga menimbulkan bunyi bantingan pintu tak disengaja.
"Kenapa dibanting coba? Yang harusnya gugup itu aku kan?" Ucapku seorang diri. "Wah lain kali ga cuma pintu kamar mandi yang harus dikunci, pintu kamar juga!" Ingatku pada diriku sendiri.

Kak Dean dan kak Eggi pun memasang muka bingung saat melihat pak Dio yang sedikit berlari setelah terdengar bantingan pintu.
"Loh, kenapa yo?" Tanya kak Eggi.
"Hah?"
"Kok muka lo merah gitu yo?" Sekarang giliran kak Dean yang bertanya.
"Enggak!" Ucap pak Dio dengan nada yang cukup tidak santai. Kak Dean dan kak Eggi pun saling bertukar tatap sampai akhirnya tawa meledak diantara mereka. Mereka seperti dapat membaca apa yang sedang dialami oleh temannya yang kaku satu ini.
"ANJIR YA GUE GA LIAT APA-APA!!" Kata pak Dio dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.
"Iya yo, iyaaaaa," jawab kak Eggi yang masih berusaha menahan tawanya.
"Tenang bro kan udah sah, semoga terlihat lagi dimimpi ya," ejek kak Dean setelahnya.
"Sialan lo!" Balas pak Dio sambil memukul lengan kak Dean.

*****

Setelah makan malam selesai, kak Dean dan kak Eggi langsung pamit untuk pulang mengingat pula jam sudah menunjukkan pukul 10.34
Setelah mencuci piring-piring kotor dan membersihkan meja makan, aku menyusul pak Dio yang sedang duduk diruang tv dengan buku ditangannya.

"Kalau tvnya ga ditonton, kenapa dinyalain?" Tanyaku sambil duduk disebelah pak Dio dan memangku toples yang terisi penuh rempeyek.
"Biar ga sepi. Itu rempeyek dari mama?" Tanya pak Dio yang aku jawab dengan anggukan.
"Mau?" Tawarku sambil memegang sebuah rempeyek.
"Ngemil malam ga baik untuk kesehatan." Jawab pak Dio yang tetap terpaku pada bukunya, tanpa melihatku.
"Sekali-kali gpp kok. Lagipula ya pak, kalau di ajak ngomong itu harus liat lawan bicaranya tau!" Protesku terhadap sikap pak Dio. Mendengar hal itu, pak Dio langsung menutup buku yang sedang dibacanya dan menatapku datar. Keadaan hening ini pun bertahan dalam beberapa detik.
Sial! Aku salah ngomong ya?
"Emang saya udah setuju kamu ajak ngomong?"
Lah apaansi!
"Masa saya har..." ucapku terpotong saat tangan kanan pak Dio sudah mendarat dipipiku, tepatnya disudut bibirku.
Pak Dio mau ngapain? Wah aku mulai lupa kembali bagaimana caranya bernafas!

"Kamu bukan anak kecil yang makan aja masih berantakan kan?" Tanya pak Dio setelah memasukkan rempeyek tsb ke dalam mulutnya. "Hmm... enak!"

"Ihhh!! Kalau mau rempeyeknya ambil aja sendiri ditoples," protesku yang sudah kegeeran duluan akan sikap pak Dio barusan!
Kirain mau buat momen romantis. Masa aku kalah menarik sama rempeyek?

"Emang kamu fikir saya mau ngapain?" Tanya pak Dio yang melihat kekesalanku.

"Engga!" Jawabku memalingkan muka melihat acara tv yang sedari tadi tak kami perhatikan.

"Lusa jadwal perkuliahan udah dimulai, besok kita belanja kebutuhan kamu." Ucap pak Dio sambil membuka kembali batas bacaannya pada buku yang ia pegang.

"Hmm..." balasku yang makin larut ke dalam acara tv yang sedang diputar. Seketika aku tersadar dan menoleh ke pak Dio. "Ambil barang dikontrakan?"
"Sekalian saja besok,"
"Oke bos!" Balasku sambil memposisikan tangan sikap hormat. "Aw... sakit!!" Ringisku kembali saat pak Dio membalasku dengan cubitan dipipi.

Selesai! Hehehehe
Jangan lupa vote, komen, dan sarannya yaaaa😊

Sweetest FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang